Si bodoh yang mudah percaya.
***
Setelah hampir seharian terbaring di ranjang milik Hadisa, Iam pun kian tersadar dari tidurnya yang lelap.
Kepalanya masih terasa sedikit pusing. Penglihatannya bahkan masih lumayan samar-samar.
Iam sudah bangun, tetapi belum sepenuhnya sadar. Hal pertama yang ia lakukan ketika matanya terbuka yakni memegangi dadanya yang saat ini seolah sudah mati rasa. Pendarahannya sudah terhenti, sejenak Iam bernafas lega.
Kini matanya perlahan terbuka lebar, bahkan kesadarannya telah berangsur-angsur pulih.
Lelaki itu pun sontak menyipitkan kedua matanya manakala ia mendapati wajah Hadisa yang berada tak jauh dihadapannya. Dia menatap gadis tersebut dengan ekspresi heran sekaligus kebingungan.
"Ngapain lo disini?" Tanya nya dengan nada ketus sekaligus menjengkelkan, membuat senyum yang terhias di wajah manis milik Hadisa kian memudar dan sontak menjadi masam.
Hadisa yang tadinya ingin berniat untuk menyapa Iam dengan ramah itupun langsung badmood dibuatnya.
"Elo yang ngapain disini!" Jawab Hadisa tak kalah ketus sambil melempar sebuah roti kemasan ke wajah Iam dan beranjak berdiri menahan kesal.
Gadis itu mengira, 6 tahun berada di sekapan penjara telah membuat sifat Iam kian berubah menjadi pribadi yang lebih baik, atau setidaknya membuat otak Iam sedikit berfungsi.
Tapi perkiraannya salah. Iam masih sama saja seperti dulu, pemarah dan juga menyebalkan!
"Aghh." Jerit Iam manakala roti yang baru saja Hadisa lempar mengenai wajahnya dengan kasar.
"Apaan nih." Lanjutnya lagi sambil mengambil roti yang baru saja Hadisa lemparkan kearahnya.
"Apaan kek." Seru Hadisa yang masih menahan kesal.
"Dari tadi perut lo bunyi mulu."
"Mana berisik banget." Ketus Hadisa sambil bergegas pergi ke belakang, tepatnya ke kamar mandi.
Iam pun sontak menyunggingkan sebelah ujung bibirnya sambil menatap roti yang baru saja Hadisa lemparkan, lalu kemudian mengedarkan pandangan ke sekitar.
Lelaki tersebut kian baru saja menyadari sesuatu. Ternyata tak banyak perubahan yang terjadi disana, di kosan Hadisa. Kamarnya masih seperti dulu. Bahkan tata letak ranjang, lemari, serta galon nya pun benar-benar sama persis seperti 6 tahun yang lalu, ketika ia terakhir kali berada disana.
Jika saat itu ada istilah bucin, mungkin Hadisa ini sudah termasuk salah satu diantaranya.
Pasalnya dia tidak pernah satu kali pun meninggalkan apa yang pernah Iam berikan untuknya. Seperti kosan kumuh ini. Karena bagaimanapun juga, Iam lah yang telah mencarikan kosan tersebut untuk Hadisa ketika mereka berdua masih sama-sama duduk di bangku SMA.
Bahkan setelah 6 tahun lamanya, Hadisa seolah tak memiliki niat dan keinginan untuk pergi dari sana. Gadis itu tidak pernah merubah tata letak barang-barang yang Iam dekor untuknya. Dan tidak pernah membiarkan rambutnya terpotong pendek, semenjak Iam berkata bahwa rambut panjangnya adalah salah satu dari sekian banyaknya hal yang ia sukai dari gadis tersebut.
Seolah hal-hal kecil yang Iam berikan untuknya adalah sesuatu yang harus ia jaga dan pertahankan, sama seperti perasaannya.
Menurut Iam, sebenarnya gadis itu adalah gadis yang cukup berhati hangat dan juga penyayang. Namun karena faktor keadaan dan juga lingkungan, dia jadi tampak seolah-olah ingin terlihat kuat demi melindungi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta Gangster
Teen Fiction[Warning 17+] Setelah mendengar kabar buruk mengenai adik sematawayangnya yang telah mati tragis dengan cara dibakar massal dan dituduh sebagai pelaku begal oleh sekelompok geng motor, Iam, seorang anggota Gangster paling bringas di Jakarta bagian T...