Ingin Rasanya mendekap dipelukanmu dan meraung tangis untuk mengutarakan perasaan. Ingin rasanya bermain dengan jemari yang bermesraan dalam balutan geggaman. Ingin rasanya mengheningkan diri, berdua seraya mencari mental untuk saling memaafkan. Ingin rasanya bersetia dengan janji-janji yang tak diingkari.
Tangis mungkin akan reda. pilu mungkin akan pergi. Sakit mungkin akan sembuh. Dan luka mungkin akan sirna. Hufh, khayalan yang nakal. Mereka masih ada bahkan berkembang biak semakin parah. Tangis makin menjadi. Pilu makin sendu. Sakit makin perih. Dan luka makin nestapa.
Seandainya pionku jatuh dalam petak parkir bebas yang kudapat dalam monopoli. Mungkin aku akan berharap menjumpaimu sekaligus mengajakmu mengelilingi dunia bersama. Tapi mengapa dadu yang keluar malah menuntunku berjalan kepenjara. Sementara kamu bebas bermain dengannya, sampai membangun rumah bersama di jakarta.
Teringat kembali akan kebersamaan kita, dari balik lamunan dan kesunyian. Aku sangat mengingat kisah ini. Aku sangat suka ketika itu tanganku berusaha membuat rambutmu acak. Setelah itu dahimu mengerut pertanda tak suka, dan bibirmu terlipat sangat mesra. Dengan rasa bersalah aku menyisir kembali rambut itu dengan jemari seraya mengucap permintaan maaf. Dengan cemberut kamu kesal dan berkata kasar, namun tak lama. Kita kembali tertawa bersama lagi.
Kamu harus tahu, aku seperti melihat ada kecantikan yang menempel darimu. Lalu aku mencari kecantikan itu dari balik rambutmu. Ternyata halus rambut, dan indah wajah bukanlah kecantikan yang sebenarnya. Melainkan dari prilaku dan kebaikan yang menuntunmu menetap dihatiku, namun menetap juga dihatinya. Mengapa sekarang ini perilaku dan kebaikan itu hanya kamu berikan kepadanya. Apakah aku yang menganggapnya terlalu jauh, atau kamu yang menjauh. Apakah aku memang hanya pantas mendapatkan patah di hati. Sungguh disayangkan mengapa kecantikan itu kamu salah gunakan.
Rabu, 15 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Luka Dan Air Mata
Poetryterimakasih untuk kamu yang telah menggoreskan hati. karena berkat dirimu tulisan ini lahir dari campur tinta dan air mata. Kamu tau luka? Ya, itu yang kamu goreskan di pelupuk hati terdalam. Mungkin aku menganggapnya hadiah. Tapi kenapa menyakitkan...