Bab 43: The Unknown

49.4K 7.5K 245
                                    

Jill merasa familiar dengan perasaan ini. Dia untuk yang kesekian kalinya terbangun di sebuah tempat yang asing dalam keadaan bingung dengan sedikit rasa sakit di kepalanya. Pandangan matanya pun gelap nyaris tidak ada setitik pun cahaya di sekitarnya. Padahal Jill sudah memastikan kalau matanya terbuka dengan baik.

Apa lagi yang terjadi pada dirinya kali ini?

Apa jiwanya telah meninggalkan tubuh Portia dan kembali ke tubuh aslinya di masa depan? Sayangnya Jill tidak bisa segera mengecek, karena sekelilingnya gelap gulita. Melihat tangannya sendiri pun dia tidak bisa.

Suasana yang hening dan diliputi kegelapan membuatnya bisa mendengar suara nafasnya sendiri, serta suara detak jantungnya yang berdebar cepat karena merasa takut dan cemas. Jill gemetar, termakan oleh kengeriannya sendiri. Dia tidak bisa melihat apa-apa.

Namun Jill yakin kalau dia tidak berada di tempat yang pengap. Sayup-sayup dia mendengar suara hembusan angin, rasa sejuk pun terasa lembut menyentuh kulitnya.

Bagaimana dengan Aldebaran? kuda pegasus milik Apollo yang bersamanya tadi? Jill yakin dia sendirian di ruangan misterius ini. Apakah Aldebaran sudah melarikan diri? Apakah dia aman?

Jill menghela nafas panjang, menyesali kecerobohannya.

Karena keingintahuan dan keegoisannya Jill akhirnya harus terjebak dalam kesulitan lagi. Bahkan kali ini dia benar-benar sendirian tanpa bisa berkomunikasi lagi dengan Apollo.

Padahal Apollo sudah memberi pesan yang jelas pada Jill yaitu agar dia pergi ke Istana Apollo dan menunggu Dewa Ramalan itu tiba di Olympus. Namun Jill dengan lancang melanggarnya.

Jill hanya ingin mengecek simbol aneh mirip Nazca Line yang dilihatnya di sebuah dataran tandus. Entah bagaimana kejadiannya, Jill merasa tubuhnya terkena hembusan angin misterius secara tiba-tiba sebelum dia tidak sadarkan diri.

Kemudian di sinilah Jill berada, dia terbangun dalam keadaan bingung. Ruangannya sangat gelap dan sunyi, Jill hanya mampu mendengar suara nafas dan detak jantungnya sendiri.

"Halo?" Jill memberanikan diri untuk berkata.

Tidak ada jawaban.

"Maaf, saya tidak bermaksud menerobos teritori Anda," kata Jill lagi.

Jill menebak, dia mungkin tanpa sengaja memasuki area kekuasaan dewa lain. Gunung Olympus adalah tempat tinggal para Dewa. Tentu bukan hanya Ares dan Apollo yang tinggal di sana.

Jill kemudian mendengar semacam suara petikan jari nyaris bersamaan dengan cahaya terang yang tiba-tiba menerangi sekitarnya.

Mata Jill yang sudah lama beradaptasi dengan kegelapan merasa sakit dan ngilu ketika tiba-tiba penerangan dinyalakan.

Jill tidak yakin apakah bisa menyebut cahaya itu sebagai lampu, karena dia tinggal di masa Yunani Kuno. Tapi cahaya itu sangat terang dan berwarna putih.

Ketika akhirnya mata Jill sudah beradaptasi dengan terang, gadis itu menyadari kalau ruangan yang dia tempati itu tidak terlalu besar. Dia berada di sebuah kamar persegi yang dibatasi oleh kaca transparan.

"Siapa kamu?" Suara seorang pria terdengar di telinga Jill, namun tidak ada wujudnya.

"Sa—Saya Putri Sparta." Jill berhati-hati. Dia tidak mau berbohong, kalau yang dia hadapi adalah salah satu Dewa Olympus yang angkuh, mereka harus menganggap Jill bisa dipercaya.

"Putri Sparta? Kau Manusia?" Suara itu langsung menebak.

"Benar, apakah saya bisa tahu siapa Anda?" Jill balik bertanya.

"Kenapa kau bisa berada di area kekuasaanku? Apa yang kau lakukan di sini? Kemudian kuda sembrani yang kau tunggangi itu—dia milik salah satu anak Zeus kan?" Tanyanya, tidak menggubris pertanyaan Jill.

"Sa—Saya tertarik melihat gambar raksasa yang dipahat di tanah Anda. Itu mengingatkan saya pada apa yang pernah saya lihat dulu," kata Jill lagi.

"Kau bilang kau dari Sparta? Tidak ada relief seperti itu di Sparta! Apa kamu mencoba membohongiku?" Suara pria itu tampak ragu.

Jill menggigit bibirnya, apa ini waktu yang tepat untuk bertaruh? Jill tidak bisa membiarkan nyawanya terbuang sia-sia di Istana Dewa misterius itu.

"Bukan! Saya melihatnya di Peru," Jill menjawab yakin. Menunggu reaksi dari si dewa misterius.

Pria itu tergelak hebat, dia tertawa dengan suaranya yang menggelegar memenuhi ruangan.

"Peru katamu? Manusia, Apakah kamu memperoleh penglihatan dari oracle atau semacamnya? Kota Peru belum ada di masa ini." Pria itu memastikan.

Jill terhenyak. Dewa ini mungkin benar seorang penjelajah waktu seperti dirinya. Tapi Jill juga merasa heran. Apakah Dewa ini tidak menebak sama sekali kalau Jill mungkin juga seorang penjelajah waktu? Apakah teknologi time travel itu memang masih terbatas di antara kaum titan?

"Ya, saya melihatnya di dalam mimpi saya," Jill menanggapi. Dia memutuskan untuk mengikuti apa yang diyakini sang Dewa.

"Kau belum menjawab tentang kuda sembrani itu? Darimana kau bisa menemukannya bahkan menungganginya?" kata Dewa itu bertanya.

"Saya ... saya meminjamnya dari Apollo," kata Jill jujur.

"Apa hubunganmu dengannya? Apakah kau kekasihnya?" tanya Dewa itu lagi.

"Bukan, saya pengikutnya."

Dewa itu terdiam.

"Anak-anak Zeus rupanya memang punya masalah tentang mengatur para bawahannya. Terutama Ares! Anak sialan itu dan para ksatria brutalnya kerap berkeliling Olympus dari waktu ke waktu untuk membunuhi para anak-anakku." Suara si Dewa terdengar geram.

"Siapa anak Anda?" Jill merasa bingung.

"Cyclops, Hydra, Siren, Griffin dan makhluk cantik lain yang kalian sebut monster itu adalah anak-anakku," kata suara itu lagi.

"Umm ... bagaimana itu mungkin?" Jill bertanya hati-hati.

Dewa itu tidak menjawab.

"Kebetulan sekali aku sedang bosan, menyenangkan bisa melihat manusia lagi di Olympus setelah ratusan tahun berlalu," dewa itu menggumam.

"Umm... iya. Saya tahu kalau manusia memang tidak bisa berkeliaran di Olympus," Jill menanggapi.

"Mari kita lakukan sebuah permainan!" ujar suara itu lagi.

"Permainan apa?"

"Kalau kamu bisa memenangkan permainanku, aku akan izinkan kamu bertanya apapun padaku. Kalau kamu kalah maka selamanya kau akan tinggal di Istanaku. Istriku kebetulan sudah lama menginginkan dayang baru," kata suara itu lagi.

Jill tidak langsung menjawab. Apakah dia bisa mengandalkan keberuntungannya lagi kali ini?

"Bagaimana kalau saya menolak ikut permainan Anda?" tanya Jill memberanikan diri.

"Kamu akan mati," kata dewa itu datar.

"Se—Sebelumnya, apakah saya bisa tahu dengan siapa saya dari tadi berbicara?" tanya Jill takut.

"Aku Hades, dewa kematian dan penguasa dunia bawah," jawab suara itu.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang