part 15

3.9K 30 6
                                    

"Dan yang akan menjadi King and Queen of the Farewell Party tahun ini adalah... ALEXANDER DAN TATIANA!! Kepada King and Queen kita mala mini diharapkan untuk maju ke depan dan memamerkan kemesraan mereka.. Salah deng.. Untuk upacara pemahkotaan.."

Terdengar gemuruh tepuk tangan dalam aula. Memekakkan telinga. Menyayat hati Riri secara tidak langsung. Tangannya yang tengah memegang tangan Fred menegang. Tapi tak lama. Karena beberapa saat kemudian tangan itu melemas.

Fred bukannya tak menyadari hal itu. Tapi dia tak ingin kembali melihat air mata yang tertumpah dari kedua cerminan hati milik Riri. Dia sudah tak sanggup melihat kepedihan mengalir di sana.

Dia ingat apa yang beberapa saat lalu Riri katakan padanya. Dan dia juga tahu kalau itu semua adalah kebohongan belaka. Dia terlalu sering melihat sikap yang seperti itu. Yang berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja tapi hancur hatinya. Lebih-lebih dari luluh lantak.

'Kenapa harus dia? Kenapa harus selalu dia yang hancur hatinya?' batin Fred bertanya.

Ha! Hanya Riri yang hancur hatinya? Matanya pasti sudah buta hingga tak bisa melihat hatinya sendiri sekarang ini. Bukan hanya Riri yang hancur. Tapi hatinya juga ikut hancur.

Hancur karena melihat betapa Riri mencintai Alex yang sudah melupakannya.

Hancur karena rasanya yang lagi-lagi tak berbalas.

Hancur karena Riri yang hanya menganggapnya sebagai kakak.

Hancur karena Riri juga remuk hatinya.

Lalu kenapa dia tak menyadari betapa hancur hatinya saat ini? Hanya satu jawabannya. Satu kalimat yang akan secara otomatis diikuti oleh banyak kalimat setelahnya.

Karena dia terlalu mencintai Riri.

Hingga tak memperdulikan bagaimana bentuk hatinya saat ini. Karena dia hanya memfokuskan pikirannya pada perasaan Riri seluruhnya. Tanpa sekalipun memperhatikan perasaannya sendiri. Bodoh bukan? Yah, cinta memang sudah mengikis habis intelegensinya hingga nyaris tak bersisa.

"Kak, nanti lu pulang bareng kak Hamid aja ya? Mobilnya mau gue pake.." kata Riri. masih dengan pandangan yang jatuh pada Alex dan Tatiana yang tengah berdansa di tengah aula. Mengenakan mahkota sederhana yang selalu dipakai oleh King and Queen of the farewell party.

"Mau kemana?"

"Liat Sunrise."

"I'll go with you.."

"But,"

"Kita berangkat setelah acara selesai satu setengah jam lagi. Ok?"

"I want to go there by myself, alone."

"Gue nggak bisa ngebiarin lu nyetir mobil lu sendiri dalam keadaan seperti ini. Nyaris 'trance'. Nggak bisa. Pokoknya gue akan nemenin lu. Kalo lu tetep nolak, lu akan langsung gue anter ke rumah."

Riri mau tak mau menyetujui. Dia benar-benar butuh udara segar untuk dijejalkan ke dalam parunya yang kian menciut. Yang seperti tak mampu menghela napas yang bersatu dengan aroma orang itu. Begitu menyesakkan kalbu.

Sepanjang sisa pesta, Fred tak pernah sekalipun melepaskan tangan Riri dari genggamannya. Tak ingin gadis itu mengingkari perkataannya dan pergi sendirian.

Mereka berdua tak lagi berdansa. Menepi dan kembali mengambil segelas ariel wine. Kembali menikmatinya dalam senyap. Rasanya berbeda dari yang pertama kali mereka rasakan. Tak ada kenikmatan yang manis yang mengalir disana. Hanya ada pahit yang mengisi rongga mulut.

Love the Ice (Sekuel Music in Our Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang