Kita pernah akrab, sampai perasaan nyaman datang dan ingin menetap. Kita pernah berada dalam fase kekanak-kanakan sampai menganggapnya perasaan. Hangatnya cinta kamu balas dengan dinginnya pertemanan. Aku hanya seperti pelarian, ketika kamu sedang bertengkar dengan dia. Kamu menghubungiku untuk bercerita. Namun ketika sedang ceria kamu bersamanya dengan mesra. Lalu melupakanku yang hanya seperti kabar duka.
Murung dan kesedihan telah berkawan, merenung meratapi kesetiaan yang diabaikan. Ingin berteriak sejadi-jadinya karena tak di anggap. Ingin merintih menangis memanggil namamu karena rindu. Tapi semua kutahan dan kutuangkan dalam bentuk tulisan.
Mengapa kamu samakan hati dan perasaan ini, seperti barang yang dapat kamu gantikan karena kebosanan. Mengapa kamu tempatkan aku dengan orang-orang yang kamu anggap hanya sebatas hubungan perkawanan. Aku juga ingin seperti dia yang memiliki ikatan denganmu. kami memiliki pujaan dan hati yang sama. Meski dia tampak bahagia dan aku tampat berduka. Mengapa aku yang lama menunggu, tapi dia yang memenangkan hatimu.
Mengapa kamu samakan aku dengan boneka yang dapat kamu mainkan? Atau hanya aku yang menganggapnya berlebihan. Asal kamu tahu, perasaan itu tak bisa disamakan dengan mainan. Sangat sakit bermain dengan hati yang bertepuk sebelah tangan. Sangat perih ketika merintih merenungi kecemburuan. Mengapa selalu perasaan ini yang disalahkan. Mengapa begitu sedih saat diri ini ditinggalkan. Apalagi ditinggalkan ketika perasaan sayang sedang berada dalam puncaknya. Ingin bersetia dengan kamu. Tapi kamu telah pergi tanpa membawa aku.
Senin, 13 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Luka Dan Air Mata
Poetryterimakasih untuk kamu yang telah menggoreskan hati. karena berkat dirimu tulisan ini lahir dari campur tinta dan air mata. Kamu tau luka? Ya, itu yang kamu goreskan di pelupuk hati terdalam. Mungkin aku menganggapnya hadiah. Tapi kenapa menyakitkan...