02

4.6K 185 4
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.

°•°•°

Kali ini Savannah bangun saat mendengar suara azan di masjid. Buru-buru ia bangun untuk mandi dan salat subuh. Setelah menjalankan kewajibannya sebagai umat islam, Savannah membersihkan rumah sederhananya lalu membuat sarapan sederhana untuk dirinya seorang.

Pukul 06.00. Sepertinya waktu yang tepat untuk ia berangkat ke suatu tempat sebelum pergi sekolah.

Savannah mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang untuk menikmati suasana pagi yang cerah ini.

Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai ke tempat yang hampir setiap hari ia kunjungi. Suasana yang sepi dan sunyi tidak menyurutkan langkah Savannah untuk mengunjungi ibunya. Pemakaman. Savannah mengunjungi ibunya yang telah meninggal dua tahun lalu.

"Assalamualaikum, Ibu," salam Savannah dan berjongkok di samping pusara yang menjadi sosok pahlawannya selama ini.

"Maafin Sava, Bu, baru datang lagi," ucapnya dan tersenyum getir.

Savannah menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan untuk mengurangi rasa sesak pada dadanya membuat lelehan dari matanya luruh tanpa dikomando. Setiap kali ia ke pemakaman ibunya, Savannah selalu menangis walaupun ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak bersedih di depan ibunya.

Dihapusnya air mata itu dengan kasar lalu mengusap nama ibunya dengan lembut.

"Ibu, tau gak, kemarin aku telat, lho, gegara ulah Leon. Kemarin juga Leon datang ke rumah lagi setelah sekian lama jarang ke rumah, dia kangen masakan aku katanya, jadi aku masakin sesuai permintaan Leon, deh, Leon juga nemenin aku sampe aku tidur, lho, Bu. Leon baik banget, kan, Bu?" cerita Savannah sambil membersihkan pusara ibunya yang terdapat beberapa bunga kering.

"Hari ini aku gak bawa bunga, Bu. Maaf, ya? Besok baru aku bawa bunga favorit Ibu, deh. Kalo gitu aku pamit dulu, ya, Ibu? Takut telat lagi soalnya. Assalamualaikum."

Sebelum beranjak dari jongkoknya, Savannah memanjatkan doa untuk ibunya dan mengecup pusara yang bertuliskan nama ibunya.

Savannah menghapus air matanya saat hendak memakai helm. Sebelum meninggalkan area pemakaman itu, ia menolehkan kepalanya untuk melihat pusara ibunya.

Aku kangen, Ibu.

°•°•°

"Good morning, sahabat yang paling gue cantik," sapa Leon.

"Alay lo," cibir Savannah membuat Leon tertawa kecil.

"Udah sarapan belum?" tanya Leon sambil merapikan rambutnya.

"Udah tadi," jawab Savannah singkat.

Leon mengerutkan keningnya melihat Savannah pagi ini. Ada yang berbeda dengan gadis itu.

"Lo abis nangis, ya? Siapa yang bikin lo nangis? Kasi tau gue, Va, biar gue tonjok, tuh, orang. Buru, kasi tau gue, Savannah?" tanya Leon khawatir saat melihat mata Savannah yang sembab.

Leon menangkup wajah Savannah untuk memperhatikan lebih jelas mata Savannah.

"Gue gapapa, Leon. Gue ngantuk, jadinya mata gue sembab," dusta Savannah dan melepaskan tangan Leon yang menangkup wajahnya.

Teman Rasa PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang