19

63 14 5
                                    


Sekar Ayunidya Tanaka belum pernah bertemu dengan anak lelakinya bersama seorang wanita di tempat kebutuhan kamar mandi. Ia melihat Ken sedang berdebat dengan Ale tentang warna sikat gigi. Ia berjalan mendekat dan menyapa mereka, "Ken, Ale, kalian berbelanja bersama?"

Ale berbalik dan ia tidak menjawab pertanyaan Sekar. Ia hanya tersenyum kikuk lalu membiarkan Ken menjawabnya, "Ma, disini juga? Dan ya, kami sedang berbelanja."

Sekar mengangguk lalu ia melirik troli yang dipegang Ken dan berkata, "Apa yang kamu lakukan dengan handuk berwarna pink dan peralatan mandi itu Ken? Karena setahu Mama, kamu lebih menyukai warna hitam daripada pink."

"Itu milik Ale, Ma. Aku menemaninya untuk membeli ini semua. Apa Mama sendirian disini? Dimana Orva?"

Sekar tersenyum menyadari Ken yang dengan lihai membantu Ale memindahkan beberapa barang ke dalam troli. Wanita itu mencoba menjaga jarak tapi Ken hanya mengerutkan dahi bingung saat Ale berbisik, "Jaga jarak. Mama kamu ada disini dan mungkin berpikiran aneh karena kamu menemani aku."

Ken menyadari kata-kata Ale yang seperti menyindir nya tapi ia mengabaikan. Ia menoleh ke arah Mamanya dan bertanya, "Apa Mama berpikiran aneh tentang aku dan Ale? Karena sepertinya aku harus menjelaskan kepada Mama kalau aku sudah menganggap Ale sebagai adik aku. Seperti Orva."

Sekar mengangguk tapi ia menjawab kata-kata Ken dengan pertanyaan lainnya, "Apa kamu tidak keberatan kalau aku mengajak adik kamu ikut ke dalam acara kita minggu depan?"

"Tidak masalah tapi jawaban Ale yang akan menentukan bukan jawaban aku." Ken berbalik dan menatap Ale, "Kamu akan datang?"

"Akan aku usahakan, Tante."

Kendranata yang mendengarkan jawaban Ale berkata, "Ma, biarkan aku menjelaskan kepada Ale nanti. Give me time with her."

"Kamu sudah banyak berbicara dengan dia, i think."

"Dan aku masih ingin berbicara dengannya."

Sekar menghembuskan napasnya dan berkata kepada Ken, "Mama ingin mendengar jawaban pasti secepatnya." Setelah itu Sekar berjalan pergi meninggalkan keduanya setelah mengucapkan selamat tinggal dan memeluk Ken dan Ale bergantian. Ken berbalik untuk menatap Ale. Wanita di depannya seperti kesusahan untuk menatapnya dan Ken berdeham untuk mendapatkan atensi Ale.

"Mama sudah pergi, Ale."

"Aku ingin pulang."

"Setelah kita membayar semua belanjaan ini. Dan ada apa dengan kamu?" tanya Ken sembari mengikuti langkah Ale ke kasir.

Ale tidak menjawab pertanyaan Ken dan ia sibuk memindahkan semua barang ke atas meja untuk di cek. Saat kasir menyebutkan total harga yang harus dibayar, Ken mengeluarkan AMEX dan Ale hanya diam saja. Ia membiarkan Ken mengambil alih semua tas belanja dan dirinya hanya mengikuti pria itu ke arah taksi.

"Ale, Mama ingin mengundang kamu ke acara Tanaka Foundation minggu depan. Beberapa orang juga diundang ke acara penggalangan dana itu. Kalau kamu tidak ingin datang, I will explain kepada Mama," kata Ken setelah ia duduk di kursi belakang di samping Ale.

"Aku akan memikirnya. Dan apa yang kamu berikan untuk penggalangan itu?"

Ken menggelengkan kepalanya, "Aku belum memikirkannya."

"Dan apa yang harus aku berikan?"

"Tidak perlu. Kamu hanya perlu datang."

"Do you know that you are looking down on me? Aku tahu kamu tidak bermaksud begitu. Ken, aku ingin mengatakan sesuatu kepada kamu dan setidaknya setelah kamu mendengarkan apa yang aku katakan, kamu tidak lagi berpikir kalau aku tidak perlu memberikan apapun."

"Waktu," Ale menyebutkan satu kata yang membuat Ken mengerutkan dahi bingung. "Aku hanya memiliki waktu untuk mendengarkan cerita orang-orang atau memberikan dongeng, sebelum aku bekerja di Tanaka seperti sekarang. Dan aku ingin memberikan itu kepada orang-orang yang hadir dan membutuhkannya."

"Kenapa?" tanya Ken. "Apa menurut kamu tamu yang datang sangat membutuhkan waktu kamu Ale? Apa kamu tidak berpikir kalau bercerita justru membuang waktu mereka yang berharga?"

"Tamu yang hadir juga membutuhkan waktu untuk bercerita, Ken. Depresi, stress, tekanan dari berbagai hal dan masih banyak yang lainnya, mereka mengalami hal itu. And I'm sure they need someone untuk mendengarkan semua cerita mereka daripada obat yang diberikan dokter. Rich people always shut themselves off and give fakes in front of everyone, apa kamu berpikir itu bagus untuk mereka?"

"Ale, jika mereka menginginkannya, apa mungkin mereka menunjukkan diri mereka di depan semua orang kalau membutuhkan bantuan kamu?"

"Mereka bisa meminta bantuan orang lain lewat telepon agar tidak ketahuan."

"Apa menurut kamu rencana itu berhasil?"

"Aku tidak tahu tapi aku yakin berhasil."

Taksi berhenti dan Ken keluar lalu diikuti Ale. Pria itu membawa semua tas belanja dan berjalan masuk ke apartemen Ale. Lalu membiarkannya begitu saja di lantai dapur membuat Ale mengerutkan dahi bingung. "Kamu tidak ingin memindahkannya?" tanya Ale.

"Aku sarankan kamu yang memindahkan semuanya ke kulkas dan ke tempat lainnya."

"Kenapa aku? Ini semua kamu yang beli."

Ken menatap Ale dengan serius lalu berkata, "Apa kamu percaya kalau aku membeli barang itu hanya untuk diri aku sendiri, Ale?"

...

...

"It's all for both of us."

Flowers in autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang