23 - Perekrutan

645 66 36
                                    

Setelah cukup lama membuat sepanjang jalan raya menjadi macet berkepanjangan, tak terasa waktu diketahui telah hampir memasuki waktu adzan maghrib. Para pemuda usia remaja itupun akhirnya kian langsung menepi, berserakan di pinggir jalan lengkap dengan senjata tajam yang telah mereka persiapkan.

Sambil memainkan puntung rokoknya yang sudah hampir habis, Syarif kian berdiri gagah di pinggir jalan sambil sesekali mengawasi para pengendara yang melintas di depannya. Berharap salah satu diantara mereka adalah sosok Bayu yang tengah ia cari-cari saat ini.

Matanya kian sangat sibuk, mengamati kanan dan kiri. Bahkan dengan santai Syarif kian beberapa kali mondar mandir menyebrangi jalan raya tanpa wajah berdosa.

"Kalo mau tawuran jangan di pinggir jalan kek. Bikin macet aja." Celetuk salah seorang remaja berkacamata dengan hoodie hitam pekat, yang saat itu diketahui baru saja melintas tepat di hadapan Syarif yang tengah berjaga.

Tak suka terlibat adu kecot, dengan sigap Syarif pun sontak berbalik badan dan mengulurkan tangannya sambil mengejar remaja lelaki yang baru saja menyindirnya. Dan hanya dalam hitungan detik, Syarif kian telah berhasil menarik hoodie-nya dari belakang dengan brutal.

Motor supr* yang tengah dikendarai remaja berkacamata tersebut pun kian langsung oleng seketika dan jatuh terhempas bersamaan dengan tubuhnya.

Situasi jadi kian mulai ramai dan juga berisik dengan sahutan serta ejekan para anak-anak JG manakala mereka baru saja menyaksikan keributan yang telah Syarif perbuat.

"Woahhhhh santai Rip santai!"

"Anjay ditarik dong kek benang layangan!!!"

Belum sempat remaja tersebut bangun berdiri atau sekedar membenarkan posisi motornya, Syarif kian telah lebih dulu berjongkok di hadapannya sambil menarik rambutnya dengan sentuhan lembut namun juga mengerikan.

"Bilang apaan tadi?"

"Gue gak denger."

Saat itu, remaja lelaki berkacamata itupun sontak langsung dibuat pucat seketika manakala wajah Syarif telah berada tepat dihadapannya. Kedua kening mereka juga tampak sesekali bersentuhan meski hanya sesaat. Syarif bahkan sempat beberapa kali menghembuskan asap rokoknya ke wajah remaja tadi yang kini tampak sudah dibanjiri oleh keringat.

Dalam kondisi tenang dan santai, Syarif kian langsung menurunkan tangannya ke bahu remaja tersebut.

"Tadi ngomong apaan?"

"Gue gak denger." Ujar Syarif diikuti oleh senyumannya yang terkesan dingin dan juga terpaksa.

"Eng...engga bang..."

"...Saya gak bilang apa-apa bang..." Dengan suara gemetar, remaja berkacamata tersebut kian berusaha mati-matian mengelak demi keselamatan dirinya yang kian tengah terancam. Sebelah kakinya bahkan masih dalam keadaan terjepit oleh motor yang membuat wajahnya tampak jelas seperti orang yang tengah menahan rasa sakit.

Kedua mata Syarif yang saat itu diketahui tengah terpasang datar itupun kian baru saja teralihkan oleh sebuah gambar anime jepang yang terhias di dada pemuda yang ada di hadapannya ini.

Sekilas, Syarif baru saja kian menyadari, bahwa jika diperhatikan kembali dengan teliti, bocah lelaki dihadapannya ini tampak memiliki penampilan yang sangat culun namun rapih. Postur badannya sedikit bungkuk. Dia pun berkacamata. Dan juga sepertinya penyuka jejepangan.

Jakarta GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang