12. Marsha : dasar bos mesum

13.2K 826 39
                                    

What???

Apa-apaan ini?

Setelah pernyataan cinta yang memaksa. Eh ralat, bukan pernyataan cinta tapi pernyataan keinginan si bos yang bersifat sangat memaksa. Setelah adegan erotis yang juga bersifat memaksa, sekarang aku di dorong keluar dari ruangannya begitu saja, dengan kasar pula. Mengumpati bos dosanya sebesar apa sih? Mulutku sedari sudah gatal ingin mengumpati bos dari balik pintu ruangannya yang sekarang tengah aku pelototin.

Bos  kurang hajar!!

Kurang asem!!

Siapa juga yang mau menjadi pacarnya? In your dream boss!!

Sampai bulan terbelah jadi empat, aku tidak akan pernah mau jadi pacarnya. Camkan itu!!

Sekarang aku benar-benar marah dan kesal dengan kelakuan Ersya, si bos songong, kepedean dan nambah satu lagi kejelekannya, suka memaksa.

"Eh lo ngapain Sha mandangin pintu bos penuh cinta gitu?" Suara Intan sama sekali tidak membuatku bergeming dari acara melototin pintu ruangan bos, seakan dengan melototin pintu tersebut, aku bisa membakarnya.

"Penuh cinta? Gundulmu cinta!" Jawabku dengan geram tanpa menoleh ka arah Intan.

Aku mendengar suara berisik dari arah belakangku. Sepertinya rombongan ghibah udah pada datang. Tapi itu urusan nanti, ada hal yang lebih penting daripada ghibah pagi-pagi dengan tim keuangan.

"Eh, itu anak ngapain lihat pintu si bos gitu?" Ini suara Mbak Menik.

"Mungkin dia mau belajar ilmu tembus pandang kali mbak, biar tahu segala aktifitas si bos di dalam ruangan," timpal si Maemunah.

Tidak penting! Aku bukan orang kepo yang suka ngusilin kegiatan orang lain.

"Sewot dia mbak gue tanya soal kelakuannya ini? Mungkin dia mau santet si bos lewat tatapan matanya," suara Intan kembali terdengar.

Andaikan bisa aku santet bos hanya lewat tatapan mata. Sudah ke alam baka si bos dari kemarin-kemarin.

"Ada yang punya trik jitu buat mengirim si bos kembali ke neraka ga?" Tanyaku asal.

"Gila lo mbak Sha!"

"Otak lo kurang asupan gizi kayanya Sha."

"Udahlah Sha, si bos tuh ga mempan disantet pakai ilmu apapun. Santet keburu ngacir karena sifat beliau. Mau tahu ga cara biar bos cepet ke neraka?" Bisik Mbak Menik tapi cukup keras untuk di dengar tim keuangan lainnya.

Buru-buru aku berbalik ke arah Mbak Menik dengan ekspresi tidak percaya.

"Serius? Mbak punya caranya?"

"Urutin 'anu'nya si bos pake balsem," lanjut Mbak Menik yang membuat aku, Intan dan si Maemunah terbengong-bengong. Mbak Menik lantas tertawa setelah dia membisikkan itu.

"Mbak Menik jangan ajarkan anakmu tindakan sesat gitu mbak," suara Mas Aji yang baru datang terdengar.

"Eh Mas Aji, sudah datang? Mas ga usah peduliin si Marsha. Otaknya lagi konslet emang," timpal Mayla si Maemunah.

"Memangnya kapan si Marsha otaknya ga konslet?" tanya Mas Aji sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Duh duh!! Mas Aji keterlaluan deh. Tapi hari ini aku maafin mas Aji, karena ada hal penting yang harus aku lakukan."

"Apaan?" Tanya Intan.

"Ngurutin 'anu' si bos pake balsem!!"

"Eh somplak! Lo ga usah ikutin saran Mbak Menik. Lagian lo berani apa pegang 'anu' si bos?! Teriak Intan padaku. Bahkan yang lainnya ikut menatapku dengan takjub.

My Boss My Neighbor (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang