Astraphobia

97 34 13
                                    

||BAGIAN TIGA BELAS||

♡ Happy Reading ♡

Berhenti lah berpikir bodoh, tidak ada lelaki yang membiarkan seorang perempuan lemah.


──────────────────────────

Rolan dan Gavin, menepuk punggung Arsen, mengucapkan selamat untuknya atas kemenangannya sebagai kapten basket di sekolahnya. Arsen membalas dengan senyum tipis, namun kemudian Arsen melunturkan kembali wajah cerianya menjadi datar. Arsen sungguh kecewa saat itu, mengapa Sena sang papa tidak hadir saat-saat dimana Arsen berbahagia. Sena lebih mementingkan harga diri dan ketenarannya sebagai sang pengusaha juga pemilik yayasan, dibanding sang anak. Tidak jauh beda dengan Arsen sebagai putranya, Arsen juga sangat gengsi jika mengenai harga diri. Ia bersih keras untuk tidak menjatuhkan harga dirinya, tetapi Arsen tidak mementingkan ketenarannya, hanya saja ego yang di besarkan.

Selesai dari pemilihan itu, Arsen berniat untuk kembali ke kelas, karena kepalanya mulai pusing saat mendengar teriakan di pemilihan tadi. Arsen memang sudah biasa mendapat teriakan berupa pujian, namun Arsen sangat tidak menyukai hal itu.

Tiba-tiba dengan cepat dan sigap Yura melihat Arsen berjalan di lorong kelas. Yura menghampirinya, tepat berada di hadapan Arsen ia berhenti. Sehingga Arsen tersentak membulatkan kedua matanya.

"Ngapain lagi lo?" tanya Arsen cuek.

"Gue ma──" ucapan Yura terpotong oleh Arsen yang langsung menuduh dirinya.

"Kenapa! Lo mau kasih gue pertanyaan lagi? Sorry gue gak ada waktu buat jawab pertanyaan."

"Ihhh siapa juga yang mau kasih pertanyaan ke lo."

"Terus mau ngapain?"

"Mau beri ucapan selamat ke lo!" ucap Yura, seraya mendekat kan wajah nya ke wajah Arsen. "Selamat ya atas kemenangan lo menjadi sang kapten di basket sekolah kita." Yura memberi ucapan, seraya tersenyum tipis namun manis.

Arsen langsung menjauh kan wajahnya dari wajah Yura. "Hmm." singkat Arsen bersuara namun tak membuka mulut.

Arsen kembali berjalan, untuk menjauh dari Yura.

"Kok cuman hmm? Lo sariawan ya?" tanya Yura dengan polosnya.

Arsen memutar bola matanya kesal, ia masih membelakangi Yura, dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa memberi tanggapan pada Yura.

Sebenarnya Yura memang malas dengan hal ini, apa lagi orang yang dia ajak berinteraksi, justru malah diam tak merespon segalanya. Namun karena rasa penasaran Yura yang tinggi, ia melakukan apa pun demi sesuatunya terbongkar. "Mimpi apa gue ketemu cowok jelmaan patung kayak dia." batin Yura

Arsen menelusuri lorong-lorong kelas, ia sengaja tidak kembali ke kelas. Karena ia tau, jika Yura masih mengikutinya dari belakang.

"Oh iya sebelumnya, lo kan belum jawab pertanyaan gue," Yura kembali membahas tentang pertanyaannya yang belum di jawab oleh Arsen.

Langkah Arsen terhenti, rasanya ingin menghancurkan Yura dari muka bumi ini. "Udah gw duga, lo bakal bahas pertanyaan bodoh itu lagi." ujar Arsen dingin.

Different Heart [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang