12

2K 124 11
                                    

   Happy Reading.
Jangan lupa vomentnya.

°•°•°

Billy dan Satya baru saja pulang. Saat Savannah ingin pulang diantar oleh Leon, tapi Mama Rina melarang keras Savannah pulang karena sudah larut walaupun diantar oleh Leon sekalipun.

Jadilah Savannah bermalam di rumah Leon. Ia tidur di kamar Leon karena kedua kamar tamu sedang direnovasi, sedangkan Leon akan tidur dikamar Dewa.

Sebelum tidur, Leon dan Savannah menghabiskan nonton film di kamar Leon menggunakan laptop milik cowok itu.

"Besok temanin gue ke makam ibu, ya?" pinta Savannah.

"Pastilah, kapan sih gue nolak anterin lo ke sana kemari?"

Savannah berpikir lalu menggeleng —tidak pernah.

Leon terkekeh dan menarik Savannah agar lebih dekat dengannya. Ia mendekap kepala Savannah sambil menyandarkan kepala Savannah di dada bidangnya dan mengelus lembut kepalanya.

"Njir, gue yang baper masa," ujar Savannah tertawa geli saat melihat adegan cowok yang memberikan perhatian kecil pada kekasihnya dan mengucapkan kata-kata manis.

"Kalo gue ngomong kayak gitu, lo baper gak?"

"Enggak, biasa aja," jawab Savannah singkat.

"Masa, sih? Padahal gue sering liat pipi lo selalu merah kalo abis gue cium," ujar Leon memancing Savannah.

Sontak saja Savannah menyikut perut Leon.

"Beda lagi itu ceritanya, Singa," balas Savannah kesal, "udah ah, jangan bahas tentang cium--- OMG! Mereka french kiss," lanjut Savannah, tiba-tiba matanya terbelalak melihat pasangan kekasih itu sedang melakukan adegan ciuman membuatnya menatap mereka dengan mata berbinar.

Leon berdecak kesal saat Savannah menatap adegan itu dengan mata berbinar. Bahkan gadis itu berulang kali melihat adegan tersebut.

"Dasar lo ya! Liat gituan langsung ngejreng aja."

Leon menolehkan kepala Savannah dan menangkup pipinya untuk mengalihkan perhatiannya dari adegan kiss tersebut.

"Anak kecil gak boleh liat adegan begituan, gak baik. Lo itu masih dibawah umur," ujar Leon dan mendekatkan wajahnya hingga kening mereka menyatu.

"Anak kecil pantat lo tepos. Lagian gue udah biasa liat adegan ciuman di drama Korea."

"Aisshhh, bandel lo. Kenapa gak nutup mata atau gak sekip aja pas adengan kiss?"

Savannah memundurkan wajahnya dan melanjutkan acara nontonya. Adengan tersebut sudah terlewat.

"Mustahil banget kalo pecinta drakor gak pernah liat adengan ciumannya, anak-anak SMP aja pasti pernah liat," ujar Savannah.

Leon menggeleng tidak habis pikir dengan mereka yang masih dibawah umur sudah menonton kiss scene disetiap film ataupun drama.

"Nontonnya udahan, ya? Besok dilanjut lagi. Udah jam dua lewat ini."

Savannah mendesah kecewa, padahal sisa 20 menit lagi film itu akan berakhir.

"Gantung banget, lho. Sisa dua puluh menit padahal," protes Savannah.

"Dua puluh menit lagi berarti udah jam setengah tiga. Gak ada protes, Sava. Tidur sekarang," ucap Leon tegas.

Savannah menghembuskan napasnya kasar dan akhirnya ia mengalah untuk tidur.

Saat Leon ingin keluar dari kamarnya dengan membawa laptonya, ia berhenti karena melupakan sesuatu.

"Va, hp lo mana?"

"Kenapa emang?"

"Siniin aja, gue takut lo bukannya tidur malah lanjut nonton drakor di hp lo," terang Leon sambil mengambil ponsel Savannah yang berada di tangan gadis itu.

"Gak bakalan. Lo keluar dari sini, gue bakal langsung tidur, kok, gak nonton lagi," balas Savannah.

"Tapi sayangnya gue gak percaya. Gue tau banget tabiat buruk lo yang suka nonton sampe jam empat subuh." Setelah mengucapkan itu, Leon mengecup singkat kening Savannah dan keluar dari kamarnya, tak lupa mengucapkan kalimat selamat malam sebelum menutup pintu.

Tidak ada laptop, tidak ada ponsel, remot TV juga tidak ada. Semuanya Leon bawa ke kamar Dewa agar Savannah tidak melanjutkan menonton film ataupun drama Korea hingga jam empat pagi.

Lebih baik Savannah tidur daripada mati kebosanan.

°•°•°

Jam delapan pagi, mereka sudah berangkat ke makam ibu Savannah. Sebelum berkunjung, mereka membeli sebuket bunga untuk almarhumah ibu Savannah.

Karena tidak memperhatikan jalan, Savannah tidak sengaja menyenggol lengan seseorang, ia terlalu fokus pada bunga di tangannya sambil tersenyum.

"Maaf, Om. Saya gak sengaja. Saya beneran gak sengaja, Om. Sekali lagi maaf, ya, Om" ucap Savannah takut sambil memperhatikan seorang pria dewasa yang menunduk. Wajahnya tidak terlalu kentara lantaran pria itu memakai topi hitam dan kacamata hitam. Semuanya serba hitam dan sempat hingga topi.

Ini masih pagi belum malam. Kenapa ia jadi takut dengan sosok di depannya ini. Mungkin karena mereka berada di tengah-tengah pemakaman, jadi Savannah bergidik ngeri. Terlebih dengan pria dewasa itu bergeming di tempatnya.

Darah Savannah berdesir saat telapak tangan pria dewasa itu mengelus rambutnya lembut. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, pria dewasa itu berlalu tampan mendongakkan kepalanya.

"Lo gapapa?" tanya Leon saat Savannah terdiam setelah pria dewasa itu telah pergi.

"Serem. Gue langsung merinding, Yon," ucap Savannah pelan sambil mengusap bulu tangannya yang meremang.

"Gak usah dipikirin. Ya udah, ayo. Jangan diam aja," ucap Leon mendahului Savannah yang masih terpaku di tempatnya.

"Lagi?" tanya Savannah saat melihat makam ibunya yang sudah bersih, bunga segar yang bertabur di atas makamnya, dan sebuket bunga segar berukuran besar.

°•°•°

TeBeCe
Jangan lupa vomentnya.

Gimana puasanya? Lancar, kan?

Ig : khinaaaaaaaa

Gowa, 27 April 20
12:05 AM

Teman Rasa PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang