Pagi buta setelah subuh, aku telah tiba di sekolah. Semua murid telah berjejer rapi dan membentuk barisan di halaman. Mereka berbaris sesuai dengan jurusan.
Di SMK ini ada lima jurusan di antaranya adalah TKJ, OTKP, TKRO, DPIB, dan BKP. Dua jurusan yang sering kuajar adalah TKJ dan OTKP.
Perlahan mata ini memindai dalam gulita. Para murid masih asyik dengan keramaian membuatku sedikit kewalahan menemukan koordinat Vita. Setelah menyisir pandangan ke mana-mana, sampailah mata ini pada lambaian seseorang. Siapa lagi kalau bukan Vita.
Perlahan aku pun mendekat. Vita tampak menutup mulut dan menggeleng pelan. Matanya berbinar dengan decakan yang tiada henti terucap dari bibirnya.
"Sumpah cantik sekali kamu pakai jilbab ini, La!"
Dehaman menjadi jawaban. Aku memang mengikuti kesepakatan yang telah dibuat.
"Terpaksa! Kemungkinan akan aku buka lagi." Aku berujar santai.
"Jangan! Kamu dah bagus seperti ini. Cantik, elegan, dan manis."
Perkataan Vita membuatku berdecih. Tidak lama percakapan kami terpotong oleh sebuah suara. Seseorang datang dengan bisikan yang kesekian kali mampu mengundang gelenyar aneh itu.
"Tumben, Bu?"
Mata elangnya awas memperhatikanku. Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Pak Fajar kembali berbisik hal yang mampu membuatku kehilangan napas.
"Sepertinya jilbab Bu Lala terbalik, ya."
Lirih kalimat itu terucap. Mataku melebar dan mencari pembenaran. Vita yang mendengar hal tadi pun mengangguk samar dengan tawa menggelegar.
Memalukan!
---HISNANAD---
Seluruh guru telah menyiapkan seragam sebagai pemandu study tour tahun ini. Seragam pendek untuk lelaki, sedang seragam panjang untuk perempuan. Kebetulan yang menyebalkan adalah aku harus memakai jilbab.
Catat! Ini merupakan kesepakatan yang tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya aku mengalah. Toh, memakai jilbab untuk lima hari. Apa beratnya?
Kejadian pagi tadi sebelum berangkat kembali membayang. Aku hanya bisa memalingkan wajah agar tidak bertemu pandang dengan mata Pak Fajar. Malu? Sangat malu.
Memakai jilbab untuk pertama lantas terbalik. Hei, wanita macam apa aku ini?
Memikirkan hal tadi membuatku mendesah lelah. Kepalaku terasa berat. Di sampingku Vita telah terlelap. Perjalanan memang telah dimulai dari satu jam yang lalu, tetapi belum ada tanda-tanda kami sampai di tujuan.
Baiklah, sepertinya aku mulai kedinginan dan rasa mual datang tanpa undangan. Kepalaku menoleh dan dalam hitungan detik rasa mual tidak terelakkan lagi.
Bahaya! Cairan yang kukeluarkan mengenai kaki kanan seseorang. Aku mendongak takut melihat kaki siapa. Namun, tidak urung jua mata ini membelalak. Kaki yang terkena muntahanku adalah milik Pak Fajar?
Siap-siap saja untuk hilang dari peredaran bumi saat ini juga, La! Aku merutuki nasib dengan kepala yang kembali berputar. Pening melanda, sedangkan semua murid terlelap nyaman. Kombinasi yang pas untuk cobaan kali ini. Aku purna sendirian dalam menghadapi tantangan mabuk darat pertama kali.
Sekali lagi, rasa mual medera dan sebuah uluran minyak kayu putih mampu membuatku terpana. Pak Fajar mengulurkan satu botol minyak kayu putih dengan wajah bersahabat.
"Ini kreseknya."
Tidak lupa kresek hitam ia sodorkan. Ingin aku mengucapkan terima kasih, tetapi rasa mual menghalang segalanya. Jadilah aku kembali mual dan memuntahkan semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkai Kekasihku (Completed) [TERBIT]
SpiritualAwal mula kukira hubungan yang lama terjalin, maka akan kuat pula pondasinya. Pondasi suatu hubungan selalu yang pertama adalah kepercayaan, bukan? Aku menerapkannya pada hubungan kami meski pernah dikhianati sekali. Namun, anganku untuk membangun m...