Teman Rolan

107 31 9
                                    

||BAGIAN ENAM BELAS||

♡ Happy Reading♡

Dulu sempat punya rasa bercanda, namun rasa keseriusan seketika muncul. Lalu aku harus apa?

─────────────────────────

Layaknya seperti kencan antara pangeran dan tuan putri. Manis dan indah di lihat, tak biasanya mereka seperti ini, yang selalu mereka lakukan hanya adu mulut dan debat. Namun kali ini terasa berbeda, dan jauh lebih baik.

"Lo mau pesan apa, Ra?" tanya Rolan, mata nya tengah melihat papan menu yang di pegang nya.

"Mau pesan nasi aja." jawab Yura singkat ada maksud.

"Jangan elah, Ra. Lo tau kan gue gak begitu suka sama nasi," pinta Rolan, wajah nya memelas.

"Nasi itu enak, putih, anget, wangi, lembut, bikin kenyang. Nikmat tuhan mana yang kamu dustakan." jelas Yura penuh penghayatan.

"Ya Allah emang kalo di deskripsikan nasi itu sedep Ra. Tapi setiap gue liat nasi di depan mata gue, rasanya napsu makan gue ilang gitu aja, aneh kan?" keluh Rolan, "Gue juga ngerasa gitu."

"Bukan manusia lo ya? Sama nasi kok alergi." celetuk Yura, memicing kan matanya.

"Sembarangan, kalau gue bukan manusia terus gue apaan?"

"Setan."

"Kalau gue emang setan, kenapa lo mau temenan sama gue sedari kecil?" beo Rolan, seraya mengangkat satu alisnya, "Nah terus emang ada setan setampan gue?"

"Karena seorang Yura tulus berteman dengan Rolan spesies setan." ujar Yura, tersenyum tipis.

Rolan terdiam sejenak menatap manik mata Yura. "Yah. Bukan tulus cinta." batinnya.

"Hai!" sapa salah seorang gadis dari belakang Rolan.

Rolan memalingkan pandangan nya dari Yura. Kini ia menoleh, matanya terbelalak saat melihat si gadis itu menyapanya. Dia── Aluna Devinka. Teman lama Rolan yang kini kembali lagi.

"Rolan kan?" tanya gadis itu memastikan, senyum nya terpancar.

"I...iya," sahut Rolan tercengang.

"Hmm sebentar. Kamu Rolan kan? Temen sebangku aku waktu TK, anak nya om Randi dan tante Ersa. Yang gak suka nasi, yang punya cita-cita jadi pembalap, suka warna hitam. Ya kan? Aku cuman tau segitu." tebak Aluna panjang lebar, ia yakin jika cowok yang di sapa nya adalah teman nya dulu.

Rolan mengangguk pasti. "Satu juta rupiah di potong pajak mba, selamat." jawab nya justru membuat gadis itu terkekeh kecil.

Gadis itu menahan gelak tawanya. "Kamu kemana aja Lan?"

"Kebalik. Ada juga gue yang nanya itu ke lo," Rolan membalikan ucapan Aluna, "Lo kemana aja Lun?"

Aluna mulai mengambil bangku untuk duduk, di sebelah Yura.

Lalu bagaimana dengan Yura? Ia sengaja sibuk melirik papan menu yang di bacanya.

"Aku pindah ke Bali saat itu, aku dan mama harus terpaksa mengikuti apa mau papa." seketika wajah Aluna mulai sendu.

Different Heart [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang