"Lo masih cocok tahu nggak pake seragam SMA gitu, Cin." Cinta yang sementara merapikan seragam SMA yang sudah ia kenakan hanya menatap Ivo lewat cermin. Ia kembali menelisik penampilannya. Memang benar, bahkan terkesan bahwa Cinta sebenarnya masih anak sekolahan. Apalagi dengan poninya yang semakin menambah kesan baby face pada wajahnya.
Untungnya tadi malam, Ivo mau menemaninya untuk membeli seragam SMA. Awalnya Ivo kaget setelah mendengar penuturan Cinta. Tetapi setelah Cinta menjelaskan semua tentang rencananya bersama Atar, Ivo jadi semakin menggodanya. Katanya, Atar sangat romantis.
"Bagusan diiket satu apa diurai aja, Vo?" tanya Cintara meminta saran.
"Diurai aja. Kalau keiket satu malah kelihatan anak kuliahan. Mana poni lo nggak ngedukung juga kalau mau iket gitu."
Cinta bergumam lalu melepas kembali ikatan rambutnya.
"Ini sudah jam delapan. Kok, Atar belum datang, ya? Katanya jemput jam delapan." Cinta ikut duduk di samping Ivo yang tengah bermain game online.
"Mungkin baru di jalanlah." Ivo menjawab tanpa menoleh. Cinta langsung bergerak mengambil gawainya lalu mengecek whatsapp. Tak ada pesan pun panggilan dari Atar. Cinta mencoba untuk menghubunginya tetapi tidak diangkat. Pesannya pun cuma tercentang dua berwarna abu-abu.
"Barangkali lupa kali dia. Atau ketiduran," celetuk Ivo lagi setelah menyelesaikan kegiatannya. Ia berbaring di atas kasur. Cinta pun ikut berbaring. Lagu yang terputar dari gawai Ivo membuat Cinta dengan perlahan kembali memejamkan matanya.
***
Cinta terbangun saat gawainya berdering. Ia menoleh ke sebelah lebih dulu. Ivo sudah tidak ada di sampingnya. Mungkin sudah berangkat ke kampus. Cinta mengambil gawainya dan nama Atar dengan jelas tertulis di sana. Ia bangun lebih dulu. Roknya sudah kusut sana-sini membuatnya cemberut.
"Halo!" sapa Cinta bernada jutek.
"Buka, gih. Aku ada di depan kontrakanmu." Cinta langsung menutup telpon dan berlari ke depan.
Cinta hanya terbengong saat menelisik penampilan Atar dari kepala hingga ujung kaki. Atar benar-benar memakai seragam SMA cuma dilapisi jaket berwarna hitam.
"Kayak anak sekolahan beneran yang kamu," kata Atar menyentak Cinta. Atar mengagumi penampilan Cinta. Hanya saja ia terlalu malu untuk sekadar jujur.
"Kenapa ke sini?" tanya Cinta bersedekap. Tak lupa dengan wajahnya yang diubah ke mode jutek.
"Mau jalan-jalan, kan?" Atar menggaruk ujung hidungnya tak enak."Ini sudah jam dua belas siang, Tar. Astaga! Katanya jemput jam delapan pagi."
Atar meringis. Ia membuka jaketnya lebih dulu karena panas.
"Bisa masuk dulu nggak? Nanti aku jelasin." Cinta hanya diam tidak menimpali lalu masuk. Atar diam-diam mengikuti dari belakang.
"Kamu ngapain ikut masuk?"
Atar mengacak-acak rambut Cinta sebelum duduk di sebuah kursi. "Kalau marah gini masa tambah imut. Jiwa-jiwa sekolahnya belum luntur, ya?"
Cinta hanya merengut namun tak urung panas di pipinya mulai menjalar. Ia duduk tepat di hadapan Atar, seperti menunggu penjelasan.
"Sebenarnya, tadi aku telat bangun karena semalam begadang buat push rank, hehehe. Tadi bangun jam sepuluh. Keinget masih ada tugas yang belum dikumpulin ke kampus. Dari pada buang-buang waktu, ya, aku langsung pake seragam sekolah aja kayak gini ke sana. Untung sohib aku udah nunggu di depan walau ada juga mahasiswa lainnya yang lihat aku kayak aneh gitu. Tapi nggak papa. Habis itu baru aku ke sini. Ya, kena macet di jalanan karena ada kecelakaan." Atar dengan menggebu-gebu menjelaskan. Cinta hanya tertawa dalam hati. Sepertinya Atar takut kena amukan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
C I N T A R A (Selesai)
Lãng mạnWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!! ~~~~~ Cinta menyandarkan dagunya di atas bahu lelaki yang sedang ia peluk pinggangnya itu, merasakan angin yang berembus melawan mereka berdua saat motor itu melaju. "Di kota yang seluas ini, aku nemuin kamu. Kita ber...