Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.°•°•°
Malam ini, mereka berkumpul di rumah Leon atau lebih tepatnya di kamar cowok itu seperti kemarin. Kedua orang tua Leon sangat senang jika teman-taman dari kedua anaknya datang ke rumah mereka dan menghabiskan waktu di sana, daripada keluyuran tidak jelas di luar sana.
Kedua orang tua Leon sangat baik walaupun dari keluarga terpandang, tapi tidak pernah sekalipun bersikap sombong dan merendahkan orang. Mereka selalu berbagi kepada orang yang tidak mampu, anak jalanan, panti asuhan, dan panti jompo setiap bulannya. Bagi keluarga Leon, tidak ada salahnya berbagi kepada mereka dan membuat mereka senang. Senyum dari mereka membuat keluarga Leon ikut senang.
Papa Leon bahkan membangun beberapa sekolah gratis di kota, desa, maupun pedalaman untuk anak-anak kurang mampu. Keluarga Leon memang sebaik itu kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
"Va, bikin indomie, yuk?" ajak Leon. Ia sudah bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Savannah yang masih duduk.
Savannah mendongakkan kepalanya untuk menatap Leon, ia bertanya, "Masih laper?"
Leon menyengir seraya mengangguk.
"Ya udah, ayo." Savannah menerima uluran tangan Leon.
Saat di ambang pintu, mereka menghentikan langkahnya karena ucapan ketiga cowok yang berada di kamar Leon. Billy, Satya, dan Dewa.
"Gue juga dong sekalian bikinin," pinta Billy.
"Dua," sahut Satya.
"Tiga." Dewa menyengir, membuatnya semakin imut.
Yang dimaksud Satya dan Dewa adalah ucapan Billy sudah mewakili keinginan mereka.
"Bikin aja sendiri," ketus Leon.
"Gak asik lo, Yon," balas Billy berdecak kesal.
"Kami ini tamu lo, Yon. Sebagai tamu, lo harus layanin kita karena tamu adalah Raja."
Leon mencibir ucapan Satya membuat Savannah tertawa.
"Ya udah, kalian tunggu aja di sini, gak usah protes kalo gue lama." Setelah mengatakan itu, Leon menarik tangan Savannah menuju dapur yang berada di bawah.
"Papa sama Mama ke mana, Yon?" tanya Savannah saat melihat suasana lantai bawah yang sepi.
"Lagi pacaran mungkin. Ini, kan, malem minggu."
Savannah tertawa kecil. Kedua orang tua Leon memang semakin tua semakin romantis layaknya anak muda saat pacaran.
"Kalo kita malem minggunya ntar aja kalo si curut udah pulang." Langsung saja Savannah menghadiahi cubitan di perut Leon.
Savannah membuka kulkas dan menimbang-nimbang indomie apakah yang akan mereka masak. Dua menit ia berdiam diri di depan kulkas, ia tersentak kaget saat Leon menumpukkan dagunya di pundak Savannah.
"Mie Coto Makassar aja," celetuk Leon.
Savannah menolehkan kepalanya dan refleks memundurkan kepalanya saat wajah mereka sangat dekat, bahkan hidung mereka bersentuhan.
"Astaga, Leon. Jauhan sana," protes Savannah sambil menjauhkan kepala Leon yang bersandar di bahunya.
Leon terkekeh mendengar protesan Savannah. Ia melangkah menyiapkan alat masak untuk merebus indomie.
"Langsung masak aja lima," ucap Leon.
Savannah mengangguk dan membuka satu persatu pembungkus indomie itu. Saat air yang sudah Leon rebus mendidih, ia menurunkan kelima mie itu. Sedangkan Leon menurunkan bumbu-bumbu indomie Coto Makassar itu ke dalam mangkuk yang lumayan besar.
"Va, enaknya pake telur, deh," celetuk Leon.
"Kok, baru bilang, sih. Ini udah mau mateng, lho, kenapa gak bilang dari tadi, sih?"
"Telur ceplok maksudku, bukan di campur ke mie, Sava."
Savannah mengangguk paham, lalu ia menyuruh Leon mengambil telur enam biji di kulkas. Kenapa enam biji? Karena untuk Leon dua.
Urusan mie selesai. Savannah melanjutkan menggoreng telur mata sapi setengah matang, di barengi dengan memotong cabe rawit untuk pelengkap mie menggunakan gunting.
Setelah semuanya selesai, Leon memanggil Billy, Satya, dan Dewa untuk makan, lagi.
"Kenapa gak di kamar aja, sih, Bang?" protes Dewa karena ia sungguh malas menuruni tangga.
"Banyak mau lo. Kalo di kamar gue yang ada entar banyak semutnya gegara lo makannya kayak bayi tau gak!"
"Sans ae, Bang. Gak usah ngegas gitu," ujar Dewa kesal. Lalu ia mengambil porsi banyak memenuhi mangkuknya.
"Makan aja, gak usah berantem lagi. Budek tau dengernya," lerai Savannah.
"Iya," balas Leon dan mulai menikmati indomie Coto Makassar yang menjadi favoritnya.
Billy dan Satya hanya melihat mereka bertiga tanpa ingin mengeluarkan suara lantaran menikmati indomie yang tersaji di depannya.
Setelah makan, Leon menyuruh ketiganya untuk mencuci peralatan masak dan makan mereka. Tanpa mengindahkan protesan mereka, Leon melenggang santai menaiki tangga menuju kamarnya bersama Savannah yang berada di rangkulannya.
°•°•°
TeBeCe
Segini aja dulu, besok baru lanjut lagi 😁
Mana komentnya nih? Gak asih ah kalo gak ada koment, minimal kasi gue semangat gitu wkwkw
Yang mau nambahin koleksi ebook dan baca lengkap dua certita gue sok atuh beli ebook ADRIAN(A) dan My Protective Daddy di play store dan play book.
Follow for follow skuy di ig dan wp
Ig : khinaaaaaaaa
Wp : khinaaaaaYang sdh follow bisa koment di bawah. Atau tulis nama ig kalian dan gue bakal follow, haru follback tapi 😁
GOWA, 18 APRIL 20
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
أدب المراهقينSemua orang mengatakan mereka sepasang kekasih, sebab tingkah laku mereka layaknya orang pacaran bahkan melebihi orang pacaran. Nyatanya dua insan berbeda jenis kelamin itu hanya berteman, lebih tepatnya bersahabat. Tidak berpacaran seperti orang-or...