#BANGKAI_KEKASIHKU
#PART 1Lima tahun. Kukira itu waktu yang cukup lama untuk membentuk pondasi hubungan yang kuat. Nyatanya hari ini, pondasi itu harus hancur dalam sekejap.
Delapan panggilan berturut-turut dari Mas Dimas kutolak. Aku pun tidak peduli dengan selaksa pesan yang ia kirimkan. Aku lelah dan ingin beristirahat sejenak.
Tanpa pikir panjang, aku mengaktifkan mode pesawat. Lantas tangan ini terulur untuk melihat foto yang pernah kami ambil di waktu dulu.
Padahal aku adalah wanita pertama yang tahu jatuh bangun Mas Dimas dalam membangun perusahaan properti. Aku juga wanita pertama yang mendampinginya dalam rentang waktu lama. Aku juga yang selalu mengalah ketika kami sedang ada masalah. Jika ditilik pun aku tidak pernah mencari kesempatan untuk selingkuh. Lalu, mengapa ia mengingkari janjinya dulu?
Ingatanku melayang ke arah enam bulan lalu. Mas Dimas melamarku di kebun teh daerah Jamus. Awalnya Mas Dimas hanya ingin mengajakku untuk jalan-jalan. Hitung-hitung sebagai penebus waktunya yang kian menipis untukku, itu katanya.
Saat kami tiba di sana, keluargaku dan keluarga Mas Dimas telah berkumpul. Tentu dengan senyum yang mengembang di bibir masing-masing.
"Ada apa?" Aku bertanya dengan nada bingung.
Mas Dimas tidak menjawab. Ia hanya menggandengku dan mendekati mereka. Sampai di tengah-tengah keluarga kami, Mas Dimas berlutut khidmat. Sebuah cincin terulur dari tangannya.
"Will you be mine? Apa kamu mau menjadi ibu dari anak-anakku?" tanyanya.
Aku ingin tertawa melihat pembawaan Mas Dimas yang kaku. Namun, satu waktu aku juga merasa terharu.
"Duh, kenapa menangis? Harusnya kamu senang, Nduk!" bisik mamaku.
Akhirnya aku mengangguk. Aku menerima dengan lapang dada. Tidak ada alasan yang lebih kuat untuk menerima Mas Dimas sebagai suami selain karena cinta. Menurutku rumah tangga itu harus dibangun dengan dasar cinta itu akan lebih awet lama.
Cincin berlian tersebut pun kini melingkari jemariku. Mas Dimas tersenyum seraya berbisik mengucapkan kalimat terima kasih ribuan kali. Tidak lupa, ia merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.
"Sekarang, aku telah menemukan Shintaku. Aku akan menjagamu."
"Memangnya kamu Rama?!"
"Iya," ujarnya mengedipkan mata.
Aksi konyol Mas Dimas hanya dibalas dengan tawa bahagia. Orang tua kami telah lama merestui hubungan kami sedari dulu. Namun, saat aku bertanya kapan Mas Dimas akan menikahiku, ia selalu menjawab dengan kata nanti.
Di hari itu, aku merasa menjadi wanita yang sempurna. Berbanding terbalik dengan hari ini. Aku merasa menjadi wanita yang paling terluka di dunia.
Tanpa kata aku mendekati kaca dan memperhatikan wajahku dengan saksama. Aku tertawa. Bahkan tidak ada luka ataupun cela di wajah ini. Lantas mengapa Mas Dimas berpaling pada wanita lain?
Hidung mancung. Kulit halus tanpa noda. Bibir merah delima. Kurang apalagi aku sebagai wanita?
Aku tersenyum dengan air mata yang mulai membasahi pipi. Rasa sakit yang sempat menghantam dada mulai kuhilangkan sekejap saat satu ide muncul di kepla. Aku tidak akan menyerah begitu saja.
Aku mencintai Mas Dimas dan aku adalah wanita pertamanya. Jadi, siapa pun yang menghalangiku wajib hancur sehancur-hancurnya.
***
Semalam suntuk mata ini tidak bisa terpejam. Rasa kantuk pun tidak datang untuk sekadar singgah. Pikiran ini berjubal dengan berbagai prasangka.
Pagi ini, aku membulatkan tekad untuk menemui Mas Dimas di kontrakannya lagi. Aku ingin semuanya jelas tanpa ada yang ditutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkai Kekasihku (Completed) [TERBIT]
SpiritualAwal mula kukira hubungan yang lama terjalin, maka akan kuat pula pondasinya. Pondasi suatu hubungan selalu yang pertama adalah kepercayaan, bukan? Aku menerapkannya pada hubungan kami meski pernah dikhianati sekali. Namun, anganku untuk membangun m...