03 - Panglima Dari Utara (1)

4.6K 303 39
                                    

Kabar mengejutkan tentang perkelahian tak imbang antara Napi baru dengan Geng Celurit Item di tempat pencucian piring dekat kamar mandi sel blok A itupun seolah kian terus saja jadi perbincangan panas dikalangan para Tahanan di sel jeruji besi khusus anak di kota Jakarta Timur.

Entah siapa yang telah menyebarkannya, namun kini sosok Iam benar-benar kian menjadi sorotan para tahanan dari blok lain yang penasaran akan dirinya.

Di sel mana dia berada, kejahatan apa yang telah diperbuatnya, bagaimana perawakannya, hingga darimana ia berasal pun seolah begitu menarik untuk dibicarakan.

Pasalnya, sebagai seorang anak baru Iam benar-benar memiliki nyali yang cukup besar untuk bisa berkelahi dengan beberapa anggota Geng Celurit Item yang diketahui sudah sangat sering berlaku semena-mena disana.

Geng itu bahkan sudah biasa memalak sembako dan uang jajan milik anak-anak lain yang biasanya dibawakan khusus oleh keluarga mereka. Ya meski disana adalah sebuah penjara, namun tetap saja peranan penting uang seolah tak terbantahkan.

Faktanya, para tahanan yang berasal dari keluarga kaya tersebut diketahui memiliki kamar sel yang jauh lebih luas serta lebih bersih dan nyaman jika dibanding dengan kamar para tahanan kelas bawah.

Anak-anak berduit itupun terlihat jauh lebih gemuk meski mereka tengah berada di penjara. Terkadang mereka bahkan membeli makan makanan di kantin yang lauknya jauh lebih sehat dan bergizi dibanding makanan yang sudah disiapkan disini.

Siang ini cuacanya tidak terlalu panas, tidak juga terlihat tanda-tanda akan turun hujan.

Karena saat ini adalah waktunya para tahanan untuk makan siang bersama, area tempat makan pun kian dibuka.

Para tahanan dibawah umur itupun mulai berdatangan satu persatu untuk mengantri mengambil piring jatah makan mereka. Namun beberapa ada juga yang langsung duduk untuk menempati bangku yang biasa mereka pakai.

Disana ada banyak sekali geng-geng dan kelompok. Biasanya mereka tergabung karena satu sel kamar atau ada juga yang dikarenakan berasal dari daerah yang sama, seperti geng Celurit Item yang berasal dari daerah Tugubatu.

Iam yang kala itu datang paling awal itupun kini baru saja terlihat melangkahkan kakinya ke arah bangku yang berada di pojokan ruang. Dia sengaja memilih tempat duduk disana karena posisinya yang tak terjangkau sinar mentari.

Lelaki itu duduk dengan kaki kanan tersilang keatas, sambil menyenderkan bahunya yang cukup lebar ke dinding kayu yang kelihatannya sudah lumayan rapuh itu.

Dia tidak berselera makan, entah itu karena pilihan lauknya yang kurang ia sukai ataupun karena nafsu makannya yang mulai bermasalah.

Sedang malas-malasnya Iam menyendokkan makanan ke mulut, tiba-tiba saja seseorang duduk tepat dibangku yang berada dihadapannya.

Ah, bocah sialan mana lagi ini.
Ujar Iam dalam hati yang semakin tak berselera makan ketika melihat sosok asing yang tengah duduk dihadapannya itu. Sejujurnya dia merasa terganggu.

Entahlah, hanya saja sifat Iam memang seperti itu sejak dulu, murni begitu. Dia mudah sekali marah pada hal-hal kecil yang sebenarnya sangat sepele.

Tidak bisakah orang-orang didalam sini berhenti untuk mengganggunya meski hanya sehari? Mengapa mereka terus saja berdatangangan seolah menantang untuk mengajak berkelahi dan tak takut mati?

Iam menatap sosoknya dengan tatapan dingin dan juga tak berselera.

Namun sosok dihadapannya itu kian tidak kunjung berbicara bahkan sepatah katapun, dia hanya tiba-tiba datang begitu saja entah darimana dan duduk dihadapan Iam sambil sibuk mengunyah makanan. Bahkan dia makan dengan sangat lahap.

Perawakan tubuhnya cukup lumayan tinggi, rambutnya sedikit berantakan, tidak seperti Iam yang nampak seperti biksu atau bahkan tentara baru. Botak plontos.

Iam pun kian menghela nafas, salah satu kebiasaan yang biasa ia lakukan ketika ia tengah mulai kehilangan kesabaran.

Kini dia baru saja berdiri dari posisi duduknya.
"Lo pergi, atau meja ini gue ratain." Ujar Iam memberikan anak tersebut pilihan untuk pergi dari hadapannya atau meja yang saat ini mereka gunakan akan segera ia ratakan.

Anak itupun mulai mengangkat piringnya sambil masih sibuk mengunyah.

"Emphh..." Dia terlihat semakin menikmati makanannya.

"Ratain aja." Ujar si anak tadi mempersilahkan Iam dengan sebelah tangannya untuk menghancurkan meja, tatapannya sangat santai, seolah saat ini Iam tengah mengajaknya bercanda. Bahkan dia masih asik mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

Wah, sumpah ya ini orang.
Iam tak mampu untuk tidak tertawa renyah ketika melihat kelakuannya yang sontak bikin naik darah.

Ketika tangan Iam baru saja akan menggapai meja tersebut, tiba-tiba saja si anak tadi langsung buru-buru mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan langsung memasukkannya ke saku baju tahanan milik Iam.

"Kita harus ngobrol di belakang." Ujarnya pada Iam sambil membalikkan badan dan berjalan keluar, ke arah tempat pencucian piring dekat blok A sambil menghabiskan sisa makanannya kembali.

Dia menghentikan kegaduhan yang baru saja akan Iam lakukan disana. Timing-nya seolah sangat pas.

Sedangkan Iam sendiri masih berdiam diri ditempat dengan terheran-heran. Dia sontak langsung mengecek apa yang ada di saku bajunya itu.

Dan setelah tahu apa yang ada di dalam saku bajunya itu, kini ujung bibirnya nampak baru saja tersungging sebelah, seolah tengah merayakan sesuatu.

Dia menatap kepergian sosok yang saat tadi sempat duduk dihadapannya tersebut dengan tatapan tertarik.

Siapa bocah gila itu?

Jakarta GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang