Yang malem minggunya #dirumahaja mana suaranya? Yang jomblo mah malam minggunya emang #dirumahaja tiap malem beda lagi sama yang udah taken, pasti tersiksa batin nahan rindu wkwkwk.
Happy Reading
Jangan lupa vomentnya.°•°•°
"Assalamualaikum, Ma," salam Savannah dan mengecup punggung tangan seorang wanita dewasa yang telah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
Wanita dewasa itu, Rina, tersenyum dan membalas salam Savannah sambil mengelus kepalanya dengan sayang, lalu memeluknya cukup lama.
"Kenapa baru dateng, Sayang? Mama kangen banget, lho, sama kamu. Kata Leon kemarin kamu sakit, ya? Udah baikan, kan, sekarang?" tanya Mama Rina memberondongi pertanyaan Savannah.
Baru saja Savannah ingin menjawab pertanyaan Mama Rina, suara seseorang yang berada di samping Savannah menyelanya.
"Ngapain ngobrol di sini, sih? Mending ngobrolnya di dalem aja, udah capek banget aku, tuh," keluh Leon sambil menyandarkan kepalanya di lengan Savannah.
Mama Rina tersenyum dan manarik tangan Savannah agar masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Leon di belakang yang menggerutu kesal.
"Kalian mandi aja, gih, Mama mau siapin makanan untuk kalian dulu," titah Mama Rina.
Leon dan Savannah mengangguk patuh. Mereka menaiki lantai dua —kamar Leon— untuk mengambil baju Savannah yang berada di lemari baju Leon. Savannah memang sering main ke rumah Leon dan berakhir menginap, jadi ada beberapa bajunya yang berada di sini.
"Mau mandi bareng gak?" tanya Leon menggoda Savannah.
"Tunggu kita sah dulu baru bisa mandi bareng," balas Savannah dan tertawa kecil.
Leon menghampiri Savannah yang tengah memilih baju untuk mereka gunakan. Ia berdiri di samping lemari sambil melipat tangannya di dada dan memperhatikan gadis itu. See? Bahkan mereka seperti sepasang suami-istri muda.
"Gue selalu siap buat halalin lo, kok. Tinggal nunggu lo-nya aja yang siap."
"Makin ngaco. Mending lo keluar, deh, gue mau mandi." Savannah mendorong tubuh Leon hingga depan pintu kamar cowor itu, tak lupa memberikan pakaian milik Leon.
"Gue yang punya kamar, gue-nya yang diusir," ujar Leon dan berjalan menuju kamar adiknya yang berada di samping kamarnya.
Setelah mandi, mereka berdua lanjut makan hingga perut mereka rasanya ingin meledak. Makanan masakan Mama Rina mamang sangat enak, tak salah jika mereka menghabiskan makanan yang Mama Rina sajikan.
Kini, mereka berada di balkon kamar Leon sambil menunggu Billy dan Satya datang.
Leon terbelalak melihat DM di akun Instagram milik Savannah yang berada di ponselnya.
"Ih, apa-apaan ini!"
Savannah yang sibuk dengan ponselnya menolehkan kepalanya menatap Leon.
"Ada apa?"
"Ada cowok gatel yang nembak lo lagi. Apa-apaan, sih, gak gentle banget jadi cowok, bikin kesel aja tau gak?" omel Leon dan membalas DM cowok itu dengan makian, tak lupa juga bahwa bukan Savannah yang membalasnya melainkan pacarnya.
"Gak usah ladenin. Udah biasa, kok. Cewek-cewek di Instagram lo juga pada nembak lo. Mereka gatel semua, pengen banget gue garukin pake garpu biar gatelnya ilang," balas Savannah kesal.
Leon tertawa kecil dan mengacak rambut Savannah dengan gemas.
"Jangan ah, kasian mereka kalo lo garukin pake---" Belum sempat Leon menyelesaikan ucapannya, Savannah langsung memotongnya.
"Ih, Singa! Kok, lo belain mereka, sih?" Savannah menumpuk pelan paha Leon.
Leon mengambil tangan Savannah yang menumbuk pahanya, lalu menggenggamnya lembut.
"Gak gue belain, Sava. Eh, Sava, awas aja, ya, kalo lo nerima cowok gatel itu jadi pacar lo. Pokoknya kalo ada yang mau dekat sama lo atau ada yang nembak lo, wajib, harus, mesti, dan kudu lapor sama gue. Ngerti, kan?" terang Leon tegas.
"Posesif banget, sih," komentar Savannah.
"Ngerti, kan, Sava?" tanya Leon ulang, tidak menggubris komentar Savannah.
Savannah menghela napas pelan dan akhirnya mengangguk. "Iya, gue paham, Singa. Tapi, peraturan tadi berlaku buat lo juga, kan?"
Leon tersenyum manis. "Pasti lah," jawabnya mantap.
"TUH, KAN, UDAH GUE DUGA KALO KALIAN INI EMANG PACARAN."
Suara dari sebelah balkon Leon membuat mereka mengalihkan pandangannya menatap pemilik suara tersebut.
"Berisik banget, sih. Kita cuma sebelahan balkon kali, gak usah teriak macam di hutan kayak gitu," kata Leon menatap adiknya yang juga duduk di balkon kamarnya sendiri.
"Kita gak pacaran, kok, Wa. Cuma sahabat lebih tepatnya," jawab Savannah meluruskan pendapat adik Leon yang mengira mereka pacaran.
"GUE GAK PERCAYA, KAK, INTINYA KALIAN PACARAN, KAN? Pasti istilah sahabat cuma alibi doang buat nutupin hubungan kalian, kan? Ngaku aja, deh, gini-gini gue calon Psikolog, lho."
"Eh, Wa, kalo ngomong itu santai aja dong, lo pikir kita budek? Satu lagi, lo orang yang ribuan kali ngomong kalo gue sama Savannah pacaran. Kita cuma sahabat kalo lo belum paham juga. Emang kedekatan gue sama Sava melebihi batas persahabatan apa?"
"EH, SINGA---"
"STOP! Yang boleh panggil gue Singa cuma Sava doang. Satu lagi, GAK USAH PAKE TARIAK, DEWA. LO ITU COWOK, masa cowok kalo ngomong kayak cewek aja make toa," sela Leon dengan gemes. Jika adiknya itu berada di dekatnya, sudah ia jitak kepalanya. Bikin kesal saja.
"Situ yang ngelarang, situ juga yang teriak," gumam Dewa.
"Ciuman di bibir itu masih bisa di bilang sahabat, ya?"
°•°•°
TeBeCe
Jangan lupa voment. Gue butuh banget masukan dari kalian. Silakan coment aja, gak usah malu. Kritik pun gue terima, asalkan jangan ngehujat aja :) atau gak kalian coment next aja itu udah cukup buat nambah semangat gue untuk lanjutin ini cerita. Btw, makasih buat kalian yang selama ini ninggalin jejak —vote dan koment.
Follow ig (khinaaaaaaaa) bakal gue follback kok.
Gowa, 11 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
Teen FictionSemua orang mengatakan mereka sepasang kekasih, sebab tingkah laku mereka layaknya orang pacaran bahkan melebihi orang pacaran. Nyatanya dua insan berbeda jenis kelamin itu hanya berteman, lebih tepatnya bersahabat. Tidak berpacaran seperti orang-or...