Sebelum baca, siapkan kipas di dekat kalian.
Warning!! 18+
Happy reading~~
"So, can i?" Pertanyaan yang sama keluar dari mulut Pak Ersya.
Jujur saja, aku juga penasaran bagaimana rasanya. Beberapa temanku yang sudah pernah melakukan, katanya bikin nagih. Katanya lagi, rasanya seperti terbang ke awang-awang dengan kenikmatan yang tidak ada habisnya, seperti di surga. Ya, surga dunia.
Tapi, aku sendiri masih ragu, apakah dengan aku memberikan mahkotaku pada pria yang kucintai merupakan bukti cinta kami?
Aku pernah melihat atau mendengar berita tentang seorang wanita yang rela memberikan kesuciannya pada sang kekasih sebagai bukti cinta mereka, tapi kenyataannya mereka putus juga. Aku sangat menyayangkan hal tersebut. Kalau kejadiannya seperti itu, selalu perempuan yang kena imbas paling parah. Sudah kehilangan harta berharga lalu dihina, dibuli, dikatai perempuan sundal, murahan dan lain sebagainya. Sedangkan si pria tidak kehilangan apa-apa.
"Sayang," panggilnya, membuyarkan lamunanku.
Aku menatapnya, meminta pengertiannya lewat tatapan mataku.
Dia menghembuskan nafas panjang lalu ikut duduk di ranjang, di sampingku.
"Baiklah, saya mengerti kalau kamu belum siap," jawabnya dengan suara rendah.
"Maafkan saya. Sebenarnya saya tipe perempuan yang ingin melakukan itu setelah menikah. Saya hanya ingin memberikan kesucian saya pada suami saya kelak."
Dia diam, membiarkan aku mengeluarkan semua unek-unek dalam kepalaku.
"Mungkin ini terdengar kolot, tapi itulah prinsip saya," jelasku.
Aku kembali menunduk, siap menerima kemarahan atau kekecewaannya karena aku menolaknya.
Kemudian aku merasakan sentuhan hangat di punggung tanganku. Aku menoleh ke arahnya dan melihatnya tersenyum tulus padaku.
"It's okay, saya bisa mengerti." Dia tersenyum, menampilkan lesung pipinya. Seketika aku merasa lega dengan responnya.
"Tapi, bolehkan saya menciummu? Saya janji, saya tidak akan melakukan itu tanpa izin darimu."
Aku mengangguk mendengar permintaannya. Lagipula tidak mungkin aku menolak permintaannya lagi kali ini.
Maka dari itu aku memejamkan mata dan perlahan merasakan usapan bibir Pak Ersya di sudut bibirku. Lalu dia mencecap dan mengecup bibirku dengan lembut seolah bibirku adalah sesuatu yang sangat berharga.
Perlahan kurasakan bibirnya turun, menciumi leherku dan menghisapnya, menimbulkan denyut nyeri di bawah sana. Aku mendongakkan kepala, memberikan akses penuh untuknya. Ah, rasanya benar-benar membuat tubuhku melayang.
Lalu satu tangannya bergerak aktif meremas dadaku. Suara lenguhanku tanpa sadar keluar, seakan mengundangnya untuk melakukan lebih. Kurasakan dia melorotkan pakaian yang kupakai beserta bra yang membungkus buah dadaku. Ibu jari dan telunjuknya memilin dan memainkan puncak dadaku dengan nakal yang membuat tubuhku bergetar oleh hasrat.
Kubuka mata dan melihat tatapannya yang gelap dan sayu. Jari tangannya tidak berhenti melakukan usapan lembut di puncak dadaku. Lalu Aku hampir menjerit ketika jarinya mencubit puncak dadaku, rasanya nyeri tapi menimbulkan sensasi yang luar biasa nikmat.
Dengan tergesa dia melepaskan pakaiannya. Aku menelan ludah melihat tubuhnya yang terlihat menggoda, dengan dada bidang dan perut kotak-kotaknya. Perlahan aku menyentuh dan meraba perutnya, keras. Apakah seperti ini rasanya menyentuh perut kotak-kotak yang sering digambarkan dalam sebuah novel yang pernah kubaca?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Neighbor (Tamat)
General FictionSequel MY BIG BOSS // slow update Di dunia ini ada tiga hal yang aku benci, tubuh gendut, kulit hitam dekil dan pria songong. Tiga hal itu mengingatkanku akan pengalaman buruk 17 tahun yang lalu, dimana ada cowok kira-kira berusia 7 tahun dengan ke...