Tercengang

69 19 13
                                    

||BAGIAN DELAPAN BELAS||

♡ Happy Reading♡

Tak butuh waktu sedetik pun, aku tau apa itu sebuah arti cinta.

──────────────────────────

"Ngomong-ngomong besok jadi pensi, Sen?" tanya Friyan.

Arsen terdiam, ia sengaja tidak menyahut ucapan Friyan yang sedari tadi mengajak berbicara pada dirinya.

"Ah kebiasaan. Jiwa kutub mulai menyebar," celetuk Friyan.

"Cabut ayok, cabut," sambar Defgan berdiri dari tempat duduknya.

"Eh lo pada mau kemana?" tanya Arsen, akhirnya membuka mulut.

"Cabut lah. Males gue, lo diajak ngobrol diem aja kek anak gadis baru bangun tidur,"

Arsen berdecak seraya memutar bola matanya. "Lo tau sendiri kan? Gue paling males kalau bahas soal itu," jujur Arsen. Semua yang berkaitan dengan sekolah sangat memusingkan baginya, terlebih dirinya adalah anak dari seorang pemilik yayasan sekolah itu.

"Gue nanya ganteng. Bukan ngasih soal," papar Defgan, membuat Arsen bergidik ilfeel.

"Yang bilang lo ngasih soal siapa?" tanya Arsen, seraya mengangkat satu alisnya. Wajah datarnya kembali terpasang.

"Sen sabar Sen. Dia lagi kekurangan obat," ujar Friyan.

Sena datang dari arah barat, menghampiri Arsen yang tengah duduk santai didepan kelasnya.

"Arsen!" panggilnya.

Arsen menoleh malas. Apa lagi selain bukan pembahasan tentang sekolah yang akan disampaikan oleh papanya.

"Tolong ya kamu atur para siswa siswi untuk mempersiapkan pensi hari ini. Karena pensi akan dimulai besok, dan gladi bersih nya sekarang,"

"Papa bisa suruh orang lain tanpa minta sama Arsen? Arsen bukan pembantu papa yang enak papa suruh-suruh," protes Arsen merasa resah dengan sikap papanya yang selalu saja mengaitkan Arsen.

"Papa sudah meminta pada para anggota osis. Dan kamu juga ikut, untuk mempersiapkan ini, karena─"

"Karena apa? Karena Arsen anak papa? Pa, apa semua harus Arsen yang melalukan? Arsen sebenarnya muka dengan semua ini. Semua papa sangkutin sama Arsen. Arsen mau tenang pa, tanpa diganggu papa," jelas Arsen. Akhirnya semua unek-uneknya terkatakan.

"Papa ingin kamu dipandang dan dihargai seperti papa. Mereka akan tau jika putra papa patut untuk dibanggakan dalam rangka ini,"

"Arsen nggak seneng papa terlalu mengurusi hidup Arsen,"

"Arsen!"

Sungguh. Hal ini adalah ke seribu kalinya Arsen dan papanya selalu saja berdebat. Sudah biasa dan memang biasa dilakukan. Apa yang dilakukan Sena memang sepertinya terlalu ingin menampilkan Arsen kedepan publik, namun Arsen yang keras tak ingin dirinya dipandang oleh publik.

"Sen. Lo debat lagi?" tanya Defgan memastikan temannya itu.

"Bokap lo nyuruh apaan, Sen?" sambung Jovan juga bertanya.

Different Heart [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang