Hanya tinggal menghitung hari ia akan wisudah dan kembali lagi ke Indonesia.
"Iya Mom? Tenang aku akan jemput kalian di bandara. ... Iya Mom, Marsha baik-baik saja. ... oke. Hati-hati ya Mom perjalanannya. .... sip. Waalaikumsalam."
Marsha menutup ponselnya. Yah, dirinya Stevani Marsha Nugroho princessnya keluarga Nugroho. Putri dari duo pasangan yang membangongkan dan adik dari duo kakak kembar yang laknat.
Gadis yang dulunya amat sangat jail dan hyper, kini ia akan melaksanakan wisudah. Dirinya sudah dinyatakan lulus dari Harvard Medical School degan nilai yang memuaskan.
Seiringnya waktu dan perkembangannya, Marsha kini menjadi gadis yang cantik dan anggun. Dirinya tidak terlihat bar-bar seperti yang dulu. Kalem, anggun, cantik itulah gambaran yang tepat untuk calon dokter muda ini.
Sembari menunggu kedatangan orang tuanya yang mungkin baru akan tiba besok. Marsha sudah mulai mempersiapkan pakaiannya. Agar saat hendak pulang nanti, ia tidak keteteran.
Marsha mulai memasukkan beberapa bingkai foto kedalam kopernya. Namun saat memegang satu foto, tangannya mulai terhenti. Bukannya menaruh bingkai foto itu ke dalam koper. Marsha justru mengambilnya dan duduk di tepi ranjang tidurnya dan melihati gambar yang ada didalamnya.
"Kak... aku di sini tepati janjiku. Aku harap kakak di sana juga tepati janji kakak..." guman Marsha menatap lekat fotonya dengan orang yang ada difoto itu sebelum keberangkatan lima tahun lalu.
~5 tahun yang lalu~
Hari ini adalah hari keberangkatan Marsha menuju Amerika. Setelah menepuh pendidikan dokter umum. Ia akan melanjutkan study pengambilan spesialis di sana. Harvard University adalah pilihan Marsha dari semua universitas kedokteran di Dunia.
Pagi hari sebelum keberangkatanya Marsha mendapat ucapan permintaan maaf dari dua kakak kembarya. Keduanya tidak bisa turut mengantar Marsha menuju bandara. Marsha mengerti, Abang Axcel dan Arcelnya pasti sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Sha, masih di kamar? Mommy sudah lama nunggu lho!" Kata suara berat dari luar.
Marsha menoleh dan malah nyengir. "Hehehe iya Kak. Habis baca pesan absurd bang El dan bang Ar."
"Kakak kira kamu ngapain tadi. Sudah ayo, sini kakak bawain koper kamu."
"Hehehe makasih kak Eyres. Terbaik deh," kata Marsha memeluk kakak sepupu pertamanya dan mencium pipinya.
Eyres sudah bagaikan kakak pengganti bagi Marsha. Semenjak kepergian dua abangnya menempuh pendidikan, Eyres lah yang menggantikan posisi keduanya. Eyres bagai kakak ketiga Marsha. Walau jujur Marsha tidak suka dengan kedua orang tua Eyres, namun tidak dengan Eyres sendiri. Marsha sudah mengangapnya seperti kakaknya. Ingin nambah nama di KK kan jadinya.
"Kak, jadi kakak gak ikut ke bandara nih?" Tanya Marsha saat menuruni tangga.
"Maaf ya Pirncess, kakak ada meeting yang tidak bisa dicancel. Sudah berapa kali nolak tidak bisa," jawab Eyres dengan raut bersalah.
"Ya kalau penting jangan dicancellah Kak. Aku gak apa, kan ada mom sama dad."
"Haduh anak-anak ini. Ditungguin malah santai turun tanpa beban!" Suara cempreng dari bawah membuat mereka menoleh.
"Hehehe Mommy!" Kata Marsha langsung memeluk mommy nya.
"Sha, kakak balik dulu ya. Mom Eyres kembali ke kantor," kata Eyres kepada dua wanita cantik di hadapannya.
"Sudah mau balik? Tidak ikut nganter ke bandara?" Suara pria membuat Eyres berbalik ke belakang.
"Maaf Uncle, ada meeting."