04 - Panglima Dari Utara (2)

3.8K 315 51
                                    

Suara air keran terdengar masih mengalir dengan cukup deras.

Para tahanan yang ingin mencuci piring itupun perlahan kian semakin sepi, mungkin tinggal tersisa dua atau tiga orang lagi.

Dibalik tembok kokoh yang terbuat dari batu bata itu, seorang pemuda terlihat masih setia duduk bersandar disana seorang diri, sambil sesekali menyapa teman-temannya yang lewat.

Di tanah berbatu kerikil itu, dia duduk dengan tampang cuek tanpa mempedulikan celananya yang sejak tadi sudah sangat kotor dan nampak dekil.

Meski sudah menunggu hampir lumayan lama, namun hingga detik ini sosok tahanan yang sempat ia ajak mengobrol dikantin itupun masih belum juga terlihat batang hidungnya. Membuat Arman Bahrie atau lelaki yang kerap disapa Yoman nampak sedikit merasa bosan ketika menunggu kedatangannya.

"Man, lo gak solat?" Tanya salah seorang tahanan yang baru saja melintas lewat dihadapan Yoman.

Yoman sontak menggeleng, "Gue orang Hindu," Katanya sambil mengusir anak tadi dengan tangannya.

Sedikit informasi, Yoman ini memiliki tubuh yang lumayan tinggi, mungkin tigggi badannya sama seperti Baron, atau sedikit lebih tinggi lagi.

Rambutnya agak gondrong dan sedikit berantakan, sudah jelas bahwa itu tidak terawat, mungkin sebentar lagi rambutnya tersebut akan kembali botak plontos dicukur oleh sipir penjara.

Warna kulitnya sawo matang, namun putih di area leher sebelah kanan, bekas panu. Bibirnya agak tebal dan warnanya cukup gelap akibat efek sering merokok.

Yah intinya wajah Yoman ini terbilang lumayan manis untuk ukuran seorang cowok.

Masih sibuk menunggu kedatangan si tahanan baru, Yoman pun kembali mengecek barang-barang yang ada di saku celana-nya itu. Bong, korek api, alat bakar atau sumbu, semuanya sudah lengkap, tinggal tamu spesial undangannya saja yang sampai saat ini kian masih belum menampakkan diri.

Tiba-tiba saja dua orang teman Yoman lewat dari arah blok A,
"Lo ngapain disini? Gak solat?" Tanya Bayu yang keheranan melihat sosok Yoman tengah duduk bersandar di tembok WC seorang diri, persis seperti jin iprit penunggu sana.

"Gue Buddha." Ujar Yoman sambil menyatukan kedua telapak tangannya tepat di depan dada, persis gaya orang yang ingin sungkemen.

Teman Bayu yang kala itu mendengar jawaban Yoman itupun sontak kian menyeringai menahan tawa. Sedangkan Bayu sendiri terlihat keheranan.

Dulu kayaknya dia sering solat Maghrib.
Ujar Bayu dalam hati seraya terus mengingat kembali saat-saat dia dan Yoman sering berpapasan sewaktu Maghrib di dalam musholla.

Ah entahlah, bukankah Yoman memang seperti itu? Mungkin saja besok dia akan berkata bahwa dia tidak memiliki agama.

Wong setiap hari agamanya selalu berubah.

Dasar Yoman.
Memangnya sejak kapan anak itu bisa diajak berbicara serius?

Selang beberapa menit kemudian, sosok yang ditunggu-tunggu Yoman itupun kini akhirnya datang. Entah sudah berapa lama Yoman menunggunya disana, tapi Iam cukup beruntung karena Yoman masih mau menunggu kehadirannya.

"Lama." Keluh Yoman pada Iam yang mulai mendekat menghampirinya.

Akhirnya dia pun datang.
Sosok tahanan baru yang akhir-akhir ini seringkali diperbincangkan oleh teman-teman satu sel kamar Yoman, Iam.

"Lo ganti soptex dulu apa gimana sih?" Lanjutnya lagi sambil mengeluarkan korek gas dari saku celana dan memberikannya pada Iam.

Iam kian hanya tersenyum kecil sambil menyalakan sebatang rokok yang tadi diberikan oleh Yoman saat di area makan.

Jakarta GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang