Aku menutup pintu ruangan Direktur keuangan yang songong itu begitu aku keluar. Aku menggeram kesal. Sepertinya niatku meminta maaf padanya sama sekali tidak ada gunanya.
Aku berjalan ke kubikelku dengan langkah lesu. Aku harus mengerjakan laporan yang diminta bos baru tersebut agar dia tidak menambahkan tugas lagi padaku. Aku menghela nafas panjang dan kembali menatap layar komputerku. Lalu anak-anak berjalan menghampiriku minus mas Aji.
"Gimana?" Tanya Mbak Menik sambil berbisik ke arahku. Aku menghela nafas lesu sebagai jawabannya.
"Misi failed?" Tanya Mayla
"Lo dipecat Sha?" Kini giliran Intan yang bertanya padaku. Aku melihat satu persatu wajah mereka yang diliputi rasa penasaran.
"Lebih buruk dari yang gue kira," keluhku dengan nada pelan.
"Maksudnya? Lo dipecat tanpa gaji sepeserpun?" Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban akan pertanyaan Intan.
"Jadi?" Tanya Mbak Menik kembali menimpali.
"Gue ga dipecat."
Wajah mereka terlihat lega ketika tahu aku tidak jadi dipecat. Aku sangat beruntung memiliki mereka yang sudah seperti keluarga di divisi ini.
"Terus masalahnya apa?" Intan mengerutkan kening padaku.
"Atau jangan-jangan lo ga dipecat tapi sebagai gantinya lo harus jadi wanita simpanan beliau atau parahnya lo disuruh jadi wanita pemuas nafsunya aja?" Aku menatap tidak percaya dengan pemikiran Mayla ini. Dasar maemunah, kebanyakan baca novel dia ini.
"Eh dasar Maemunah, mana ada yang kaya begitu?" Intan menoyor kepala Mayla sembari mendengus.
"Banyak kali mbak, apalagi tampang bos kita kan diatas rata-rata. Tampang dingin dan auranya cocok banget jadi fakboy tahu."
"Emang lo tahu dari mana? Lo bisa narik kesimpulan itu dari mana? Lo udah pernah lihat sendiri kejadiannya?" Tanya Intan lagi.
"Udah dong," jawab Mayla yakin. Aku hanya tersenyum dengan keyakinan Mayla. Aku tebak sih, dia bisa ngomong gitu karena menarik kesimpulan dari novel yang sering dia baca.
"Dimana?" Kini mbak Menik ikutan penasaran pada ucapan Mayla.
"Dinovel yang aku bac..."
"Dasar Maemunah!!" Seru mbak Menik dan Intan serempak. Aku hanya terkekeh geli dengan tingkah mereka.
"Lupakan si idiot ini! Jadi maksud lo lebih buruk dari dipecat apaan? Jangan bilang apa yang dibilang Mayla itu benar?"
"Gue disuruh buat laporan keuangan tahun ini sekaligus buat laporan perencanaan dan anggaran semua proyek yang akan kita ambil nanti. Gila ga sih, masa gue disuruh ngerjain itu semua laporan sampai jam makan siang?"
"Yah, cuma itu? Itu kan emang tugas lo Sha. Udah jalanin aja kali. Masih mending lo ga dijadiin wanita simpanannya?"
"Dih, apaan? Gue ga sudi kali jadi wanita simpanan dia. Ganteng sih iya, tapi gue ga akan tahan sama sifat songong dan otoriternya itu."
"Awas loh, jangan terlalu benci nanti jadi cinta loh."
"Bener tuh Sha. Benci dan cinta itu kan bedanya tipis banget. Apalagi ini soal perasaan, yang gampang banget dimanipulasi."
"Memangnya kalian kira ini cerita roman picisan benci jadi cinta? Sorry, gue ga akan gitu!"
"Yakin?"
"Yakin lah!"
"Sok-sokan nih jomblo menahun ngomongnya. Padahal dikasih sebotol air mineral aja udah langsung baper," intan mencibir ke arahku, begitupun dengan Mayla dan Mbak Menik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Neighbor (Tamat)
General FictionSequel MY BIG BOSS // slow update Di dunia ini ada tiga hal yang aku benci, tubuh gendut, kulit hitam dekil dan pria songong. Tiga hal itu mengingatkanku akan pengalaman buruk 17 tahun yang lalu, dimana ada cowok kira-kira berusia 7 tahun dengan ke...