part 5

4.7K 47 7
                                    

Sakit. Berdenyut. Itulah sensasi ketika dia bangun di pagi ini. Kepalanya serasa ditekan-tekan dengan penuh penghayatan. Hingga membuatnya merasa pusing setengah mati. Ingin dia kembali saja ke alam mimpi agar tak perlu merasakan sensasi ini. Tapi tak bisa. Rasa ini terlalu mengganggunya. Lagipula handphone yang tergeletak di atas kasurnya terus bergetar minta diangkat.

Dengan mata yang masih terpejam dia meraba-raba kasurnya guna mencari dimana keberadaan si handphone. Setelah menemukannya, dia menekan tombol jawab tanpa melihat siapa sang penelepon.

"Haaaloooo..." jawabnya malas.

"Kamu baik-baik aja kan?"

"Hmmmmm.."

"Beneran? Aku lagi siap-siap pulang ke Jakarta nih.." lalu dia terlonjak bangun saat mendengarnya. Membuat kepalanya yang memang sudah sakit jadi lebih sakit lagi. Dia melihat nama peneleponnya dan semakin kaget.

"Eh, kakak ngapain pulang? Bukannya belum liburan ya di sana?" tanyanya cepat.

"Lihat keadaan kamu."

"Emangnya aku kenapa pake acara diliat keadaannya segala? Orang aku baik-baik aja kok.."

"Nggak usah bohong, Nate. Kemarin pas aku nelepon Billy, dia bilang lagi di jalan mau ke rumah sakit jemput kamu.. Dia bilang kamu terbentur saat hampir dirampok."

"Kak, aku beneran nggak apa-apa.. Cuma shock doang kok.. Beneran deh.. Aku juga udah diperiksa ke rumah sakit kemarin.. Riri yang lukanya cukup parah, kak.. Bukan aku.."

"Tapi-"

"Kak.. Aku nggak apa-apa.. Mendingan kakak di sana kuliah yang bener.. Biar bisa cepet lulus terus kembali ke sini.. Aku kangen sama kakak.." katanya lirih.

"Nate.."

"Aku kangen kakak.. Aku mau kakak cepet lulus terus kembali ke sini.. Tetap ada di sini, nggak pergi kemana-mana lagi.."

"Aku juga kangen sama kamu, Nate.."

Nate merasa matanya memanas. Rasa rindu ini begitu membuncah. Membuatnya tak bisa mengontrol air matanya sendiri. Satu persatu mulai jatuh begitu saja. Menetes ke atas kasur.

"Sshhhh.. Jangan nangis sekarang.. Aku nggak ada di sana buat ngapus air mata kamu.. Aku nggak ada di sana buat meluk kamu sampai tenang.. Atau aku perlu benar-benar pulang ke sana?" Nate menggeleng.

"Nggak.. Kakak di sana aja.. Pulangnya kalau emang lagi liburan aja.. Aku nggak mau kuliah kakak acak-kadut gara-gara sering pulang ke sini.." jawab Nate sambil berusaha melenyapkan isak dari nada suaranya.

"Yakin nggak mau aku ada di sana sekarang?" tanya Darrel. Nate mengangguk. Kemudian sadar kalau Darrel takkan bisa melihat anggukannya di sini.

"Sebenernya aku mau kakak di sini.. Tapi aku lebih ingin kakak tetap ada di sana.. Fokus sama kuliah kakak.." jawabnya mantap.

"Oke, aku nggak jadi balik ke sana.. Kamu hati-hati ya.. Salam buat yang lain.."

"Kakak juga.. Jaga kesehatan.. Jangan kayak kalelawar.. Makan yang teratur biar maagnya nggak kambuh.. Jangan suka kelayapan.. Jangan makan junkfood melulu.. Jangan lirik-lirik perempuan lain di sana.. Jangan-"

"Iya, Ndoro putri.." kata Darrel.

"Kakaaak..."

"Hahahaha.... I miss you.."

"Miss you too.." jawab Nate. Dan hubungan telepon terputus.

Haaahh.. Pria itu. Walau hanya dengan mendengar suaranya saja sudah mampu memberikan pengaruh yang begitu besar padanya. Membuat rasa berdenyut yang sedari tadi terus mengganggunya sedikit memudar.

Love the Ice (Sekuel Music in Our Life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang