25 - Dia Telah Kembali

746 79 38
                                    

Malam itu, lelaki berperawakan tinggi dengan bahu lebar tersebut telah menyusuri jalan seorang diri, dengan sisa kemarahan yang masih tersimpan.

Di sepanjang perjalanannya, dia tampak beberapa kali meringis menahan rasa nyeri di dadanya yang kini terasa seperti kesemutan hebat. Iam yang masih tersulut api emosi itu lalu dalam perjalanannya kian sempat tak sengaja bertemu dengan salah seorang pemuda yang ia kenali.

Pemuda itu tidak sendirian, melainkan ditemani oleh beberapa orang disekitarnya yang juga Iam kenali.

Melihat sosok Iam tengah berdiri tak jauh dari hadapannya, pemuda tersebut pun sontak langsung mengusap kedua matanya dengan gusar. Handphone yang sedang digenggamnya itu bahkan sempat hampir terjatuh manakala dirinya telah mendapati bahwa sosok yang berada tak jauh di hadapannya ini memang benarlah Iam. Dia pun terperangah seketika, tak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya saat itu juga.

"Bang Iam?" Tanya nya memastikan.

Dengan mata melotot kaget, bocah itu kian langsung berdiri dari bangku kayu yang terletak tak jauh dari pos ronda tempat dimana para anak-anak Ledoya kian menghabiskan waktu bersama.

Ucapannya tersebut bahkan telah membuat beberapa anak Jaley lainnya yang ada disana sontak ikut menoleh kearah sosok lelaki yang namanya baru saja Kamal sebut itu.

"Apaansi Mal, kagak jelas lo!" Seru Jaka yang saat itu berpikir bahwa Kamal ini tengah bercanda. Sama sekali tak menduga bahwa Iam memang benar tengah berada disana.

"Mana Ali?"

Mendengar suara milik Iam yang terdengar sangat khas itupun kian membuat Jaka langsung menoleh ke arah sumber suara. Bahkan kini pupil matanya telah membulat besar, mendapati sosok Iam tengah berdiri di depan sana.

Tubuhnya tampak semakin tinggi dan lebih berisi dibandingkan sewaktu dulu, ketika lelaki tersebut masih duduk di bangku SMA.

"Bang Iam? Lo balik dari kapan bang?" Tanya Jaka dengan antusias, dia bahkan langsung menghampiri sosok lelaki yang usianya terpaut beberapa tahun diatasnya itu.

"Waktu itu anak-anak Jibe pada kesini nyariin lo, bang!" Seru Kamal menyahut, ikut menghampiri Iam yang masih berdiri dengan tampang wajah tak ramah, seperti tak ingin diganggu.

Suasana hati Iam kala itu diketahui masih dalam keadaan yang buruk. Mendengar Kamal berkata bahwa anak-anak Jibe telah memasuki kampungnya dan mencari sosoknya, itu kian membuat Iam semakin kesal saja rasanya. Gusar karena para cecunguk sialan tersebut kian terus saja mencari-cari dirinya sejak bertahun-tahun yang lalu. Entah apa lagi yang mereka inginkan darinya. Padahal, Iam telah mendapatkan hukumannya di dalam sel jeruji besi sana. Bahkan mereka ini lah yang telah membuat Iam sampai dijebloskan ke penjara, lalu kali ini mau apa lagi mereka?

Tak ingin memikirkan hal yang membuat suasana hati-nya semakin memburuk, Iam pun kian memilih untuk tak menghiraukan pernyataan Kamal mengenai kedatangan para brandalan Depok tersebut di kampungnya.

"Ali mana gue tanya?" Tegas Iam yang seolah tampak tak ingin membuang-buang waktu disana bersama anak-anak Ledoya yang diketahui seusia dengan almarhum adiknya.

"Bang Ali masih di toko kayaknya." Jawab Jaka yang kini sudah berada tepat di hadapan Iam.

"Lo sehat kan bang?" Lanjut Jaka dengan tertawa sumringah seraya mengangkat tangannya dan mengajak lelaki dihadapannya ini untuk high five atau tos.

Bukannya menerima high five yang baru saja Jaka layangkan untuknya, Iam kian malah menurunkan tangan Jaka lalu menepuk pundaknya, tak seperti biasa, lelaki berperawakan tinggi itu bahkan tampak seperti sedang berada dalam suasana hati yang tidak cukup baik untuk sekedar ditanya kabarnya.

Jakarta GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang