"Good morning, Ale.""Good morning, Ivy. Jadi, apa yang terjadi?"
Ivy Sanders memanggil Ale ke ruangannya pagi ini untuk mengatakan sesuatu. Dan yang bisa dipikirkan Ale saat Ivy memanggilnya adalah ia mungkin saja melakukan kesalahan tanpa disadarinya. Ivy tersenyum lalu menjawab pertanyaan Ale dengan tenang, "Kamu akan pergi ke Tanaka House setelah ini."
Ale mengerutkan dahi dan berkata, "Untuk? Aku tidak memiliki kepentingan apapun kesana. Tentang pekerjaan? Aku pikir tidak ada karena aku bekerja di hotel ini."
"Ale, yang harus kamu tahu pagi ini adalah hotel tempat kita bekerja sudah dibeli Tanaka House kemarin dan itu artinya kamu akan pergi ke Tanaka House membahas masalah pekerjaan. Stephani Young mengirimkan email tentang pemanggilan kamu lima belas menit yang lalu."
Ale menjadi sedikit gugup lalu bertanya, "Dan siapa yang harus aku temui, Ivy?"
"Kendranata Alden Tanaka, the mysterious and eligible billioner bachelor."
Ale menggigit bibir bawahnya lalu berpikir dari sekian orang yang mungkin berniat membeli hotel tempatnya bekerja, kenapa harus Ken? Kenapa harus pria itu? Ale merasa pusing tapi ia mengabaikannya. "Aku akan pergi ke Tanaka House sekarang," kata Ale lalu berbalik. Ia harus menyelesaikan semuanya dengan cepat dan mengakhiri pertemuan dengan pria itu.
"Ale," panggil Ivy dan Ale menoleh lalu berkata, "Yes?"
"Kamu tidak berganti pakaian? Mungkin pakaian lebih baik bisa membuat hari pertama kamu ke Tanaka House akan menjadi baik."
Ale memberikan senyuman lebar terpaksa lalu mengangguk, "Ya, aku akan menggantinya. Jangan khawatir. Kendranata Alden Tanaka akan menjadi orang baik saat melihat aku. Benarkan?"
Ivy tertawa lalu mengangguk. Ale keluar dari ruangan Ivy dengan cepat lalu ia berjalan ke arah ruangannya, mengambil kunci mobil lalu berjalan ke arah parkiran. Ia harus memastikan dalam waktu sekitar setengah jam ia sudah duduk berhadap-hadapan dengan Ken dan menyelesaikan pertemuan mendadak ini. Namun apa yang diharapkannya diluar keinginan. Macet dan ia sudah terlambat dari rencana awal. Ale sampai di Tanaka House satu jam kemudian dan yang dilakukannya adalah menunggu Stephani Young menemuinya di lobby.
Kurang dari lima menit, Stephani Young sudah berdiri di depannya dengan senyum terkulum. "Good morning, miss Lorraine. Saya akan membawa Anda menemui Pak Kendranata," kata Stephani lalu ia berjalan terlebih dulu ke arah lift khusus dan Ale mengikutinya.
"Just Ale."
Stephani mengangguk. Lalu Ale bertanya, "Apa aku melakukan kesalahan? Karena aku tidak mengerti kenapa orang seperti aku harus datang kesini dan bertemu dengan Pak Kendranata."
"Saya rasa tidak. Pak Kendranata hanya ingin memastikan Anda bekerja dengan baik."
"Aku tidak mengerti."
Lift berdenting dan terbuka. Stephani keluar terlebih dahulu dan Ale mengikuti. Mereka berdua berhenti tepat di depan ruangan yang bertuliskan nama Kendranata Alden Tanaka disana. Stephani mengetuk pintu dan setelah ia mendengar perintah masuk, ia mendorong pintu dan mempersilahkan Ale untuk masuk. "Anda bisa bertanya langsung kepadanya kalau tidak mengerti," bisik Stephani.
Ale berjalan masuk dengan gugup dan yang ia lihat sekarang adalah pria yang menutup bolpennya lalu menyimpannya di atas meja. Saat ia berhenti berjalan tepat di tengah-tengah ruangan, Ken mendongak dan menatap Ale. Pria itu menatapnya seperti Ale melakukan kesalahan besar. Ale berdeham, "Pak Kendranata, Anda memanggil saya?"
Ken tersenyum lalu ia mempersilahkan untuk duduk. Sedangkan dirinya berdiri dan berjalan memutari meja untuk sampai di sofa. Mereka duduk berhadap-hadapan. "Apa kamu bekerja di hotel pagi ini Ale?"
"Tidak. Saya bekerja di salah satu toko di dekat hotel."
"Kamu memiliki dua pekerjaan?"
"Ya."
"Dan kamu tidak bekerja sekarang?"
"Saya sudah ijin."
Ken mengangguk mengerti. Stephani mengetuk pintu lalu masuk dengan membawa air untuk Ken dan Ale. Setelah itu ia kembali ke luar. Ken menyuruh Ale untuk minum tapi Ale menggeleng. Yang harus dilakukannya adalah menyelesaikan semua urusannya.
Ale memperhatikan Ken yang terlihat biasa saja sedangkan dirinya bersikap berlebihan dengan bersikap formal. Ia menghela napas dan menunduk untuk memperhatikan ujung sepatunya. Ketika ia kira Ken tidak akan memperhatikan dirinya, pria itu berdiri lalu berjalan ke arah meja dan mengambil beberapa lembar kertas yang berisi informasi tentang klien-klien Ale. Ia kembali berjalan ke arah Ale dan memberikan berkas itu, "Aku sudah mencoret klien kamu yang memiliki sikap tidak baik."
Ale mengambil lalu membacanya. Terlalu banyak klien yang dicoret dan semuanya memang pernah membuat dirinya tidak nyaman. Tapi ia tidak ingin Ken bisa bersikap seperti ini kepadanya. "Aku yang bekerja dan aku sendiri yang akan menilai klien aku," kata Ale dengan sinis.
"Dan aku berhak untuk melakukan apapun tentang pekerjaan kamu, Ale. Aku adalah atasannya atasan boss kamu."
"Kata Orva," Ale berkata dengan cukup keras dan ia bisa melihat kalau Ken masih bersikap tenang. "Kamu menjadi pria sialan saat bekerja."
"Apa kamu juga sependapat dengan Orva?"
"No, aku melihat kamu melebihi pria sialan yang dijelaskan Orva. Kamu mencampuri kehidupan aku."
Ken tersenyum dan menanggapi Ale dengan membalas kata-kata wanita itu, "Aku hanya bersikap sebagaimana mestinya seorang atasan kepada bawahan. Menjaga setiap bawahan aku terhindar dari orang-orang yang akan membuatnya buruk. Apa kamu tidak pernah membaca informasi tentang aku?"
Ale berpikir kalau apa yang dilakukan pria di depannya ini terlalu berlebihan lalu ia membalasnya dengan sinis, "Aku tidak tertarik membaca informasi apapun tentang kamu. Dan aku tidak memerlukan sikap baik kamu untuk menjaga diri aku. Aku bisa menjaga diri sendiri."
"Baiklah, aku menerima keputusan kamu. Tapi kamu masih ingatkan apa yang terjadi dengan kamu beberapa hari yang lalu?" tanya Ken. Ale menyipitkan matanya-Ken baru saja mengingatkan Ale tentang dirinya yang menjadi panas dan bagaimana ia berusaha menggoda pria di depannya lalu tubuhnya yang setengah telanjang.
Kalau pria di depannya ingin bermain dengannya, tentu saja Ale akan menerimanya. "Aku hanya kehilangan pengendalian diri di hari itu saja. Aku akui kalau aku menjadi lemah saat itu. Dan aku tidak mengerti kenapa kamu tidak tertarik saat aku berusaha menggoda kamu. Apa kamu lebih tertarik kepada pria?"
"Gay maksud kamu?"
"Maybe."
Ken tersenyum dan ia tahu kalau Ale berusaha untuk membalas setiap kata-katanya dengan pertanyaan yang jelas tidak relevan. "Aku bisa menunjukkan siapa aku sekarang, Ale. Tapi aku tidak menginginkan itu. Kalau kamu penasaran tentang aku, kamu bisa tetap melanjutkannya. Dan mulai besok kamu akan berhenti membantu klien yang aku coret itu."
"Besok?" Ale tidak menyangka sama sekali. "Aku bahkan belum mengucapkan selamat tinggal kepada klien aku yang baik tapi seseorang mengatakan sebaliknya."
"Aku tidak ingin membuang waktu aku dengan melihat semua hal tentang kamu atau yang lainnya terganggu. Terutama saat kamu mungkin akan menjadi panas untuk kedua kali nya."
Ale tersipu malu dan dengan gugup ia berkata, "Aku pastikan kamu tidak akan melihat aku menjadi panas untuk kedua kalinya."
"Are you sure? Karena mungkin aku tidak akan ada disana saat kamu merasakan itu."
...
...
Ale menatap Ken dan dengan berani ia berkata, "Aku tidak akan pernah meminta bantuan kepada kamu, Kendranata Alden Tanaka. Saat aku merasa panas atau mungkin saat sesuatu terjadi kepada aku. Aku akan memastikan hal itu terjadi mulai dari besok."
"Dan aku serius," Ale menambahkan.
Ken menatap Ale dengan tenang dan berkata, "Tidak masalah."
...
...
"Alette Jane Lorraine, apa aku harus memberitahu kamu tentang etika seorang bawahan kepada atasan atasannya boss? Karena sejak kamu masuk ke ruangan ini, kamu seperti wanita yang tidak memiliki etika sama sekali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in autumn
Romancekamu dan aku yang tersenyum di musim gugur. Mengatakan kalau kita sudah berada di ujung jalan untuk menyeberang dan menyapa. Melewati yang namanya penolakan untuk saling menerima. Alette Lorraine memperhatikan jari manisnya dan berkata, "Setidakny...