Alette Lorraine tersenyum cukup lebar saat melihat ayahnya mengangkat segelas wine dan tersenyum kepadanya. Ia mengambil gelas wine yang berada di dekatnya dan mengangkatnya juga. Semua orang yang memperhatikan itu bertepuk tangan lalu ikut mengangkat gelas wine. Ketika ayahnya berkata, "Untuk anakku tercinta, Alette Jane Lorraine. Kamu tahu kalau Papa sangat mencintai kamu kan sayang?" Alette mengangguk dan menjawab, "I love you too, Papa." Suara lantang dari semua tamu yang hadir membuat Alette menggelengkan kepala lalu tersenyum.Alette menolehkan kepalanya ke sekitar lalu memiringkan kepala saat ia melihat seorang wanita yang dipanggilnya Mama mencium ayahnya dan mengerling kepadanya. Ia memperhatikan bagaimana jari-jari ayahnya berjalan disekitar pinggang mama nya dan berbisik, dan yang terjadi selanjutnya mereka kembali berciuman. Alette meletakkan gelas wine tanpa meminumnya dan berbalik. Ia berjalan keluar dalam diam. Beberapa kali ia hanya melirik ke arah para tamu yang mencoba menyapanya dengan terpaksa.
Ia menuruni anak tangga dan berjalan menghampiri Diana-wanita tua yang mengatur semua hal tentang pekerjaan rumah. "Mau pergi, Ale?" tanya Diana membuat Alette mengangguk dan tersenyum. "Beritahu Papa kalau aku pulang. You know Diana, aku tidak terlalu biasa dengan pesta ini."
Diana mengambil tangan kanan Alette dan berbisik, "Kita berdua tidak biasa, right?"
Alette mengangguk. Ia memeluk Diana sebelum pergi. Di setiap langkahnya untuk keluar dari area rumah, senyumnya perlahan memudar. Jari-jarinya dengan lihai mengambil beberapa benda yang menempel di tubuhnya lalu membuangnya ke tanah. Diana yang melihat itu hanya diam dan tugasnya besok adalah mencari setiap barang yang dibuang Alette.
Pukul sebelas malam dan Alette masih di luar. Gaun pendek dengan belahan dada yang tidak terlalu rendah membuat beberapa pria yang duduk di meja bar memperhatikan Alette dengan senyum yang semua orang mengerti maknanya. Alette memesan segelas vodka tapi ia tidak meminumnya, hanya memperhatikan dengan malas.
"Bisa aku duduk disini?"
Alette mengabaikannya. Ia tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan dari pria yang mencoba mendapatkan atensinya. "Apa aku mengganggu kamu?" Alette mengerjapkan matanya lalu menoleh. Ia memperhatikan pria di depannya lalu mengangguk, "Kamu bisa duduk disini dan kamu memang mengganggu aku." Alette berdiri dan sekali lagi berkata, "Kamu tahu cerita yang paling murahan ketika seorang pria mengajak wanita berkenalan di bar? Mereka tersenyum malu-malu, saling mendekatkan diri, berciuman dan sex. Dan keesokan paginya mereka hanya dua orang asing yang melupakan kejadian sebelumnya."
"Kamu salah. Beberapa orang justru berkencan keesokan paginya."
Alette mengangkat sebelah alisnya dan membalas, "You know, berkencan keesokan paginya hanya hal kecil yang bisa membuat masalah nantinya." Sebelum pria tidak bernama yang mencoba berdebat dengannya kembali membalas perkataannya, Alette segera pergi. Ia berjalan cukup santai dan kembali membuat semua orang yang ada di bar memperhatikannya.
Alette berhenti berjalan di depan salah satu hotel dan memperhatikan setiap orang yang keluar masuk hotel. Ia mengambil handphone dan membaca pesan yang setengah jam lalu diterimanya. Ia menghela napas dan kembali berjalan ke dalam hotel. Fendy Ardian - resepsionis yang berdiri di tengah-tengah hotel tersenyum ke arah Alette dan saat Alette sudah berdiri di depannya, ia berkata, "Hai Ale, kerja lagi?"
Alette tersenyum lalu mengangguk, "Dia membutuhkan aku, mungkin. Dan kamu belum pulang? Shift kamu sudah selesai kan?"
Fendy mengangguk, "Aku pulang sebentar lagi." Lalu Alette mengangguk. Ia berpamitan untuk segera naik ke atas sebelum orang yang akan membayarnya malam ini membatalkan rencananya. Alette memperhatikan setiap angka yang semakin naik di dalam lift. Ketika lift berdenting dan ia keluar, beberapa orang yang berdiri di luar lift menyapanya. Alette tersenyum dan menyapa mereka dengan hangat. Lalu ia kembali berjalan dan berhenti di depan pintu yang sudah dihafalnya. Ia mengeluarkan kartu akses untuk masuk ke dalam lalu menempelkannya di pintu. Suara dentingan piano dan biola yang saling beradu membuat Alette tersenyum. Ia masuk ke dalam, menyimpan tas nya di sofa dan berjalan ke arah kamar. Ia mendorong pintu bertuliskan Orva Cesta Tanaka dan masuk ke dalam. "Orva, aku hanya akan memberikan waktu lima belas menit. Jam kerja aku sudah selesai sejak satu setengah jam yang lalu. Dan aku tidak mengerti kenapa kamu harus tidur selalu di jam sebelas lebih. Orva aku juga butuh tidur dan kamu-"
Alette terdiam dan memperhatikan seseorang yang tidak dikenalnya berdiri dan hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawah. Bukan Orva dan bukan Jacob. Jadi siapa pria setengah telanjang di depannya ini?
"Selingkuhan Orva?" tanya Alette dengan menebak.
"Bukan."
"Teman satu malam?" Alette kembali menebak.
"Bukan."
"Pencuri yang numpang mandi?"
"Bukan."
Alette menaikkan salah satu alisnya dan bertanya, "Lalu?"
"Kendranata Alden Tanaka."
"Oh."
Ken memperhatikan wanita yang hanya berdiri di depannya dengan bingung lalu bertanya, "Dan kamu?"
"Tidak dikenal."
Lalu Alette berbalik dan berjalan ke luar. Ken yang memperhatikan itu hanya mengendikkan bahu dan melanjutkan kegiatannya untuk mengganti pakaian. Sepuluh menit kemudian ia keluar dan masih menemukan Alette yang duduk di sofa dengan susu coklat di depannya. Ken berjalan mendekat dan Alette tidak merasa terganggu dengan itu. Ia masih memperhatikan susu coklatnya dalam diam.
"Orva tidak pulang."
"I know."
"Dan kenapa kamu masih disini?"
"Di luar hujan."
Ken menoleh ke luar jendela, tidak ada hujan dan wanita di depannya ini berbohong. "Tidak hujan."
"Di Indonesia bagian tengah sedang hujan."
"Kamu tahu kalau kita sedang di Indonesia bagian barat."
"Lalu?"
"Di sini tidak hujan dan harusnya kamu pulang karena Orva tidak akan datang."
Alette menghela napas lalu mendongak untuk melihat Ken. "Aku akan pulang setelah menghabiskan susu coklat ini," kata Alette dan kembali menunduk untuk memperhatikan susu coklatnya.
Ken berdiri lalu menatap Alette. Ia mengingat sesuatu dan berkata, "Anak lelaki penunggu mawar merah." Tepat ketika ia selesai mengatakannya, Alette mendongak. Ia berdiri dan berjalan memutar untuk berdiri di depan Ken, "Apa kamu sedang mengingat masa lalu?"
"Maksud kamu?"
"Anak lelaki penunggu mawar merah, cerita dua tahun yang lalu. Aku saja bahkan melupakannya seandainya kamu tidak menyebutkan hal itu. Dan Kendranata Alden Tanaka, berhenti mencoba mengingat masa lalu. Karena aku tidak tertarik dengan hal yang berlalu."
Alette menarik senyum di bibirnya lalu berjalan pergi. Ia kembali meninggalkan minumannya untuk yang ketiga kali dalam malam ini. Wine, vodka dan susu coklat. Ken memperhatikan kepergiaan Alette dalam diam.
"Wanita tidak dikenal yang meninggalkan susu coklat."
...
...
"Dan wanita aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in autumn
Romancekamu dan aku yang tersenyum di musim gugur. Mengatakan kalau kita sudah berada di ujung jalan untuk menyeberang dan menyapa. Melewati yang namanya penolakan untuk saling menerima. Alette Lorraine memperhatikan jari manisnya dan berkata, "Setidakny...