Tidak seperti biasanya. Bahkan mungkin tidak pernah terjadi sebelumnya. Ares bermimpi di malam ketiga kontes berburu para Ksatrianya. Ares adalah seorang Titan, makhluk abadi yang dianugerahi umur dan intelejensi melampaui makhluk humanoid lainnya. Titan biasanya tidak bermimpi.
Namun malam itu, ketika Ares bermalam di peraduannya dia ingat bermimpi tengah berada di sebuah padang rumput yang luas tepat beratapkan galaksi yang dilukis sempurna oleh alam.
Ares melihat Jill alias Portia istri belianya yang tersenyum padanya sambil menggandeng tangannya. Sama seperti yang diingatnya, Jill memiliki senyuman yang bersahaja sekaligus ceria. Sorot matanya juga menyiratkan keluguan sekaligus kebijaksanaan yang terpendam.
Ares terbangun dengan perasaan bingung bercampur bahagia. Entah kapan terakhir kalinya dia bermimpi dalam tidurnya. Mungkin sekitar dua dekade yang lalu? Atau lebih lama dari itu? Karena itu Ares tidak pernah melupakan setiap mimpi yang singgah dalam tidurnya. Ares dan rata-rata Titan menghargai dan mengenang mimpi-mimpi itu dan berharap bisa merasakannya kembali.
Sudah empat hari berlalu, dan beberapa kelompok pemburu mulai kembali ke Istana Ares. Dewa Perang itu melihat ada kepala banteng bertanduk tiga, cyclops muda dan beberapa Griffin. Ares tahu para ksatrianya yang tangguh dan terlatih berusaha untuk tidak mengecewakannya. Acara berburu ini sebentar lagi akan usai dan Ares bisa melihat istrinya kembali.
Samir si centaur serta Firenze si titan adalah kedua panglimanya yang dia percayai. Mereka tentunya tidak mengikuti kontes, mereka membantu Ares untuk mengatur kontes berburu tersebut. Ares melihat Samir berbincang dengan adiknya Hadreda yang merupakan astronom di menara pengamatan bintang istananya.
Hadreda nyaris tidak pernah meninggalkan planetarium, ada urusan apa dia mengunjungi lapangan dimana para ksatria berkumpul? Sejak Hadreda mengalami patah kaki belakang, centaur wanita itu sudah tidak lagi berperang di garis depan. Padahal sebelumnya Hadreda adalah petarung yang tangguh.
Ares berjalan ke arah lapangan, menghampiri para panglimanya. Semua orang yang melihatnya membungkuk hormat.
"Apakah kelompok Alastair sudah datang?" Ares bertanya.
Para panglimanya langsung menebak dalam hati. Dewanya pasti merindukan kekasihnya. Karena Ares tidak pernah mau repot-repot mengabsen ksatrianya seperti sekarang ini.
"Belum terlihat Ares. Acara berburu memang belum usai." Kata Firenze menanggapi.
"Hadreda, kau kelihatan sehat. Jill sering bercerita tentang dirimu. Kabarnya dia banyak bertanya soal astronomi kepadamu," Ares membuka percakapan.
"Benar Ares, Putri Sparta adalah wanita yang cerdas dengan keingintahuan yang tinggi," Hadreda mengangguk.
"Aku ingin tahu, apa mungkin dia juga suka membahas diriku kepadamu?" Ares sedikit berbisik kepada Hadreda. Centaur itu tampak sedikit terkejut.
"Be ... benar Ares. Kebanyakan untuk hal-hal yang positif," kata Hadreda.
"Seperti?"
"Mengenai itu saya merasa tidak punya hak untuk mengungkapnya. Anda harus bertanya sendiri pada Putri Sparta," kata Hadreda.
"Jawaban bijak, kau tidak ingin mengadu kami berdua ya? baiklah aku juga merasa belum terlalu perlu mengetahuinya," kata Ares menanggapi. Ares melihat ada sedikit rasa gentar di ekspresi wajah Hadreda. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Katakanlah," Ares menegur.
"Apa?" Hadreda terlihat kaget.
"Kau punya sesuatu yang ingin kau katakan kan? karena itu kamu meninggalkan menara astronomi jauh-jauh ke sini. Apa aku benar?" Ares tersenyum untuk menaikkan keberanian Hadreda.
"Dewaku ...Saya ..." Hadreda masih terdengar ragu.
Ketika itu Ares menyaksikan Jacinda berjalan anggun ke arah lapangan. Kemudian membungkuk pada Ares dan menyapa para panglima. Jacinda memang menjadi informan penting bagi intelejen Ares saat ini karena banyak informasi darinya yang terbukti benar.
"Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Ares dingin.
"Saya hanya ingin melihat kegiatan para ksatria. kontes berburu ini tampak menyenangkan," ujar Jacinda berbasa-basi.
"Lalu? apa kau mau mengikuti jejak Putri sparta belajar pedang dan sebagainya? Tinggal di sini memang tidak banyak yang bisa dilakukan selain berlatih tarung. Aku bisa mengaturnya untukmu," kata Ares tanpa rasa curiga.
"Tidak, Dewa Ares, terima kasih atas kemurahan hati Anda. Sebenarnya saya takut melihat darah." Jacinda tampak tersipu.
"Tidak usah segan, kamu wanita, kebanyakan wanita memang tidak perlu ilmu beladiri," kata Ares lagi.
Ares jadi teringat kekeraskepalaan Jill Istrinya yang memaksa belajar berlatih beladiri. Berbeda dengan para ksatria Amazon, Jill terakhir sebagai putri raja. Karena itulah keseriusan dan kemajuan kemampuannya berlatih beladiri lebih diapresiasi oleh Ares. Jill telah berani mendobrak citranya sebagai putri yang lemah dan haus untuk mengembangkan dirinya.
"Ares! Alastair dan kelompoknya sudah datang!" Firenze mengabari dengan ekspresi wajah yang pucat.
Mendung menguasai perasaan Ares seketika begitu dia melihat Alastair, Medeia, Diana, Arthur, Moses dan Attica di lapangannya. Mereka tampak sangat buruk dan ketakutan. Ada kepala Griffin dibawa di punggung Arthur. Mereka telah berburu dengan baik tapi kemana Jill?
Ares merasa lemah dan ingin menjatuhkan dirinya. Perasaan macam apa ini? dia sudah merenggut nyawa ratusan manusia dan titan di medan perang. Dia melihat sendiri satu persatu rekannya yang mortal sekarat dan meninggalkannya. Tapi rasanya tidak pernah sesakit ini.
"Dewa Ares ... Saya ..." Alastair mulai berbicara dengan suara gemetar.
Ares langsung mengangkat tangannya dan mencengkram leher demigod itu. Dengan mudahnya Alastair yang bertubuh cukup besar itu terangkat dari tanahnya. Alastair sama sekali tidak membela dirinya. Dia sadar Dewanya tengah diliputi kemurkaan yang luar biasa. Alastair adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk itu.
"Kau ... aku hanya memberikanmu satu tugas sederhana. Lindungi Putri Sparta. Bagian mana dari kalimatku yang kau tidak paham?" Ares berkata geram. Kilatan emosi dan kesedihan terpancar dari matanya yang jernih.
"Saya ... Putri Sparta ... Putri Sparta ingin melarikan diri... kemudian dirinya tertangkap oleh Monster dan ... " Alastair tidak sanggup menyelesaikan kata-katanya karena cengkraman tangan Ares semakin kuat. Ares juga melihat selembar potongan pakaian Jill yang berlumur darah di pegangan tangan Alastair.
"Apa? Kenapa dia mau melarikan diri? Apa kamu baru saja bilang kalau Putri Sparta ingin meninggalkanku? Dan dia tertimpa musibah karena itu?" Ares bertanya.
"Alastair tidak berbohong, Ares, Putri Sparta memang beberapa kali mengatakan kalau ingin meninggalkan Anda. Saya dan Alastair berulang kali mencoba menasehatinya dan kami tidak menyangka kalau dia benar-benar akan melakukannya. Alastair adalah orang yang paling berusaha merubah pikiran Putri Sparta." Hadreda maju ke depan ingin membela Alastair. Samir kakaknya tampak mencoba membungkamnya.
Ares merasa berduka, pedih tidak terkira. Jill kekasihnya. Jill Istrinya yang berhasil menempatkan sosoknya begitu dalam dan mengakar pada hatinya. Jill alias Portia yang bahkan muncul dalam mimpinya yang langka. Wanita itu berniat meninggalkannya sejak lama? Apa salah Ares? Apa yang kurang darinya? Bukankah hubungan mereka baik? Bukankah Jill berjanji akan pulang bersamanya?
"Aku tidak peduli lagi. Firenze! Penjarakan Alastair. Dia telah lalai dalam tugasnya. Aku akan ke kamarku dan jangan ada yang menggangguku." Ares harus menjernihkan pikirannya. Dia harus berpikir banyak hal sebelum menyimpulkan sesuatu. Ada sesuatu yang janggal, walau Ares belum tahu tapi dia bisa merasakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride Of Olympus
FantasyJiwa seorang aktris di era modern, terjebak di dalam tubuh Putri Sparta dan dinikahkan dengan Ares, Dewa Perang Yunani yang terkenal kejam. * * * Jill Adelaide adalah aktris populer dengan kehidupan sempurna. Dikarenakan sebuah ritual misterius yang...