Kamu adalah tengah-tengah dari surya. Bukan sunrise bukan juga sunset. Ombak selalu mencoba mendekat, meski tak bisa. Rintihan hujan selalu datang dan membiarkan pelangi bermain sebentar. Pagi selalu muncul menyambut senyummu yang tak terlupakan. Malam selalu mengajarkan arti perpisahan. Dan mimpi selalu menemaniku dikala kefanaan lebih asyik dari realitas kehidupan.
Bukan menunggu lalu meninggalkan yang kuinginkan. Tapi menetap lalu memiliki yang menjadi impian. Kamu seperti mawar yang indah namun penuh dengan kutukan. Durinya membuat cairan merah keluar dari siapa saja makhluk yang menginginkan.
Hati dan mawar mempunyai warna kesamaan yang tak legang oleh ingatan. Merah, ya itu tak dapat terpisahkan dari keduanya. Mungkin jika pertama kali mencoba mendekatinya, itu akan jadi merah pertanda berani. Lalu pulang dengan merah kekalahan.
Jika ingin memetik mawar dengan tangan hampa. Maka bersiaplah tanganmu akan terluka. Jika ingin mendapatkan hati seorang pilihan. Bersiaplah perasaan akan dikejar-kejar oleh kesedihan dan kesengsaraan.
Kesetiaan akan diabaikan dan janji hanyalah angin lalu. Mungkin janji yang diukir didalam sejarah percintaan, hanyalah prasasti tanpa arti.
Mungkin pasir yang bertiup pun, akan selalu berduka cita. Ia akan mengabarkan kepada gurun yang hampa, bahwasanya kami bernasip sama. Mempunyai hati yang tandus dan tak ada yang mau mengurus. Badai juga selalu datang membawa bayang-bayang yang menakutkan.
Rabu, 29 april 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Luka Dan Air Mata
Poetryterimakasih untuk kamu yang telah menggoreskan hati. karena berkat dirimu tulisan ini lahir dari campur tinta dan air mata. Kamu tau luka? Ya, itu yang kamu goreskan di pelupuk hati terdalam. Mungkin aku menganggapnya hadiah. Tapi kenapa menyakitkan...