Part 18

4.4K 32 4
                                    

'plaaakk'

Darrel meraba pipinya yang baru saja menerima tamparan dari Nate. Menatap nanar sekaligus bingung dengantingkah laku gadisnya. Apa salahnya hingga dia pantas mendapat tamparan seperti ini dari Nate?

"Nate?"

'plaaakk'

Semua yang ada di sana kaget melihat Nate yang menampar Darrel hingga dua kali begitu. Ada apa dengan Nate? Biasanya pasangan ini tak kalah mesra dengan pasangan Nita- Billy. Lalu kenapa sekarang Nate menampar Darrel bahkan hingga dua kali?

"Kamu kenapa sih? Sakit tahu!" tanya Darrel kesal. Ditampar dua kali oleh kekasihmu sendiri tanpa tahu apa kesalahanmu, itu sangat mengesalkan.

"Tamparan pertama karena kakak pergi gitu aja ninggalin aku yang masih shock dan lupa sama kakak. Tanpa mikir beribu- ribu kali lagi. Tamparan kedua karena kakak nggak berusaha lebih kuat lagi buat bikin aku inget lagi sama kakak."

Napas Nate bergemuruh. Sementara Darrel masih memegangi pipinya yang nyut- nyutan terkena tamparan Nate yang bisa dibilang cukup kuat.

Lalu tanpa di duga, Nate merengkuh wajah Darrel.

"Ini untuk semua air mata kakak yang tumpah karena aku." Nate megecup kedua mata Darrel.

"Ini untuk keikhlasan kakak memenuhi tiap permintaan aku." dia mengecup pipi kanan Darrel.

"Ini untuk kesetiaan kakak baik dalam suka dan duka." Dia mengecup  pipi kiri Darrel.

"Ini untuk membuat kakak berpikir sekali lagi untuk ninggalin Jakarta dalam keadaan seperti ini." dia mengecup dahi Darrel.

"Ini untuk kakak yang selalu berusaha ngelindungin aku dan membuat aku nyaman." Katanya sebelum melumat lembut bibir Darrel.

"Dan ini, untuk membuat kakak tetap tinggal di sini.." Nate memeluk Darrel erat.

"Kakak akan tetap di sini kan?" tanya Nate. Sementara Darrel masih terdiam. Tak bisa mengisi pikirannya yang tiba- tiba kosong melompong seperti ini. Dan yang lain, hanya bisa menonton mereka di depan sana. Tak ada yang mau ikut campur.

"Kak? Kakak akan tetap di sini kan? Iya kan? Aku belum puas ngabisin waktu sama kakak.." Nate makin mengeratkan pelukannya. Membuat Darrel sedikit kesulitan bernapas.

Lalu Darrel melepaskan pelukan Nate perlahan. Memegang kedua bahunya. Menatap cerminan hati Nate yang mulai berkaca- kaca.

"Aku nggak bisa.." Darrel menghela napas panjang. Membuat Nate makin merasa sedih sekaligus cemas menanti kelanjutan kata-kata Darrel. Kedua tangan Darrel menghapus air mata yang belum sempat tertumpah dari mata gadisnya.

"Aku nggak bisa pergi ke Kalimantan.."

"Hah?"

"Pesawatnya baru aja take off.." Kata Darrel. Membuat Nate kembali menghambur kedalam pelukan Darrel dengan riang gembira, walau air mata menderas seperti air keran. Dan Darrel membalasnya dengan penuh suka cita.

Hamid, Riri, Fred, Billy, Nita dan Nino bertepuk tangan setelah melihat Nate dan Darrel berpelukan seperti itu.

"Oke, jadi hari ini cukup ya tampar menamparnya.. Jangan ada acara tampar- tamparan lagi lain kali, ok?! Nggak tega tau ngeliatnya.." kata Nino memperingatkan mereka semua.

"Sorry tadi gue-"

"Nggak apa-apa.. Justru gue mau berterima kasih sama lu.. Karena dampratan lu yang mantap banget itu gue jadi inget semuanya lagi.." potong Nate sebelum Riri menyelesaikan bicaranya.

"Makasih Riri sayaaaaang..." Kata Nate sambil memeluk erat Riri.  Yang dipeluk Cuma megap-megap tak bisa bernapas.

"Tahu begitu, dari hari pertama aja kita tamparin si Nate." Celetuk Fred.

Love the Ice (Sekuel Music in Our Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang