Impossible

105 53 10
                                    

||BAGIAN SEBELAS||

♡ Happy Reading♡

Hati ku sangat yakin, jika kau telah hadir di dalamnya.

─────────────────────────

Yura dan Rolan mulai mengingat-ingat kembali cerita masa kecilnya, dimana saat Rolan gagal menyisir rambut Yura.

Flashback on

"Yura, rambut kamu bagus, sini biar aku sisirin ya," pinta Rolan kecil.

"Emang nya kamu bisa nyisirin rambut aku yang panjang ini?" tanya Yura.

"Bisa, sini sisir nya." Rolan langsung saja mengambil sisir dari tangan Yura.

Rolan kecil menyisir rambut Yura kecil yang panjang dan tergerai itu, karena dirinya tidak paham dalam menyisir rambut perempuan, alhasil rambut Yura makin acak-acakan karena ulahnya yang tidak tau tentang menyisir dengan benar.

Yura melihat dirinya di cermin, yang tengah di sisir oleh Rolan, saat Rolan sudah memberi aba-aba untuk melihat rambut Yura. Akhirnya Yura mengambil bagian rambut nya masih kusut, dan coba bercermin kembali, sontak Yura menangis karena ia pikir rambutnya akan rusak. Ia beranjak pergi meninggalkan Rolan yang berada di kamarnya.

Rolan yang masih polos, karena ketidak sengajaanya yang membuat rambut Yura seharusnya tersisir rapih justru malah acak-acakan. Rolan mengikuti langkah Yura yang berlari menghampiri orang tuanya yang sedang berkumpul bersama di ruang tamu dengan orang tua Rolan.

"Mama, lihat rambut Yura. Ini semua karena Rolan yang maksa minta sisirin rambut aku, hikss..." Yura merengek, mengadu pada Anita sang mama seraya menunjukan rambut panjang nya yang kusut itu.

"Niat Rolan kan baik bun, Rolan mau sisirin rambut Yura," elak Rolan juga mengadu pada Ersa sang bunda.

Mereka yang melihat tingkah anak nya yang masih polos dan lugu itu, justru menjadi bahan tawaan mereka, begitu gemas tingkah nya.

"Yaudah sini sini, biar mama sisirin lagi," rayu Anita menenangkan putri kecilnya itu, ia mengambil sisir kecil berwarna ungu itu dari genggaman tangan mungil Yura.

Anita memangku Yura, ia menyisir dengan lembut rambut putrinya. Kemudian setelah rambutnya telah rapih, Anita memasangkan Bando berwarna merah polkadot di kepala Yura, sehingga terpancar cantiknya.

"Tuh kan anak mama cantik," puji Anita berdecak kagum seraya memegang lembut dagu putrinya.

Yura tersenyum pada Anita.

Rolan hanya terdiam, merasa dirinya bersalah. Ersa mengusap kepala Rolan dengan lembut.

"Lagi-lagi jangan gitu ya sayang, nanti Yura nya nangis lagi. Emang nya Rolan mau liat Yura nangis?" Ersa menasehati putra kecilnya dengan baik.

"Iya Bun," balas Rolan menundukkan kepalanya.

"Janji?" Ersa memberikan jari kelingking nya pada Rolan.

Different Heart [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang