Dahulu, ketika aku kecil. Aku sangat ingin bercengkrama dengan hujan. Tak mudah menjumpainya, karena harus meminta izin terlebih dahulu kepada ibu yang melarang. Dengan tangisan aku merengek memaksa ibu untuk membiarkanku berpetualang bersama kawan-kawan, menari dibawah rintihan hujan. Setelah dapat izin aku berlari lalu bermain dibawah penderitaan awan yang menangis sejadi-jadinya. Seperti dirimu yang saat ini sedang bergembira dibawah tangisanku.
Maafkan aku awan, hujan dan kenangan. Aku tak tahu kala itu, sangat sakit melihat orang yang tertawa dan bergembira dibawah tangisan. Jika aku mendengarkan ibu Mungkin patah hati tak akan sesakit ini. jika aku mengabaikan hujan, mungin aku tak punya kenangan sepahit ini.
Bermain hujan tak lagi hanya membuat demam. Ada hati juga yang merasakan sakit dan kedinginan merindukan seseorang. Mengapa dewasa ini, jika hujan turun hanya seluruh kenangan dirimu yang terpampang diingatan. Mengapa tak ingatan masa kecilku. Mengapa harus kamu? Apakah ini yang dinamakan kenangan yang tak terlupakan. Kenangan yang sangat indah namun dapat menampung linangan air mata.
Ingatanku ketika hujan turun. Ada kamu yang bermain air, dengan usil mencipratkan tetesan air hujan kepadaku. Dan kubalas dengan mengejarmu dan berlarian seperti kembali kemasa anak-anak.
Tapi saat ini mengapa kamu malah mengharapkan tetesan air yang berbeda. Kamu tak berharap air hujan dari awan. Melainkan kamu berharap dari mataku yang murung karena meratapi kesedihan.
Keceriaan, tawa dan manjamu masih tersimpan dilubuk hati yang paing terdalam. Mungkin saat ini jika hujan turun, pasti kamu tak akan teringat kenangan tentang aku. Tentang kita yang bermain bersama dibawah tetesannya. Pasti kamu telah menggantinya dengan kenangan yang baru bersama dengan dia.
Ingatkah kamu ketika petir terdengar? Lalu kamu spontan memeluku karena ketakutan. Ketika telah tersadar, lalu kamu melepaskan pelukan. Harus kamu ingat paa saat itu kita menjadi dua orang yang canggung. Mungkin itu adalah beberapa detik kenangan yang tak terlalu pahit namun begitu sakit.
Kamu harus tahu setiap awan kembali menangis, aku juga mengeluarkan air mata yang sama. Karena aku membayangkan dirimu ada disana.
Senin, 13 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Luka Dan Air Mata
Poetryterimakasih untuk kamu yang telah menggoreskan hati. karena berkat dirimu tulisan ini lahir dari campur tinta dan air mata. Kamu tau luka? Ya, itu yang kamu goreskan di pelupuk hati terdalam. Mungkin aku menganggapnya hadiah. Tapi kenapa menyakitkan...