Cinta mengeluarkan motornya dari kontrakan. Dengan senyum yang masih mengembang, ia memakai helmnya. Ada yang baru darinya. Tentu juga wajahnya yang kian menjadi cerah. Selepas pengakuan Atar semalam, semuanya terasa berubah begitu saja. Ini masih seperti mimpi, di mana Cinta benar-benar merasa dicintai.
Ia menghabiskan malam tadi untuk bercengkerama dengan Atar lewat pesan dan juga panggilan telepon. Ini mungkin bisa dibilang babak baru untuknya. Tapi ada satu yang mengganggu pikirannya. Soal Tata pastinya. Ia tahu, mungkin ini akan menjadi permasalahan baru baginya.
Terlepas dari ia yang sudah memiliki ikatan dengan Atar, perempuan itu juga masih memiliki hubungan dengan Atar. Dengan kata lain bahwa Atar mengikat dua perempuan di waktu yang bersamaan.
Salah satunya harus tersakiti, seperti itu kata Atar. Meskipun Atar akan memilih dirinya, tentu saja Cinta juga merasa tidak tega dengan Tata. Bagaimanapun juga, ia adalah perempuan. Ia tahu bagaimana perasaan Tata nantinya. Namun, Atar yang berusaha meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, ia berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruknya.
Cinta mulai mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Saat ini harusnya ia fokus pada pekerjaannya saja. Sudah berapa deadline yang menunggunya. Izin beberapa hari rupanya tidak mengubah apapun. Pekerjaannya tetap diambil alih olehnya. Rekan kerjanya; Bella, sudah memilih resign karena sedang hamil muda. Suaminya tidak mengizinkannya untuk bekerja terlalu capek.
Cinta membunyikan klakson motornya saat melewati pos satpam. Ia memarkir motornya di tempat biasa. Saat ia melepas helmnya, kehadiran perempuan yang tidak asing lagi di depannya membuat ia hampir menjatuhkan helmnya.
Otak Cinta berpikir dengan cepat. Kenapa perempuan itu tiba-tiba datang di tempat kerjanya? Atau dia ada keperluan lain? Lalu kenapa dia malah berdiri di hadapan Cinta?
"Lo Cinta, kan?" tanyanya langsung. Cinta yang masih bingung hanya mampu menganggukkan kepalanya."Lo mungkin udah tahu nama gue, tapi gue mau ngenalin nama gue lagi. Gue Tata." Ia menyodorkan tangannya. Dengan pelan, Cinta menyambut tangan itu. Cinta bisa merasakan kalau tangannya sedikit diremas oleh perempuan yang ada di depannya.
"Gue boleh ngobrol sama lo sebentar?" tanyanya lagi.
Cinta memastikan jam yang tertera di pergelangan tangannya lebih dulu. "Boleh. Gue masih ada waktu lima belas menit."
Keduanya memilih duduk di emperen tembok dekat lobi. Tata menatap Cinta lebih intens. Tepatnya ia sedang menilai penampilan Cinta dari atas hingga ke bawah. Sederhana? Ya. Itu adalah kesan pertama dari seorang Tata.
"Gue enggak mau buang-buang waktu. Lo suka, kan, sama Atar?" tanya Tata langsung. Matanya menatap kedua bola mata Cinta. Cinta merasa terhunus sekaligus kaget dengan pertanyaan Tata. Ia sampai tak habis pikir, Tata mendatanginya hanya untuk menanyakan itu.
"Ta, gue sama Atar―"
"Suka, kan?" desak Tata. "Gue cuma enggak habis pikir, posisi gue bakalan digantikan sama cewek kayak lo." Tata kembali menatap Cinta dari atas hingga ke bawah.
"Gue cuma mau negasin, selama gue belum putus dari Atar, gue enggak akan mundur sekalipun. Meski sudah ada lo, gue enggak peduli. Jadi, lo enggak usah dekat-dekat dengan pacar orang!"
Setelah mengatakan itu, Tata langsung bergegas meninggalkan Cinta. Hati Cinta kembali berdetak tak karuan. Lebih tepatnya, berdetak karena ketakutannya kembali datang. Mungkin karena ia dilabrak atau takut karena kehilangan Atar. Entahlah. Sudah ia duga. Tata tidak akan luluh begitu saja. Perempuan itu keras kepala dan terlihat seperti orang yang egois.
***
Atar, Dika, dan Rangga sedang duduk santai di depan kelas. Dika yang dengan santainya mengisap-embuskan asap rokoknya, Rangga yang sedang membaca komik favoritnya, dan Atar yang sibuk bermain dengan gawainya. Mahasiswa yang berlalu-lalang di depan tidak membuat ketiganya merasa terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
C I N T A R A (Selesai)
RomansaWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!! ~~~~~ Cinta menyandarkan dagunya di atas bahu lelaki yang sedang ia peluk pinggangnya itu, merasakan angin yang berembus melawan mereka berdua saat motor itu melaju. "Di kota yang seluas ini, aku nemuin kamu. Kita ber...