Happy Reading
Jangan lupa voment.Ig : khinaaaaaaaa
°•°•°
Savannah menghentikan langkahnya saat telinganya mendengar suara cewek yang memarahi teman kelasnya. Gadis yang melihat pemandangan di dalam kelas tersebut sambil berdecak kesal. Masih pagi tapi ia sudah melihat pembullyan secara langsung.Leon yang merasa Savannah tidak mengikuti langkahnya, ia berhenti sejenak dan menengok ke belakang. Ia mengernyitkan keningnya saat tidak mendapati Savannah di belang. Lalu, kemana gadis itu?
Leon mengedarkan pandangannya melihat sekitar, tetap saja ia tidak melihat sosok sahabatnya itu. Lalu, ia mendengar suara gaduh dari kelas di belakangnya.
Dugannya benar, bahwa Savannah berada di dalam kelas tersebut.
"Lo gak usah ikut campur, ya! Ini urusan gue!" teriak gadis yang penampilannya sangat menor.
"Sehebat apa lo sampe-sampe bully anak orang seenaknya? Suruh dia seenaknya, lo marahin, lo jambak, lo tampar, bahkan lo hampir tendang dia? Lo siapanya? Bapaknya? Emaknya? Atau sodaranya? Gue yakin kalo orang tuanya aja gak pernah perlakuin dia kayak gitu. Tapi lo seenaknya aja perlakuin dia. Emang salah dia apa, hah? JAWAB GUE, SIALAN!!!" Savannah berteriak tepat di hadapan si pembully —Chika.
Chika menatap Savannah dengan permusuhan. "Bukan urusan lo dan gak usah jadi sok pahlawan, deh!"
"Gue bukannya jadi pahlawan, tapi di sini gue membela kaum lemah yang hanya ditindas oleh orang kayak lo yang sok jadi penguasa, yang merasa paling hebat di dunia," balas Savannah sinis.
Chika menggeram marah. Saat tangannya ingin menampar Savannah, tangan seseorang mencekal tangannya kuat.
Semua orang terbelalak menatap orang tersebut. Loen. Cowok itu tadinya hanya diam melihat sahabatnya yang membela gadis bernama Siti —korban bully— tapi saat melihat Chika ingin melayangkan tangannya pada Savannah, dengan kecepatan kilat ia mendekat dan mencekal tangan gadis arogan itu.
"Lo sentuh Savannah, hancur lo di tangan gue. Gak peduli lo cewek," peringat Leon dengan tegas. Aura menyeramkan Leon mulai keluar. Ia mencekal kuat tangan gadis itu hingga membuat Chika meringis kesakitan, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
Leon melepas cekalannya dengan kasar membuat Chika meringis kesakitan. Ia melirik pergelangan tangan gadis itu yang memar akibat ulanya, ia tidak peduli.
"Kelas macam apa ini yang membiarkan teman kelasnya dibully? Hati kalian di mana, sih? Bukannya membantu temannya yang dibully, kalian hanya bisa melihat dan tertawa? Benar-benar kelas iblis. Tunggu aja, satu jam lagi kalian semua bakal dapat SP dan buat Chika lo harus cari sekolah mulai dari sekarang," ucap Leon lantang.
Savannah yang tengah merangkul Siti tersenyum lebar mendengar ucapan Leon. Jika Leon telah menggunakan kekuasaannya, mereka sekelas —minus Siti— terancam akibat masalah ini.
Leon dan Savannah sudah sering melihat Siti yang sering dibully oleh Chika. Sudah berapa kali mereka menegur Chika, tapi gadis itu masih saja tidak mendengar ucapan mereka. Bahkan Savannah pernah terlibat percekcokan lantaran membela Siti, hingga kedua gadis itu di skorsing selama tiga hari. Teman-teman kelas Siti juga sangat membenci gadis itu, sehingga jika Chika melakukan tindak pembullyan mereka semua hanya menonton dan tertawa melihat Siti yang tersiksa.
Benar-benar kejam mempunyai teman kelas seperti mereka.
"Leon, please, jangan keluarin gue? Gue mohon." Chika menangkup kedua tangannya dengan tampang memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
Teen FictionSemua orang mengatakan mereka sepasang kekasih, sebab tingkah laku mereka layaknya orang pacaran bahkan melebihi orang pacaran. Nyatanya dua insan berbeda jenis kelamin itu hanya berteman, lebih tepatnya bersahabat. Tidak berpacaran seperti orang-or...