37. Marsha : penjelasan

8.1K 667 29
                                    

Aku terkejut ketika pagi ini sosok Pak Ersya memasuki divisi keuangan. Sebenarnya aku belum cukup menata hati kalau hari ini akan tiba. Sontak aku ikut berdiri ketika rekan-rekanku berdiri sembari memberi sapaan selamat lagi padanya. Kulihat dia masih sama seperti terakhir kali aku bertemu dengannya. Masih saja tampan dengan aura percaya dirinya. Ada denyut nyeri menghampiri tanpa permisi dalam hatiku. Ternyata aku masih belum bisa membuangnya dari hatiku tak seperti dia yang dengan mudah membuangku.

Aku menundukkan wajah, belum siap bertatap muka dengannya. Ketika aku mengangkat sedikit kepalaku untuk melihatnya, tatapan kami bertemu. Aku tertegun. Tatapan matanya seolah ingin berbicara padaku. Mungkinkah dia akan menjelaskan dengan semua yang terjadi terakhir kali? Namun pandanganku teralihkan pada sosok cantik dan seksi yang berdiri di sampingnya. Oh, wajar Pak Ersya cepat-cepat menendangku dari sisinya. Ternyata ada yang lebih bening, mulus, dan montok seperti bihun di sisinya sekarang. Ada perasaan marah ketika aku menyadari hal itu. Tapi tentu saja aku tidak ingin memperlihatkan kemarahanku disini, memangnya aku sudah gila?

Wanita seksi itu berjalan mengikuti Pak Ersya yang akan memasuki ruangan. Di depan pintu mereka berhenti. Pak Ersya berbalik dan melihat ke arahku.

"Marsha, temui saya di ruangan sekarang juga!" Dia berkata dengan tegas, memperlihatkan kekuasaannya. Ya tahu dia bos, tapi tidak perlu sok begitu kali.

Setelah berkata seperti itu, dia masuk diikuti oleh sekretaris barunya yang mungkin juga adalah wanita mainannya.

"Eh, Pak Ersya kenapa Sha? Kayanya dia kelihatan gimana gitu waktu natap lo?" Tanya Intan.
Mas Aji ikut melirikku, dan aku hanya bisa mengedikkan bahu. Aku tidak ingin menceritakan kisah roman picisan antara aku dan Pak Ersya yang sudah berakhir. Yang ada aku malu sendiri karena ternyata aku ini sekedar mainannya.

"Nggak dapet jatah kali dari sekretaris barunya," jawabku ketus.

"Jangan gosip deh, memangnya Pak Ersya ada main gitu sama Natasha?" Entah kenapa pertanyaan Intan membuatku jadi makin sensitif.

Oh jadi namanya Natasha. Selama pak Ersya di luar negeri kemarin, si Natasha-Natasha ini juga tidak kelihatan di kantor. Kata Mas Aji, dia sedang ada dinas ke luar kota wakilin kerjaan Pak Ersya. Tapi aku tidak peduli dan berusaha tak peduli. Mau dia atau Pak Ersya di luar negeri kek, di luar angkasa atau di luar nalar, aku sama sekali tidak mau tahu.

"Yah, bisa aja kan. Perempuan seseksi itu mana mungkin dianggurin sama modelan Pak Ersya yang playboy," jawabku dengan sengit.

"Ngadi-ngadi aja lo Sha, sok tahu."
Aku mengedikkan bahu, berusaha acuh.

"Eh, tapi tunggu, kok kayanya nada suara lo sengit banget kaya mau ngajak perang  tiap bahas Pak Ersya. Dari kemarin loh lo kaya gitu, iya kan mas, mbak, sama May juga. Kalian sadar kan?" Perkataan Intan membuatku terkejut. Masa sih aku bersikap begitu? Aku bahkan tidak menyadarinya.

"Iya mbak Sha, mbak Sha aneh deh," timpal Mayla.

"B aja tuh gue!"

"Jangan bilang lo ga terima karena udah ga jadi sekretarisnya. Lo udah nyaman ya sama Pak Ersya?" Goda Intan lagi. Duh tuh bibir intan cerewet banget sih. Belum tahu dia rasanya makan bakso mercon level 30 dia. Hubungannya sama kecerewetan Intan sama bakso mercon? Biar Intan kincep pas makannya, tidak secerewet ini.

"Ga ada tuh! Gue? Nyaman sama bos belagu kaya gitu? Besok kiamat woy!"

"Santai aja woy! Ga usah ngegas, lo kira kita lagi balapan?!" Teriak Intan tidak kalah ngegasnya.

"Udah-udah kalian ini ribut banget kerjaannya." Mas Aji menengahi perdebatanku dengan Intan yang mungkin akan berujung pada malapetaka.

"Sha, cepetan gih, kamu kan disuruh masuk sama Pak Ersya," imbuh Mas Aji. Aku mengangguk dan mengambil lipstik merah cerah dan mengoleskannya ke bibirku sebelum menuju ruangan Pak Ersya. Aku akan menunjukkan padanya kalau aku baik-baik saja setelah dibuang olehnya.

My Boss My Neighbor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang