Bolos

120 72 20
                                    

||BAGIAN TUJUH||

♡ Happy Reading♡

Jauh dari mu. Seperti kopi tanpa gula. Pahit, butuh sesuatu yang manis. Contohnya kamu.

──────────────────────────

Pagi telah tiba, ini adalah dimana saat nya seluruh siswa siswi SMA Cempaka menempuh ilmu. Tetapi tidak dengan Yura yang keadaannya masih rapuh terbaring lemah di ranjang rawat. Ia masih belum di perbolehkan pulang, jangankan pulang untuk sekolah saja sementara istirahat dulu.

Dilain tempat, Rolan yang tengah memanaskan motor sport hitam miliknya, kini beralih pandangan pada ponsel yang berdering. Ia merogo saku baju yang dimana disitu adakah letak ponsel nya.

[Rolan lo berangkat sekolah kan sekarang? Tolong ya izinin gue, gue masih belum sempet untuk berangkat sekolah sekarang.]

"Oke,gue akan izinin lo ke Buntel."

Sebenarnya nama buntel itu nama singkatan seorang Guru yang kerap kali di buat menjadi bahan candaan bagi muridnya,nama aslinya adalah Telina, karena gabungan dari Bu-Tel, lama lama para murid makin menjadi jadi, dengan menambahkan huruf N di antaranya. Lalu jadilah Buntel, cocok dengan badannya yang besar, hanya saja jika jenis ikannya membesar jika ada sesuatu.bJika Buntel yang satu ini membesar terus tiada henti.

[Maen asal ganti orang aja! Gabaik tau.]

"Selagi gak ada orang nya, gue bebas ngubah namanya Ra."

[Hisstt gak boleh kayak gitu! Cepet lo berangkat ke sekolah! nanti telat, pakai seragam yang bener, jan awur awuran kek pentolan!]

"Iya bestie ku,"

[Cepet berangkat! Gue mau denger suara motor lo Rolan!]

"Iya Yurak! Bentar-bentar.Gimana udah kedengeran," Rolan gemas dengan semua permintaan Yura yang posesif sekali. Ia sengaja mengencangkan gas motornya supaya terdengar kencang melalui telfon.

Bestie laknat dasar:v

[Berisik setan! Gue mau denger suara motor lo, bukan lo tambahin pakek gas!]

"Yaudah gue berangkat bye!" teriak Rolan mendekatkan ponsel nya pada mulutnya, dan menutup panggilannya.

"Idih bawel bat dah si Yura udah kayak Bunda aja, apa ini emang ajaran Bunda?" Rolan berdecak kesal saat menelfon Yura tadi,begitu cerewet nya dia seperti Ersa Bundanya.

Rolan menendang ban motor sport nya sembarang tanpa aba-aba, yang sudah jelas sangatlah keras,dan ternyata yang menjadi korbannya adalah si kaki, untung saja kaki nya tertutupi oleh sepatu, jadi hanya sakit ringan yang ia rasakan.

"Aduuhh! Ban sialan! " gumamnya.

Rolan memang lah manusia aneh, masa ban benda mati di salahin, sudah jelas dia yang menendang, dia yang kesakitan juga.

Rolan langsung menancapkan gas nya dengan full. Seperti layaknya Valentino Rosi ia menyalip nyalip, tidak peduli itu kendaraan motor atau mobil, tronton saja di salip.

Rolan memang sudah handal dalam mengendarai motor sport nya itu.Di tambah motor sport itu sangatlah besar dan bisa di bilang berat. Motor berwarna hitam polos mengkilat itu memang lah pantas di kendarai Rolan. Apalagi Rolan adalah laki-laki bertubuh atletis, dirinya nya mampu membawa motor besar itu. Disitulah kejantanan Rolan mulai terlihat, dia sangat lah gentle bila bersanding dengan motor sport kesayangan nya itu.

Different Heart [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang