Ale melangkah keluar dari ruangan Ken dengan sedikit kesal karena pria itu menggodanya dengan kata-kata yang membuatnya mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dan kata-kata pria itu tentang etikanya. Stephani tersenyum kecil saat Ale berhenti dan bertanya, "Boss kamu, maksud aku boss kita, dia selalu bersikap seenaknya?""Miss Lorraine-"
"Just Ale."
Stephani mengangguk. Ia memperhatikan Ale dari ujung rambut sampai ujung kaki. Different dan Stephani meyakini satu hal, wanita di depannya tidak tertarik kepada Ken. Dan pria itu juga sama, tidak tertarik kepada Ale. Lalu apa yang membuat mereka seperti dua orang yang harusnya bersama? Stephani tidak tahu. "Pak Kendranata hanya ingin memastikan setiap bawahannya tidak mengalami masalah yang bisa membuat Tanaka House kerepotan."
"Aku tidak mengalami hal yang merepotkan."
Stephani yang ingin membalas kata-kata Ale teralihkan dengan bunyi telepon dari ruangan Ken. Ia menjawab panggilan Ken dengan tenang dan sesekali ia melirik ke arah Ale. Kemudian ia meletakkan kembali telepon dan berkata, "Taylor akan mengantar kamu ke Royal hotel sebentar lagi."
"Siapa Taylor?"
"Sopir pribadi Pak Kendranata."
Ale mengerutkan dahi tapi ia tidak bertanya karena seseorang yang dipanggil Taylor sudah berdiri di depannya dan mengatakan kalau Taylor akan mengantar Ale ke Royal hotel. Ale mengikuti langkah Taylor setelah mengucapakan terimakasih kepada Stephani. Dan selama perjalanan yang dilakukan Ale hanya memperhatikan Taylor dari belakang.
"Taylor," panggil Ale kepada Taylor saat mobil berhenti di lampu merah. "Berapa lama kamu bekerja untuk Bapak Kendranata?"
"Sepuluh tahun."
"Dan kamu pasti tahu siapa saja wanita yang dibawa pria itu di mobil ini."
"Saya tidak mengerti-"
"Wanita lainnya Taylor. Di mobil ini."
Taylor Watson telah berjanji untuk tidak mengatakan apapun kepada siapapun. Dan saat ia mendengar wanita yang baru dilihatnya pagi ini mulai bertanya tentang hal pribadi Ken, Taylor tahu kalau ia harus menjaga sikap dan dengan sopan ia bertanya, "Saya tidak mengerti, mungkin Anda salah mengartikan-"
"Taylor, wanita lainnya, boss kita sering membawa wanita berbeda di mobil ini? Kamu bekerja selama sepuluh tahun dan kamu jelas sudah tahu tentang sesuatu," kata Ale kepada Taylor. Ia hanya ingin memastikan kalau ini terakhir kalinya ia duduk di dalam mobil Kendranata Alden Tanaka. Ia memang belum membaca informasi apapun tentang Ken tapi kejadian dua tahun lalu-saat Ken memakai cincin di jari manis-membuktikan kalau pria itu sudah memiliki wanitanya. Ia sepenuhnya sadar bagaimana harus menyikapi hal ini. Setiap hari ia melihat pria seperti Ken selalu membawa wanita berbeda ke dalam mobilnya. Ia tidak ingin menjadi salah satunya.
Taylor tidak menjawab pertanyaan Ale sehingga Ale bertanya dengan pertanyaan lain, "Apa dia bercerai? Cincin di jari manisnya, dua tahun lalu, dia tidak memakainya lagi."
"Taylor, jawab pertanyaan aku saja."
...
...
"Saya tidak memiliki wewenang untuk membahas tentang Pak Kendranata, Miss Lorraine."
Ale mengerutkan dahi dan ia menghela napas membuat Taylor meliriknya dari kaca mobil. Taylor menghentikan mobil tepat di depan Royal hotel yang artinya beberapa orang bisa melihat siapa yang akan keluar dari mobil dengan plat nomer milik Kendranata Alden Tanaka. Dan mobil Ken adalah satu-satunya mobil yang dipesan khusus.
Taylor menoleh ke belakang dan memastikan kalau Ale baik-baik saja. Ia melihat wajah Ale yang menginginkan jawaban pasti darinya dan untuk kali pertama dan kali terakhir, Taylor akan memberitahu Ale hanya dengan satu kalimat, "Mereka belum menikah."
Ale memiringkan kepala, "Dia dicampakkan? Atau mencampakkan? Mana jawaban yang menurut kamu benar, Taylor?"
Taylor menggeleng, "Saya tidak akan menjawab pertanyaan Anda lagi. Dan Nona Orva sudah menunggu Anda di apartemennya."
Ale mengangguk mengerti. Ia kemudian keluar dari hotel setelah mengucapakan terimakasih. Beberapa orang yang melihat Ale keluar dari mobil menatapnya dengan pandangan bingung. Mereka pikir wanita yang akan keluar dari mobil Kendranata Alden Tanaka adalah wanita seperti Cealine, mungkin. Tapi tidak seperti Ale.
Orva yang menunggu di lobby hotel langsung menghampiri Ale dan berkata, "Aku menunggu kamu selama sepuluh menit di lobby dan yang aku dengar kamu baru saja dari Tanaka House. Bertemu dengan kakak aku, benar?"
Royal hotel memiliki beberapa lantai untuk hotel dan apartemen. Semua orang menginginkan mereka memiliki tanggal pasti untuk bisa menginap disini saat mereka tidak dimungkinkan untuk tinggal di Stancio hotel. Ale mengajak Orva untuk berbicara di dalam apartemennya saja karena ia tidak ingin orang-orang mendengar apapun yang akan dikatakannya.
"Kakak kamu mencoret sebagian besar klien aku di dalam hotel ini," kata Ale setelah masuk ke dalam apartemen dan duduk di sofa. Orva juga ikut duduk dan memperhatikan Ale-seseorang yang sudah dianggapnya sebagai adik.
"Alette," Orva mengubah nada bicaranya. "Apa kamu tidak menyukai apa yang dilakukan kakak aku?" tanya Orva.
"Ya, aku tidak menyukainya sama sekali. Dia memang atasannya atasan boss aku dan dia juga kakak kamu. Tapi Orva, aku tidak menyukai dia yang mencampuri urusan pekerjaan aku."
"Dia hanya ingin menghindari hal yang menurutnya mungkin tidak baik. Mencoret klien kamu yang menurutnya tidak baik dan melakukan black list kepada mereka di hotel ini."
Ale mengerutkan dahi dan berkata, "Dia membuat hotel ini bangkrut, Orva. Klien-klien aku dan kamu tahu siapa mereka, di black list dari hotel dan itu artinya Royal hotel tidak akan memiliki orang-orang yang you know what i mean."
Orva tertawa mendengar kata-kata Ale lalu ia dengan tenang menjawab, "Tanaka House akan membuat Royal hotel menjadi lebih dari sebelumnya, Ale. Pemberitaan tentang Ken yang membeli hotel ini sudah diketahui semua orang. Dan informasi yang aku dengar sahamnya naik beberapa persen."
"Ale, trust me, dia melakukan yang terbaik," Orva menambahkan.
"Aku tidak menyukainya."
"Kenapa?" tanya Orva. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke arah kulkas, mengambil sekotak susu lalu memberikannya kepada Ale. "Kendranata Alden Tanaka tidak pernah membiarkan orang-orangnya kesulitan. Aku mempercayai hal itu selama aku hidup."
Ale tertawa dan berkata, "Aku bukan orangnya. Aku hanya Ale dan aku tidak tertarik untuk menjadi orang-orangnya."
"Dan kenapa kamu tidak ingin menjadi orang-orangnya?" tanya Orva dengan serius.
Ale tersenyum. Ia sangat yakin kalau ia tidak akan pernah menjadi apapun untuk pria itu. "Menjadi orang-orangnya yang artinya kita akan terikat dalam artian dia mungkin saja akan terus mencampuri urusan aku. Aku tidak menyukai itu, Orva. Aku bekerja disini tidak menggunakan nama Lorraine dan saat kakak kamu melakukan sesuatu pagi ini, menyuruh aku ke Tanaka House, mencoret nama-nama klien aku dan menyuruh Taylor untuk mengantar aku ke sini, aku tidak nyaman. Dia seperti melakukan hal itu bukan karena aku sebagai bawahannya tapi aku sebagai seorang Lorraine."
"Taylor mengantar kamu? Dengan mobil yang mana?"
"Satu-satunya mobil yang di pesan khusus. Aku bisa mengenalinya dalam sekali lihat."
Orva tersenyum dan berkata, "Cealine bahkan tidak pernah naik itu."
Jangan lupa vote dan komentar kalian. Beberapa tokoh dari Black Pearl akan muncul disini juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in autumn
Romancekamu dan aku yang tersenyum di musim gugur. Mengatakan kalau kita sudah berada di ujung jalan untuk menyeberang dan menyapa. Melewati yang namanya penolakan untuk saling menerima. Alette Lorraine memperhatikan jari manisnya dan berkata, "Setidakny...