19. HATI YANG TERSAKITI

816 87 9
                                    

Buyung

Buyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini sungguh tak mudah, apalagi harus mengabaikannya dan membuatnya terluka lalu menangis. Percayalah, ini sangat sulit bagiku. Namun, tak ada pilihan selain melakukannya. Walau sakit di awal, lama-lama juga akan terbiasa.

***

Setelah mengakui kesalahan, dan mengikrarkan janji takkan melakukan perbuatan itu lagi. Dengan sangat terpaksa aku mengabaikan Fitri, yang tadi sudah berusaha mengejar, meminta penjelasan atas sikapku padanya. Sungguh, ini sangat sulit.

"Aku kasihan lihat Fitri, Yung" ucap Ujang saat kami duduk di teras rumahku.

Aku tak menjawab, hanya berdiam diri saja, sambil terus menatap ke lantai tanah teras rumah.

"Uda...!"

Aku dan Ujang terkejut, saat mendengar teriakan Mak dari dalam. Segera saja beranjak dan langsung masuk rumah. Aku sempat berpapasan dengan bapak di ruang depan, yang terlihat sangat murka wajahnya. Ia berjalan menghentak menuju keluar. Tak kuhiraukan, terlalu khawatir dengan keadaan mak.

"Mak..." ucapku menyusul Mak di dipan dapur tempatku biasa tidur.

Ia sudah terduduk di sana, sambil bersimbah air mata. Ujang mengekor di belakang. Ada Yanti juga di sana, berada dekat tungku, wajahnya pun terkesan marah. Namun, seolah tak bisa melakukan apa-apa.

"Kenapa Mak?" tanyaku cemas.

Mak masih menangis sambil bersidekap dengan kedua tangan di depan, lalu sesekali mengusap perutnya.

"Bapak memang jahat!"

Aku menoleh pada Yanti. Bapak pasti telah melakukan sesuatu.

"Apa yang dia lakukan?"

"Mak susah payah cari uang, dia malah main ambil aja!"

Apa? Mataku seketika memerah, marah. Kenapa bapak tak juga berubah? Selalu menyengsarakan kami. Tanganku terkepal mendengar cerita Yanti.

"Dia bahkan merampas paksa dari dompet Mak. Padahal, sebentar lagi adik lahir!"

Yanti tampak sangat dongkol.

"Sabar, Yung!"

Ujang menahan tubuhku, yang hendak keluar mengejar bapak. Aku tak tahan dengan perlakuannya pada mak, ini sungguh sangat keterlaluan.

"Lepaskan aku, Jang!" erangku menatap Ujang marah.

Tetapi, Ujang malah semakin erat memegangiku.

"Mau kau apakan bapak kau, Yung?"

"Aku tak sudi punya ayah seperti dia!"

Aku berusaha melepaskan diri dari Ujang, yang bahkan tak disangka, akan sekuat ini menahanku.

I N Y I A K [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang