21

147 16 8
                                    


Jam tujuh pagi lewat lima belas, Ken sudah duduk di kursi di dapur. Ia menikmati kopi paginya dengan mata yang tidak pernah lepas dari tablet. Rutinitas setiap pagi, membaca laporan perkerjaan dengan kopi panas. Tidak terlalu menarik tapi saat ia mendengar suara kursi di depannya yang ditarik, ia mendongak dan menemukan Ale duduk di depannya dengan pakaian yang semalam menjadi perebutan. Pakaian itu terlihat kebesaran di tubuh Ale tapi Ken hanya diam. Lalu saat wanita itu berkata, "Aku memakainya, jadi kamu tidak bisa mendapatkan sweater ini lagi." Ken mengangguk lalu membalas, "Aku tidak tertarik lagi."

Ale tersenyum. Ia melihat meja di depannya dengan bingung. Blueberry pancake. Lalu Ale mendongak untuk menatap Ken dan bertanya, "Kamu yang membuat ini? Untuk aku?"

Ken meletakkan tablet lalu mengangguk, "Sarapan kamu dan aku harus pergi."

"Pergi kemana?"

Ken mengerutkan dahi bingung, "Kemana lagi aku harus pergi kalau bukan ke kantor?"

Ale hanya tersenyum lebar lalu berdiri, "Terimakasih untuk makanannya dan aku tidak akan mengantar kamu." Lalu ia duduk kembali dan memotong pancake di depannya. Ken yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Cuci piring setelah selesai."

Ale mengangguk. Ia bisa mendengar suara langkah kaki Ken yang menjauh dan pintu yang tertutup. Kemudian ia tersenyum lebar. Uang makan masuk dompet lagi, terimakasih, terimakasih Tuhan. Lalu Ale menikmati pancake di depannya dengan senyum yang tidak pernah lepas. Setidaknya dengan adanya Ken di apartemen, bisa ia manfaatkan.

Lima belas menit kemudian ia sudah siap untuk pergi bekerja. Mereka tidak berangkat bersama ke kantor adalah peraturan tambahan tadi malam sebelum tidur. Dan Ale tidak masalah dengan itu. Berangkat bersama hanya akan mengacaukan peraturan ke dua.

Saat Ale sudah berdiri di tengah-tengah lobby Tanaka House ia mengerutkan dahinya saat melihat Cealine berdiri di depan Ken. Hal yang tidak bisa dihindari Ken adalah bertemu Cealine di Tanaka House, perusahaannya sendiri. Dan Ale hanya tersenyum lebar lalu ia menjulurkan lidahnya saat Ken menatapnya. Dan dengan langkah riang ia berbalik dan berjalan ke ruangannya.

Ken yang melihat itu menghela napas dan kembali menatap Cealine dengan serius. Ia tidak mungkin berbicara dan meminta Cealine pergi saat semua orang menatap mereka berdua dengan penasaran. Jadi Ken memutuskan untuk membawa Cealine ke ruangannya.

"Jadi, ada apa?" tanya Ken setelah mereka duduk berhadap-hadapan.

Cealine menatap Ken dan ia bisa melihat betapa kecewanya pria itu kepadanya. Kesalahannya adalah meninggalkan Ken begitu saja-mungkin itu yang ia tahu. "Kamu masih marah sama aku."

Ken menggeleng, "Kamu tahu kalau aku tidak pernah bisa marah sama kamu."

"Kamu mengabaikan aku."

"Apa kamu merasa seperti itu?"

"Ya."

"Dan itu yang aku rasakan terhadap kamu juga. I'm just teaching you a lesson, Cealine. Dan kamu bisa menyadari kalau menyakiti siapapun juga bisa kamu dapatkan suatu saat nanti."

"Aku minta maaf."

"Cealine, aku memaafkan kamu. Tapi aku tidak pernah lupa." Tentang kamu dan pria itu.

Cealine mengangguk mengerti kalau maaf dari Ken belum bisa membuatnya bernapas lega karena sikap pria itu yang sama. Cealine mengeluarkan amplop berwarna putih dengan tulisan silver, Invitation. "Mama kamu mengirimkan ini kepada aku. Dan aku akan datang," Kata Cealine.

Ken mengerutkan dahi bingung. Sekar tidak pernah menyukai Cealine lagi setelah apa yang dilakukan wanita itu kepada Ken. Dan mengundang Cealine itu hal yang tidak pernah dimengerti Ken hari ini.

"Kita akan bertemu disana kalau begitu."

"Kamu pergi sendirian?"

Ken menggeleng, "Aku pergi bersama adik aku."

"Orva?"

"Adik aku yang lainnya."

Cealine menatap Ken dengan bingung, lalu saat pria itu berkata, "Kamu akan melihatnya nanti. Aku ada meeting lima menit lagi, Cealine." Yang artinya Cealine harus pergi sekarang juga. Ia mengangguk lalu berdiri, "Terimakasih untuk waktu kamu."

Ken mengangguk dan ikut berdiri. Ia tidak mengantarkan Cealine ke luar. Pria itu justru berbalik dan berjalan ke mejanya dan memanggil Stephanie lewat telepon, "Antarkan Cealine ke bawah."

"Baik," jawab Stephanie.

Cealine menatap Ken yang juga menatapnya. Dan dengan senyum terkulum ia berjalan pergi meninggalkan ruangan Ken dan menemukan Stephanie yang sudah menunggunya. Stephanie sangat tahu apa yang terjadi antara atasannya dan Cealine. Tapi Stephanie memilih untuk bersikap profesional sekalipun mungkin ia juga tidak menyukai keberadaan Cealine.

"Siapa adik Ken?" tanya Cealine setelah lift tertutup dan membawa mereka ke bawah.

"Orva."

"Yang lainnya, Stephanie. Aku tahu kamu mengetahui sesuatu. Ken hanya memiliki Orva sebagai adiknya."

"Lalu?"

"Dia bilang, dia memiliki adik lainnya selain Orva. Sangat lucu kalau dia ternyata membawa wanita lain dan menganggapnya sebagai adik."

Stephanie keluar terlebih dahulu dari lift dan tepat ketika Cealine akan membuka pintu mobil, ia berkata, "Sangat lucu kalau membawa pria lain dan menganggapnya sebagai kakak. Terimakasih untuk kunjungannya dan hati-hati di jalan."

Stephanie dan Cealine berteman sejak Ken mengenalkan Cealine sebagai calon istrinya. Dan itu artinya Stephanie harus mulai menjaga sikap di depan Cealine. Stephanie akan tetap seperti itu seandainya wanita itu tidak berbuat sesuatu.

...

...

"Stephanie?"

Stephanie menoleh dan menemukan Ale dengan sweater kebesaran. Ia tersenyum dan menghampiri Ale. Ia memperhatikan rambut Ale yang acak-acakan lalu bertanya, "Kamu lari-lari?"

Ale mengangguk dan ia berkata, "Pak Sam meminta aku untuk membeli minuman. Tidak jauh dari sini dan harus cepat."

"Tapi kamu berhenti dan berbicara sama aku."

Ale tersenyum, "Aku pergi kalau begitu."

Saat Ale melewati Stephanie, ia bisa mencium parfum atasannya lalu memanggil Ale dengan spontan, "Ale?"

"Ya?"

"Parfum apa yang kamu pakai?"

"Allure."

"Allure Homme?"

"Ya. Kenapa?"

Stephanie mengerutkan dahi dan berkata, "Pak Kendranata juga memakai parfum itu. Sangat lucu kalau kamu menjadi adiknya. Benarkan Ale?"

"Maksud kamu?"

"Cealine memberitahu aku kalau Pak Kendranata memiliki adik selain Orva."

...

...

"Siapa menurut kamu orangnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flowers in autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang