#2

327 56 12
                                    


Stephanie Young, sekretaris Ken yang sudah bekerja selama lima tahun kepadanya memberikan senyum sangat sopan kepada Sehun Alkeano Abraham-pria yang membuat kegemparan dengan pemberitaan tentang istri dan anaknya empat bulan yang lalu. Stephanie jelas sudah tahu apa yang berubah tahun ini kepada pria di depannya. Senyum hangat dan ramah yang tidak pernah lepas dan bersih. Stephanie mengangguk saat ia menawarkan minuman dan Sehun menjawab, "Water, please." Ia meninggalkan Sehun setelah selesai mengatakan, "Bapak akan selesai meeting lima menit lagi dan saya sudah memberitahukan kedatangan Anda. Permisi."

Sehun melirik jam ditangannya dan mengangguk kecil. Lima menit, ia hanya perlu menunggu lima menit lalu berbicara kepada Ken perihal kedatangannya. Ia mengeluarkan handphone dan memberikan pesan kepada istrinya lalu menyimpan handphone-nya kembali. Lalu ia mendengar suara pintu terbuka dan Ken berjalan ke arahnya. "Sehun Alkeano Abraham."

Sehun tersenyum dan menjabat tangan Ken lalu berkata, "Ken, tiga menit? Aku pikir aku harus menunggu lima menit. Stephanie, sekretaris kamu mengatakannya." Sehun melepaskan jabatannya.

Ken duduk di depan Sehun, "Aku mempercepatnya. Dan apa yang membuat kamu datang kesini?"

"Thallah menginginkan kamu datang ke acara ulang tahunnya tiga hari lagi. Dia memberikan list siapa yang ingin ia undang dan ada nama kamu disana."

Ken mengangguk, "Oke, aku akan datang. By the way, aku ada diurutan nomer berapa?"

"Lima."

"Dan nomer satu?"

"Edgar Beaufort Benjamin."

Ken menghela nafas membuat Sehun tertawa, "Mereka berteman baik, Ken. Dan yang aku tahu, tiga hari lagi kamu harus pergi ke Baston. Tapi kamu memilih datang ke undangan Thallah."

Ken tertawa dan menjawab, "Baston bisa menunggu, Sehun. Tapi Thallah tidak bisa menunggu. Anak kamu menginginkan semua orang yang ada di list nya datang dan aku akan datang."

Sehun mengangguk.

Ken berdiri dan berjalan ke arah jendela lalu menatap benda-benda yang berukuran kecil dibawahnya. Lantai paling atas, tempat dirinya bekerja membuat Ken terasa jauh dengan siapapun yang berada di bawah. Ken membuat dirinya seperti itu sejak dua tahun yang lalu, membuat dirinya menjaga jarak dengan siapapun. Sejujurnya ia tidak ingat bagaimana harus bersikap kepada orang-orang yang tidak dikenalnya, menjaga kesopanan, membuat mereka tersanjung dan senang, dan ditinggalkan. Membuat dirinya kembali seperti itu selalu menyesakkan.

Sehun berdeham untuk mendapatkan perhatian Ken. Ken berbalik dan tersenyum, "Ada yang ingin kamu katakan lagi?"

"Aku akan pergi untuk menemui Jo, kamu ingin ikut bertemu?" tanya Sehun kepada Ken. Ken mengangkat sebelah alisnya dan bertanya, "Dimana kalian bertemu?"

"Cafe di dekat kantor kamu," jawab Sehun. Ken mengangguk dan berkata, "Bagaimana kalau pindah? Black Pearl, aku sudah lama tidak kesana."

Sehun menyadari perubahan sikap Ken saat pria itu berusaha mengubah tempat pertemuan dengan Jo menjadi di Black Pearl. Jarak antara Black Pearl dan kantor Ken tidak dekat dan pria itu lebih memilih tempat yang jauh. "Ken, it has been two years."

"Ya, dan aku masih tidak terbiasa berada disana."

"Ken, kamu tidak bisa bersikap seperti ini terus. Membuat diri kamu sendiri jauh dari orang-orang dan tidak ingin menyentuh tempat dimanapun kamu pernah datang bersamanya. Ken kamu membuat..."
Ken memotong kata-katanya dan berkata dengan tenang, "Aku baik-baik saja selama ini. Aku hanya membutuhkan waktu yang lebih banyak."

"Sampai kapan?"

"Sampai aku merasa sudah cukup."

"You know, kamu seperti Ale," Sehun berkata. "Dia tidak pernah pergi kemanapun selama ia tidak menginginkannya. Dan aku pikir kamu harus bertemu dengannya."

"Kenapa?"

Sehun menghembuskan napasnya dan dengan sabar ia berkata, "Ale dan kamu itu sama."

Ken menyipitkan matanya, "Kamu ingin kita saling mengasihi satu sama lain? Dia dan aku berbeda. Dia tidak merasakan-" Ken menghentikan kata-katanya dan Sehun meneruskan dengan berkata, "Ditinggalkan seseorang?"

"Kamu merasa paling menyedihkan di dunia karena ditinggalkan seseorang? Aku ditinggalkan Jo selama empat tahun dan aku baik-baik saja sekarang. Ya, karena aku menjemputnya dan dia kembali. Kamu bisa menjemputnya kalau kamu memang menginginkannya tapi kamu tidak melakukan itu. Tapi Ale, dia tidak bisa melakukan apapun."

"Siapa yang paling menyedihkan menurut kamu kalau begitu?" tanya Sehun. "Dia juga kehilangan seseorang."

Ken terdiam. Ia memikirkan pertemuan keduanya dengan Ale dua hari yang lalu. Wanita yang biasa saja saat melihat dirinya setengah telanjang dan wanita yang membuat dirinya menjadi bodoh karena perdebatan hal kecil. Dan satu-satunya hal yang diingat Ken sampai sekarang tentang Ale adalah kalimat terakhirnya sebelum pulang. Aku lapar.

"Aku dengar Orva dekat dengan Ale."

Ken mengangguk, "Orva selalu memanggil Ale setiap dia tidak bisa tidur. What's your point here?"

"Exactly my point. Kenapa kamu tidak memanggil Ale untuk membantu kamu tidur juga? Orva memberitahu aku tentang keadaan kamu dan dia pikir kamu semakin buruk akhir-akhir ini. Ken, kita hanya ingin kamu menjadi lebih baik."

Ken membalas Sehun, "Dengan cara aku meminta bantuan kepada Ale? Dia hanya akan membantu Orva not me."

"Kamu yakin?"

"Ya, aku tidak menginginkan bantuan Ale."

"Well, aku akan berbicara kepada Ale untuk tidak pernah membantu kamu. Kendranata Alden Tanaka, kamu membuang sesuatu yang baik untuk diri kamu sendiri kalau begitu."

Flowers in autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang