Happy Reading
Jangan lupa vomentnya.°•°•°
Kejadian kemarin saat Billy mengatakan ada om-om yang mencari Savannah, gadis itu tidak ambil pusing. Ia menjalani hari-harinya seperti biasa. Mengunjungi makan sang ibu, sekolah, dan berkunjung ke rumah Leon.
Tapi, tiba-tiba saja saat pagi hari sewaktu Savannah bangun dari tidurnya, badannya panas dan kepalanya sangat berat. Ia meraba-raba di sekitarnya untuk mencari ponselnya, ia menghela napas pelan saat melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 5:47.
Savannah memaksakan tubuhnya untuk bangun walaupun kepalanya sangat berat dan berdenyut-denyut, hari ini ia harus ke sekolah karena ada ulangan harian Matematika, ia tidak ingin menyusul lantaran tidak ada contekan dari teman-temannya saat ia mengerjakan ulangan sendiri di ruang guru. Itu mengerikan.
Gadis itu hanya mencuci mukanya dan menyikat giginya saja. Itupun rasanya sangat susah lantaran kondisi tubuhnya. Memakai seragam sekolahnya dan menguncir rambutnya dengan rapi, lalu memoles wajahnya dengan bedak bayi dan lip tint setidaknya itu sedikit membantu menutupi wajahnya yang pucat.
Tinggal menunggu Leon menjemputnya. Tak lama kemudian ia mendengar suara klakson motor Leon disusul oleh suaranya yang memanggil nama Savannah.
Leon mengernyitkan dahinya saat melihat Savannah yang terlihat lemas dan sedikit sempoyongan. Saat mengingat kebiasaan Savannah yang sering begadang ia berdecak kesal. Pasti Savannah masih ngantuk, pikir Leon.
"Yuk, berangkat," ajak Savannah dengan suara lemah disertai senyuman.
"Masih ngantuk? Lo, sih-" ucapan Leon terhenti saat ia memegang pipi Savannah yang terasa panas, terlebih dahinya.
"Lo sakit? Kenapa masih mau ke sekolah, sih?" tanya Leon sambil turun dari motornya.
"Gue gapapa, Leon. Cuma panas doang, kita ke sekolah aja nanti kita telat. Lagian hari ini kita ada ulangan."
Leon menggeleng cepat menyanggah ucapan Savannah. Sahabatnya itu sedang sakit dan masih keras kepala ingin pergi sekolah.
"Mending kita gak usah ke sekolah. Kesehatan lo lebih penting dari segalanya, persetan dengan ulangan Matematika itu," ujar Leon kesal dan merangkul Savannah. Menggiringnya masuk kembali ke dalam rumahnya.
Baru saja Savannah ingin protes, Leon langsung menyelanya. Lebih baik ia mengurus sahabatnya yang sedang sakit daripada harus ke sekolah. Savannah lebih membutuhkan dirinya daripada sekolah itu. Materi, tugas-tugas, dan ulangan Matematika hari ini. masih bisa mereka susul esok hari, tapi Savannah yang sakit saat ini tidak bisa mereka tunda untuk mengobatinya. Tidak ada kata susulan untuk kesehatan dan kesembuhan.
Leon mendudukkan Savannah di kasur milik gadis itu, lalu berjongkok dan mengambil kaki Savannah untuk melepas sepatu dan kaos kakinya.
"Lo baring aja dulu, gue mau beli sarapan buat lo," ucap Leon, jika membuat bubur akan memakan waktu. Lebih baik membeli di
Sebelum meninggalkan Savannah, Leon mengambilkan baju santai untuk gadis itu beserta celana yang nyaman.
Sambil menunggu Leon, Savannah memejamkan matanya. Selang beberapa menit ia mendengar suara motor Leon yang memasuki pekarangan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
Teen FictionSemua orang mengatakan mereka sepasang kekasih, sebab tingkah laku mereka layaknya orang pacaran bahkan melebihi orang pacaran. Nyatanya dua insan berbeda jenis kelamin itu hanya berteman, lebih tepatnya bersahabat. Tidak berpacaran seperti orang-or...