Di sepanjang perjalanan, suara gemuruh motor mereka saling bersahut ricuh. Mengisi dan menguasai setiap sisi jalan dengan suara teriakan anarkis.
Meski suasananya masih sedikit sepi, namun tak jarang beberapa kendaraan sudah tampak berlalu lalang di jalan raya sana.
Jalan yang akan mereka lewati saat ini pun diketahui bukanlah jalur biasa, melainkan jalur kramat yang cukup berbahaya, yakni kampung Jati.
Padahal, mereka bisa saja memilih untuk melewati jalur Setu di perbatasan, lalu melewati jembatan bambu.
Tapi anak-anak Jibe ini sangatlah batu, seolah kian sengaja ingin memporak-porandakan Ledoya beserta para aliansinya agar pesta yang mereka adakan nanti semakin meriah.
Dan lagi, letak kampung ledoya ini sebenarnya sangatlah tidak menguntungkan bagi siapapun itu yang berniat ingin menyerang mereka. Tentu saja, kampung tersebut diketahui adalah tempat markas utamanya Jaley Gangster berada, letaknya pun sangat strategis yakni di pedalaman, tepatnya dikelilingi oleh 3 kampung yang juga bagian dari Jaley Gangster yakni kampung Ranjau, kampung Jati dan juga kampung Pasar Waru.
Di kampung Ranjau bagian luar, bahkan terdapat kampung Ranjau Darat atau kampung yang biasa disebut Radar, yakni salah satu bagian dari Jakarta Gangster.
Entah anak-anak Jibe ini lupa atau bagaimana, tapi nyali mereka sangatlah berani sekali, yah meski agak terkesan seperti mencari mati sih.
Ketika baru saja memasuki palang Kampung Jati atau kampung yang dekat dengan hutan kota yang letaknya tak jauh dari Ledoya, tiba-tiba saja dari arah depan tampak terdengar sedikit ricuh.
Ada sesuatu yang tengah terjadi di depan sana.
Brrrrakkkk.
"Si anj*ng pake berenti mendadak." Keluh Viko dengan wajah gak nyantai.
Saat itu, Viko yang posisinya berada di paling belakang itupun kian langsung melotot kesal manakala motornya baru saja menabrak motor bagian belakang milik salah satu temannya dikarenakan motor-motor yang ada di depannya tersebut tiba-tiba saja mendadak berhenti hampir serentak.
"Ada apaansi?"
"Ah sial motor gue lecet kan!"
"Depan ada apaandah ?"
Sahutan itu kian terus terdengar ricuh, menanyakan apa yang tengah terjadi di depan saat ini.
"Pik, liat depan sono Pik, susulin yg depan." Perintah Acong pada Viko yang saat itu wajahnya masih tampak kesal karena motor kesayangannya Dira kian lecet.
Bukan tanpa alasan Acong menyuruh Viko untuk melihat keadaan depan dengan memutar balik arah dan melewati gang belakang. Pasalnya motor Aceng dan anak-anak lain diketahui sulit untuk bergerak karena gang yang saat itu mereka tengah lewati tersebut memang cukup sempit. Dan lagi, situasi saat ini seolah sudah seperti macet berkepanjangan.
"Ada-ada aja si lagian yang depan elah." Keluh Viko yang masih terus nyerocos kesal sendiri. Sedangkan Jae yang duduk diboncengnya itu kian hanya mampu berdiam diri dan berusaha untuk tidak menyulut api kemarahan temannya tersebut.
Sesaat ketika Viko baru saja ingin memutar balikkan motornya, tiba-tiba saja teman-temannya yang ada di depan kian mulai bersahutan. Lalu kemudian perjalanan pun mendadak sudah bisa kembali dilanjutkan. Membuat Viko kian langsung mengurungkan niatnya untuk memutar balik arah.
"Di depan ada anak Jati, terobos aja langsung kalo lo pada diapa-apain." Seru anak-anak yang yang ada di posisi tengah, mengabari dan memberitahu situasi yang saat ini tengah terjadi di depan kepada anak-anak di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Gangster
Teen Fiction[Warning 17+] Setelah mendengar kabar buruk mengenai adik sematawayangnya yang telah mati tragis dengan cara dibakar massal dan dituduh sebagai pelaku begal oleh sekelompok geng motor, Iam, seorang anggota Gangster paling bringas di Jakarta bagian T...