"Sha?" Panggilan Pak Ersya membuatku urung turun dari mobilnya. Iya, aku berangkat kerja bersama dia, itupun harus ada drama pagi dulu sebelum aku memutuskan naik ke dalam mobilnya. Saat ini mobilnya berhenti di persimpangan dekat kantor, tempat biasa dulu Pak Ersya menurunkan aku pas masa pacaran.
"Iya, kenapa?" Tanyaku berbalik padanya. Kulihat dia seperti orang kebingungan sambil berulang kali melihatku. Aku mengerutkan dahi dengan tingkahnya.
"Ada apa Mas?" Tanyaku lagi karena dia belum juga membuka suaranya. Oke akan aku jelaskan! Setelah melalui banyak pertimbangan ini dan itu, aku memutuskan untuk memberinya kesempatan sekali lagi. Eits.. tapi jangan pada senang dulu karena aku belum menerimanya lagi jadi kekasihku tapi sebatas teman dekat atau pedekate ulang gitulah istilahnya. Entah belum atau tidak akan pernah menerimanya lagi jadi kekasih, yang jelas saat ini masih aku pikirkan. Waktu itu aku bisa melihat raut lega di wajahnya ketika aku akhirnya memberinya kesempatan kedua. Dia memintaku kembali memanggilnya Mas sebagai tanda kalau benar aku memberinya kesempatan untuk kembali dekat denganku. Dan dia juga berjanji akan memegang segala janjinya terhadapku.
"Aku pengen pegang tangan kamu, tapi aku udah janji ga bakal sentuh kamu sampai kamu yang minta," katanya memberi penjelasan kenapa wajahnya terlihat bingung.
"Lalu?" Tanyaku pura-pura lugu. Padahal aku tahu semenjak naik ke mobilnya tadi, tangannya sudah berulang kali ingin menyentuhku tapi dia berusaha menekan keinginannya tersebut.
"Kalau pegang tas kamu boleh?" Tanyanya ragu-ragu. Dia menatap mataku dengan salah tingkah. Aku mengerutkan dahi dengan bingung tapi tak urung aku mengangguk mengiyakan.
Dia mulai menyentuh tas persegi berukuran sedang yang berada di pangkuanku. Tangannya mulai meraba dan mengelus tas tersebut dengan ekspresi yang bagiku kelewat serius. Ekspresinya saat ini seperti tengah membelai seseorang dengan penuh perasaan. Oh My.. jangan bilang dia mengelus tasku sambil membayangkan kalau tas itu adalah diriku. Yang benar saja? Aku terkejut tapi berusaha sekuat tenaga untuk tidak terkekeh di depannya.
"Mas?" Panggilku ketika dia masih mendalami perasaannya dalam mengelus tasku.
"Biarkan saja aku seperti sepuluh detik lagi. Aku kangen kamu Sha dan aku janji ga bakal sentuh kamu. Tapi dengan nyentuh barang-barang kamu, sudah cukup bagiku untuk melepas sedikit rasa kangenku."
Aku akhirnya menyerah, membiarkan dia mengelus tasku hingga sepuluh detik. Kalau aku melarangnya, bukankah aku terlihat jahat?
"Terima kasih sudah memberikan kesempatan kedua untukku setelah apa yang aku lakukan padamu. Meski kamu belum mau menerimaku sepenuhnya, tapi aku akan berjuang agar hatimu kembali terbuka lebar untukku."
Aku tersenyum mendengar kalimatnya yang terdengar tulus.
"Kalau gitu aku turun duluan Mas," jawabku pelan sambil membuka pintu mobil.
"Sha?" Lagi‐lagi panggilannya membuatku urung turun dari mobilnya. Aku menoleh padanya.
"Jangan berhenti mikirin aku dan permintaanku ya?"
"Oke. Aku keluar ya Mas?" Aku sudah memegang handle pintu mobil, tapi Pak Ersya kembali memanggilku.
"Sha?"
"Ada lagi pak?"
"Selalu balas pesan-pesanku ya?"
"Iya, nanti aku balas. Ada lagi mas yang mau disampaikan?" Tanyaku dengan sedikit kesal karena dia terus saja menahanku di dalam mobilnya.
"I love you."
Mendengar ungkapan perasaannya disertai senyum manisnya membuat jantungku berdetak kencang. Buru-buru aku turun dari mobilnya dan berjalan menjauh. Tidak bisa! Aku tidak boleh luluh semudah ini. Jual mahal Sha! Jual mahal sedikit, agar dia tahu kalau seorang Marsha pantas diperjuangkan. Tapi, aku benar-benar tidak kuat kalau tiap sejam sekali dia bilang cinta sama aku. Pak Ersya memang tidak waras, semenjak aku memaafkannya, setiap sejam sekali dia mengirimiku pesan yang sama, dan isinya semuanya tentang ungkapan cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Neighbor (Tamat)
General FictionSequel MY BIG BOSS // slow update Di dunia ini ada tiga hal yang aku benci, tubuh gendut, kulit hitam dekil dan pria songong. Tiga hal itu mengingatkanku akan pengalaman buruk 17 tahun yang lalu, dimana ada cowok kira-kira berusia 7 tahun dengan ke...