“Kamu kenapa? Kok hidungmu merah?”
Air mata ini kembali turun tanpa diminta. Dengan terpaksa aku tersenyum dan menggeleng pelan. Itu hanya simbol bahwa aku baik-baik saja.
“Kamu nangis kenapa, Nduk?”
Suaraku hilang didera isak tangis. Terakhir aku melebur dalam tangis kepedihan di pelukan Mama.
“La?”
“Laila baik-baik saja. Laila terharu karena ... dia sepertinya baik.”Spoiler dikit, Gaes. Bantu pilih cover yak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkai Kekasihku (Completed) [TERBIT]
EspiritualAwal mula kukira hubungan yang lama terjalin, maka akan kuat pula pondasinya. Pondasi suatu hubungan selalu yang pertama adalah kepercayaan, bukan? Aku menerapkannya pada hubungan kami meski pernah dikhianati sekali. Namun, anganku untuk membangun m...