20

63 14 5
                                    

Alette Jane Lorraine tidak akan pernah menyangka kalau ia akan tinggal berdua dengan atasannya sendiri-Kendranata Alden Tanaka. Hanya ada satu kamar tidur dan saat ia bingung dimana ia harus tidur mulai malam ini, Ken mengatakan kalau ia akan tetap tidur di sofa seperti malam sebelumnya. Ale merasa tidak enak tapi ia juga tidak bisa membiarkan Ken berada satu kamar dengannya. Mereka dua orang dewasa dan ia sangat tahu hal itu tidak akan baik.

Mereka membuat perjanjian bersama setengah jam yang lalu. Pertama, Ale tidur di kamar dan Ken di sofa. Kedua, merahasiakan mereka yang tinggal bersama. Ketiga, Kendranata Alden Tanaka tidak boleh melakukan perubahan apapun pada apartemen Ale.  Ken tidak menyetujui peraturan ketiga dan Ale mengancam akan mengusirnya saat itu juga. Hal yang mungkin sudah disadari Ale malam ini adalah, untuk pertama kalinya ia makan bersama dengan seorang pria di apartemennya.

Ale menghembuskan napas dan berbalik. Ia melihat Ken baru saja menyelesaikan kegiatan memasaknya, ya pria itu memasak. Ale bisa melihat Ken yang memindahkan beberapa piring  di atas meja lalu pria itu mendongak dan berkata, "Waktunya makan malam, Ale."

Kapan terakhir kali kamu dipanggil seperti itu, Ale? Kapan terakhir kali ada orang yang memasak untuk kamu? Kapan terakhir kali ada seseorang yang menunggu kamu hanya untuk makan? Dua tahun lalu mungkin. Ale menggeleng, ia tidak tahu pasti kapan terakhir kali ia merasakan hal ini. Seseorang yang akan memasak dan mengajaknya makan bersama. Aku merindukannya.

Ale berjalan mendekat dan ia duduk di kursi. Ken membantu Ale mengambil makanan lalu memberikannya, "Cicipi dan berikan pendapat."

Ale mengangguk. Ia mengambil sendok dan mulai makan. Ken menunggu adiknya memberikan pendapat dan saat Ale berkata, "Enak." Ia tersenyum lalu ikut duduk di depan Ale. Mereka makan bersama dalam diam.

"Bagaimana pekerjaan kamu?" adalah pertanyaan yang diberikan Ken setelah mereka selesai makan malam dan duduk di balkon.

Ale memperhatikan langit malam yang sepi bintang lalu ia menoleh untuk menatap Ken, "Baik."

"Kamu ingin kembali bekerja di Royal hotel?"

"Ya. Tapi kamu tidak akan menyetujui itu sebelum kamu menangkap Mike Coleman."

Ken mengangguk, "Mike Coleman harus ditemukan, Ale. Semua orang mengkhawatirkan kamu karena Mike dari awal menargetkan kamu. Jo, Sehun,  dan Leo, mereka meminta aku untuk menemukan Mike. Mereka bisa saja mencari keberadaan Mike tapi mereka meminta aku yang melakukannya."

"Karena aku bekerja di Royal Hotel sebelumnya."

"Ya, karena kamu bagian dari Tanaka House."

Ale tidak mengatakan apapun setelahnya. Ia memilih mengangkat kedua kaki dan memeluknya. Ken sama saja dengan yang lainnya. Mengkhawatirkan dirinya karena merasa harus bertanggungjawab. Ale tidak menginginkan itu. Karena merasa bertanggungjawab, Ale lah yang akan merasa tidak nyaman. Menjadi beban untuk orang lain.

"Boleh aku tahu akhir dari dongeng yang kamu ceritakan dua tahun lalu?" tanya Ken membuat Ale menoleh.

Dongeng dua tahun lalu, Anak laki-laki penunggu mawar merah. Saat dirinya diminta menemani seorang anak kecil yang menangis. Ale mengingat kalau dirinya saat itu...

Dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Dan ia juga mengingat kalau Ken adalah pria yang mengajaknya berbicara. Pria yang juga dalam keadaan kacau. Ale meyakini itu.

"Apa yang ingin kamu ketahui?" Ale balik bertanya dan menunggu. "Anak laki-laki itu?" tambahnya.

Ken menggeleng, "Mawar merah."

Ale tersenyum dan Ken yang menyadari itu menaikkan sebelah alisnya dan menunggu. "Tidak ada lagi. Mawar merah menghilang."

...

...

"Ken?" panggil Ale saat keduanya sama-sama diam setelah Ale memberitahu akhir dari dongeng dua tahun lalu. "Apa yang membuat kamu mendirikan Tanaka House?"

Tanaka House, perusahaan utama yang berpusat dalam dunia fashion. Lalu dalam beberapa tahun, mulai merambah ke bidang lain. Dan yang diingat Ale tentang perusahaan ini adalah, Tanaka House beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk membuat pakaian orang-orang ternama untuk acara sangat penting. Dan hal yang juga sangat penting adalah acara setiap bulan Februari, Tanaka House akan mengundang beberapa orang dari semua kalangan  untuk menikmati acara Welcome Tanaka.

"Tanaka House berdiri karena tidak sengaja. Mama sering membuat pakaian untuk aku dan Orva. Suatu hari, saat aku ikut acara penggalangan Dana, aku menyumbangkan pakaian yang dibuat Mama dan itu dihargai dengan mahal. Dan Papa kamu, satu-satunya orang yang bertanya kepada aku, Apa kamu tahu kenapa saya menginginkan pakaian kamu? Karena anak saya, berulang tahun dan ia menginginkan pakaian hangat di musim hujan ini."

Ale terdiam. Ia menatap lurus ke arah Ken dan dengan pelan ia berkata, "Pakaian kamu ada di lemari aku."

Ken tersenyum, "Dan Papa kamu juga bilang kalau kamu tidak pernah melepaskan pakaian itu selama satu minggu."

Ale mengangguk dan dengan semangat berkata, "Karena tidak ada yang bisa memiliki pakaian itu. Itu satu-satunya kata Papa. Apa itu benar?"

"Ya."

"Dan aku pemiliknya."

Ale berdiri lalu berjalan masuk ke kamar. Ia mengambil pakaian yang didapatkannya saat ulang tahun. Ia membawanya dan menunjukkan kepada Ken, "Lihat, aku masih menyimpannya. Dan aku tidak pernah memakainya lagi. Kamu tahu kenapa?"

Ken menggeleng.

"Karena ini dari Papa." Dan mama.

Ken berdiri lalu menyentuh pakaiannya. Masih sama seperti dulu. Ia bisa merasakan kehangatan dari pakaiannya. Lalu saat ia menatap Ale yang sibuk menyentuh kain di bagian lengan, ia dengan serius berkata, "Apa kamu bisa mengembalikan pakaian ini kepada aku, Ale?"

Ale mendongak lalu mendengus. Ia segera menjaga jarak dari Ken dan dengan serius ia membalas, "Tidak. Pakaian ini milik aku dan tidak akan pernah aku berikan." Ale segera masuk ke dalam kamar dan Ken mengikutinya.

"Aku akan membayarnya. Kamu bisa meminta apapun untuk di tukar dengan pakaian itu."

"Tidak."

"Aku bisa memberikan apartemen yang lebih besar."

"Untuk kamu saja."

"Aku bisa memberikan-"

Ale berbalik setelah menyimpan pakaiannya di dalam lemari lalu dengan memicingkan mata ia menatap Ken. "Kendranata Alden Tanaka, aku tidak akan pernah memberikannya kepada kamu apapun tawaran kamu. Aku tidak tertarik."

"Kamu tidak pernah memakainya jadi berikan saja kepada aku."

"Oh ya? Aku akan memakainya besok, besoknya, besok besoknya, dan seterusnya. Aku tidak akan mencucinya sampai bau."

...

...

"Oke. Aku akan melihatnya besok."

Flowers in autumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang