Semua orang pada dasarnya egois. Saat kamu mempunyai masalah dan berada dalam situasi terjepit, kamu takan sempat memikirkan orang lain. manusia memang seperti itu. termasuk kamu yang hanya memikirkan masalahmu. Dan dia yang kamu sebut kekasih, sudah tak menjadi orang lain lagi. Kalian telah bersama antara kayu dan api yang siap membuatku menjadi abu.
Pernahkah kamu mengigau dengan menyebut-nyebut namaku? Pernahkah kamu tersandung karena memikirkanku? Pernahah hatimu berdebar ketika menatapku? Pernahah kamu merasa cemburu ketika orang lain mendekat kepadaku? Panis manis pertanyaan yang bercampur menjadi derita.
Kamu mengajariku melakukan sesuatu yang tak pernah kulakukan. Bersama kita menonton drama yang menyentuh, sesekali kesal karena pemain utamanya terlalu baik dan sendu ketika pemeran jahatnya mulai memainkan peran. Bersama kita memasak, kamu menjadi guruku yang bawel ketika masakan kita mulai menghitam. Bersama kita mendaki gunung, ketika itu kakimu terkilir dan meringis namun tetap memaksa dengan cerewet ingin ke puncak dan menatap indahnya sunset. Dengan raga terpaksa namun hati suka, kita mulai mendakinya bersama. Aku yang mendaki kamu menyemangati ketika di punggungku.
Lucu bukan cerita kita, yang dulunya aku hanya anak rumahan setelah bertemu kamu aku jadi suka bertualang. Aku masih sering melamunkannya dan sesekali tertawa. Apakah petualangan kita bisa terjadi lagi? atau kamu melanjutkannya dengan dia? Entahlah, yang harus kamu ingat adalah ketika tualang telah usai, maka perjalananmu baru saja akan dimulai.
Senin, 20 april 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Luka Dan Air Mata
Poetryterimakasih untuk kamu yang telah menggoreskan hati. karena berkat dirimu tulisan ini lahir dari campur tinta dan air mata. Kamu tau luka? Ya, itu yang kamu goreskan di pelupuk hati terdalam. Mungkin aku menganggapnya hadiah. Tapi kenapa menyakitkan...