Bab 31: Sebuah Kesepakatan

64.6K 8K 227
                                    

"Apakah sudah ada konfirmasi dari orang kita tentang isu yang kemarin kuminta kalian selidiki?" Ares bertanya dalam pertemuan rutin harian di Aula strategi militer Istananya. Ares memang sudah lama menjadwalkan pertemuan dengan para panglimanya dua hari sekali untuk membahas berbagai perkembangan dan isu intelijen terbaru. Walau Ares tidak selalu hadir, biasanya selalu ada orang kepercayaannya yang mewakilinya.

"Iya, Ares, salah satu mata-mata kita di selatan sudah mengirimkan informasi, benar kalau ada yang mengumpulkan monster dalam jumlah yang cukup besar. Raksasa Cyclops dan beberapa serigala gunung dipancing menggunakan umpan manusia dan dijebak dalam gua. Sekarang orang kita sudah mengepung gua tersebut dan menahan para monster itu di sana," Firenze, salah satu titan memberikan laporan.

Ares menggaruk dagunya seraya berpikir. Mengenang apa yang dikatakan Jacinda di malam sebelumnya.

"Apa maksudmu kalau Kairos bergabung dengan Sigmarion dan ingin memberontak? Kairos dan Zeus adalah sahabat lama," Ares menunjukkan kecurigaannya.

"Aku mendengar beberapa hal menarik dari rencana mereka. Kalau kau tidak percaya, silahkan kirim orangmu ke selatan, sebuah desa manusia telah digunakan sebagai umpan para monster. Sigmarion dan komplotannya akan memulai kekacauan dari sana," ujar Jacinda berusaha meyakinkan Ares.

"Kenapa kau mengatakan semua ini padaku?" Ares memandangnya curiga.

"Aku membenci ayahku, aku senang kalau dia hancur," Jacinda mengaku, ada kilatan emosi yang menggebu dari sinar matanya.

"Kita akan lihat nanti apakah kau berkata benar atau tidak," kata Ares sebelum berlalu ke kamarnya.

Ares masih diam saja di kursinya dengan beragam kalkulasi hinggap di kepalanya yang tampan.

"Ares, darimana Anda dapat semua informasi itu?" Firenze bertanya ingin tahu.

"Aku akan pergi sebentar, kau Firenze tetap di sini untuk melakukan koordinasi yang kita perlukan. aku mengandalkanmu," Ares beranjak dari duduknya.

"Saya tidak akan mengecewakan Anda," Firenze membungkuk.

***

Kamar itu terletak agak terpencil di Istana utama. Jauh dari sinar matahari dan terkesan suram. Ares memang sengaja memberikan kamar itu agar menghindari terlalu sering berpapasan. Walaupun seperti itu Ares tetap memerintahkan para Satyr untuk memberikan pelayanan terbaik karena Jacinda adalah tamu di istananya.

Ares tidak pernah menduga kalau dia akan mengunjungi kamar Jacinda seperti ini. Ares memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Wanita itu duduk di kursi kamarnya bersama para pelayannya yang setia. Jacinda tampak sudah menduga kedatangan Ares, dia tersenyum anggun kemudian meminta para pelayannya meninggalkan mereka berdua.

"Duduklah Dewa Ares," Jacinda mempersilahkan. Ares pun duduk di sebelah Jacinda, masih berwaspada.

"Apa yang kamu katakan padaku sebelumnya, aku telah mengeceknya dan itu benar terjadi," Ares langsung berbicara tanpa basa-basi.

Jacinda hanya tersenyum menanggapi. Dia menuangkan anggur untuk Ares.

"Minumlah, kita mungkin akan bicara sedikit lebih lama," wanita itu berujar.

"Jadi ... apa yang kau inginkan? Aku masih belum bisa percaya kalau kau akan mengkhianati ayahmu," sang Dewa Perang menyatakan keraguannya.

"Aku tahu, memang sulit dipercaya. Tapi aku selalu tidak menyukai ayahku. Aku tidak pernah merasa bahagia tinggal bersamanya," kata Jacinda.

"Kenapa?" tanya Ares lagi masih belum yakin.

"Entahlah, mungkin karena aku hanya anak keempat, Kairos mengabaikanku dan aku tidak mendapatkan banyak kesempatan seperti kakak-kakakku yang lain. Aku percaya kalau Anda akan memahami perasaanku," Jacinda berkata dengan yakin.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang