Tiang pertama itu adalah tiang yang paling sempurna. Sebuah pondasi kuat yang akan menjadi sebuah tempat dimana semuanya bermula.
***
Sesuai kesepakatan, malam itu Yoman akhirnya menepati janjinya kepada Iam dengan membawa dia pergi ke salah satu tempat kenalannya di Tanjung Lubuk, yakni daerah rumah Yoman yang ada di Jakarta Utara, sebelum nanti mereka kembali pergi mendatangi para musuh lama Iam yang berada di Kalibaja dan Depok sana.
Malam itu, kedua pemuda tersebut diketahui pergi ke daerah Jakarta Utara bagian paling ujung sana dengan mengendarai motor sport kawasaki ninja yang bebeberapa hari lalu sempat Yoman pakai untuk menjemput Iam di fly over.
Dengan kecepatan full, beberapa kali lampu merah yang menyala bahkan kian tak dihiraukan oleh Yoman dan sontak diabaikannya dengan sengaja. Sedangkan Iam sendiri kian seolah sudah malas untuk mengomentari gaya berkendara Yoman yang persis seperti ayam kesurupan. Gak jelas banget pokoknya. Apa aja hampir ditabrak sama dia!!!
Ketika mereka berdua masih di setengah perjalanan,
"HARI LAHIR LO HARI APA?" Tiba-tiba saja teriakan Yoman memecah suara gemuruh angin yang kian menghiasi sepanjang jalan. Yang sejak tadi kian terdengar dengung di telinga Iam.
Iam yang tampak jelas tak tertarik pada pertanyaan Yoman itupun sontak hanya diam tak membalas. Memilih untuk bersikap seolah pura-pura tidak mendengar.
"AMM?!" Yoman kian kembali berseru dengan menyerukan nama Iam ketika lelaki tersebut tak kunjung menyahut.
Sambil menguap menahan kantuk, Iam pun akhirnya membuka suara, "Buat apaan emang."
"Nanti lo ditanya begitu." Seru Yoman membocorkan salah satu pertanyaan yang mungkin saja akan Iam dapatkan, sama seperti ketika dirinya datang sewaktu dahulu.
"Senen." Jawab Iam memberitahukan hari kelahirannya dengan singkat padat dan jelas.
"Senen apa?" Yoman kian kembali bertanya. Namun pertanyaannya kali ini kian membuat Iam tampak sedikit bingung dan juga kesal, lalu Iam pun sontak kembali menyahuti pertanyaan Yoman dengan alis berkerut, "Ya senen abis minggu."
Seolah sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Iam ini memang seringkali membuat Yoman gondok sendiri dengan tingkah lakunya yang menyebalkan. Dia bahkan selalu saja ngegas ketika Yoman mengajaknya berbicara, apapun itu topik pembahasannya.
"Ya gue juga tau senen abis minggu, bangkeeee!"
"Maksud gue senen apa, senen kliwon, legi, pahing, wage apa pon!!!" Yoman pun jadi ikut kesal sendiri, dia bahkan sangat sewot ketika menyahuti jawaban Iam tadi.
"Au kaga paham."
"Pokonya hari senen." Balas Iam tak ingin ambil pusing dengan pertanyaan yang baru saja diberikan oleh Yoman.
Sudah jelas, dia adalah pria bergolongan darah B sejati. Sangat simpel dan selalu ingin yang praktis.
"Coba cek dulu di hape gue, biar ntar enak jawabnya." Seru Yoman memberi saran.
"Ribetdah. Mau ngapain si emang." Keluh Iam yang kini urat disekitar wajahnya sudah tampak kembali menegang.
"Udah gak usah banyak tanya, lo mau lancar kagak?" Ujar Yoman yang kian sontak membuat Iam terdiam pasrah dan hanya mampu menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Gangster
Teen Fiction[Warning 17+] Setelah mendengar kabar buruk mengenai adik sematawayangnya yang telah mati tragis dengan cara dibakar massal dan dituduh sebagai pelaku begal oleh sekelompok geng motor, Iam, seorang anggota Gangster paling bringas di Jakarta bagian T...