Part 35

2.9K 33 10
                                    

Hawoooooo! Saya kembali!

Pada kangen nggak sama diriku ini? *teriak*

Semoga pada nggak ngelempar pandangan sinis kemari *pasang perisai* Hehehehe..

Soalnya di part sebelumnya pernah bilang mau berenti selama seminar, skripsi ya apapun itu belum selesai. Tapi nyatanya malah balik lagi bawa lanjutan cerita ini.

Awalnya aku pikir bisa hiatus dari kegiatan berimajinasi dan menulis. Dan emang bisa! Tapi Cuma tiga minggu doang. Setelah itu berasa kayak sakau *kayak pernah ngerasain sakau aja* #ketokubin3kali

Dan setelah rehat 3 minggu, aku malah mengalami yang biasa kusebut DEGRADASI PENULISAN. Dan aku nggak mau kemunduran itu jadi makin parah. Soalnya aku pernah mengalami itu. Dan hasilnya, bisa lihat sendiri di part-part awal MiOL *ngeri*

Jadi aku kembali ke sini. Howeeeeeeh! :D

Demi kepentingan bersama *halaaah* aku mau bilang lagi kalau cerita ini nggak bisa upload seteratur dulu. Yang tiap seminggu sekali pasti nongol di 'apa yang terbaru' di wattpad atau do notofication Fb. Sekarang nggak bisa kayak gitu lagi. T-T Maaf ya, temans.. Tapi aku harus bisa konsentrasi memisahkan emosi kuliah sama emosi nulis. Kalau nggak, nanti cerita ini malah ikutan kerasa galau masiswa semester akhir. Kan nggak oke jadinya..

Ah, udah lah cuap-cuapnya. Anak-anakku sudah minta diperhatikan dari tadi. Kalau begitu, selamat bermain-main dengan isi kepala dan anak-anakku :p

With lots of ketjoep mesra dan banyak syekali pelukan kangen,

Puji Widiastuti

++++++++++++++

"Kakak masih bisa ngeliat kalau kamu masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Rio. Kakak juga.. Kakak tetep aja ngerasa sedih tiap nginget Rio.. Kakak tetep ngerasa ingin membunuh Sammael tiap inget kalau penyebab dari kepergian Rio adalah karena dia yang membunuhnya.. Tapi kakak tahu, itu semua nggak ada gunanya.. Rio tetap nggak akan kembali.. Kita harus bisa mengikhlaskan kepergian Rio, Ri.. Rio nggak akan tenang kalau kita terus seperti ini.. Kakak nggak mau Rio tersiksa karena keegoisan kita yang masih saja nggak bisa melepaskan dia untuk kembali kepadaNya." Dia terdiam mendengarnya. Ayahnya kembali tersebut namanya di sini. Dan tiap kali nama itu berrkumandang, dia merasa sangat bersalah.

"Tanggung semua beban dan tanggung jawab yang sanggup kamu pikul, yang sepantasnya kamu pikul.. Sisanya, biarkan kami yang memikulnya.. Jangan biarkan kamu lelah dan akhirnya menyerah dengan kehidupan karena menanggung semua itu sendirian.."

"Jangan biarkan semua itu merenggut semua kebahagiaan kamu, Ri.. Karena bagi kami, kebahagiaanmulah yang terpenting.. Kebahagiaan dari milik kami yang paling berharga.. Semuanya jadi bener-bener nggak berarti kalau kamu nggak bahagia, Ri..  Katakan  semua sumber kebahagiaan kamu, dan kakak akan mati-matian menjaga supaya sumber kebahagiaan kamu tetap hidup.. Kakak mungkin lalai menjaga sumber kebahagiaanmu yang telah lalu, Rio. Tapi kali ini akan berbeda. Apapun akan kakak lakuin supaya kamu tetep bisa berbahagia.. Apapun.. Walau kebahagiaan kamu harus kakak bayar sama nyawa kakak sekalipun.."

Alex meremas kenop pintu dalam genggamannya. Ayahnya telah merenggut kebahagiaan gadisnya. Menimbulkan luka yang hingga saat ini masih terbuka lebar dan berdarah-darah. Lalu sekali lagi ragu menguat dalam dadanya. Apakah dia masih pantas untuk mendampingi gadis itu?

Love the Ice part 35

"Lu kemana tadi?" tanyanya pada gadis yang kini ada di depannya. Perasaan bersalah yang tak jelas darimana datangnya menahannya untuk langsung berkendara ke rumah. Dan disinilah dia. Di hadapan gadis yang sedari tadi terus mengusik pikirannya.

Love the Ice (Sekuel Music in Our Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang