Suasana sudah tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang tengah menikmati seduhan minuman di sore hari. Cinta akhirnya hanya memesan segelas kopi susu. Ia tak lagi di luar atau di kafe-kafe yang sering ia kunjungi. Ia masih berada di kantor, lebih tepatnya sedang berada di kantin kantor. Sudah seharusnya ia pulang karena sudah jam lima. Tapi kakinya malah melangkah ke kantin, seperti enggan melangkah lebih jauh lagi.
Cinta merogo ponselnya setelah duduk di sebuah kursi. Sama seperti biasanya ia mengecek pesan yang masuk kepadanya lebih dulu.
Atara : Aku jemput apa gimana?
Pesan dari Atar langsung menduduki posisi pertama di wall chat-nya. Kedua ibu jari Cinta langsung menari-nari untuk membalas pesan itu.
Cintara : Enggak perlu, Tar. Aku bawa motor soalnya.
Atara : Kan, bisa kayak biasanya. Aku bisa ngikutin kamu dari belakang.
Cinta tersenyum ke arah pelayan yang datang mengantar kopinya. Setelah pelayan itu pergi, fokusnya kembali pada ponselnya.
Cintara : Enggak apa-apa, kok. Aku bisa sendiri.
Atara : Beneran?
Cintara : Iya.
Atara : Ya, sudah. Hati-hati bawa motornya, sayang.
Rona pipi jelas tergambar dengan jelas. Ini adalah kali pertama Atar memanggilnya seperti itu. Walaupun hanya melalui pesan, tapi rasa menggelitik itu tetap ada. Ia menepuk-nepuk pelan pipinya yang masih terasa panas. Meneguk kopi malah membuat pipinya semakin terasa panas. Panggilan itu bereaksi dengan cepat dan kuat.
Ia langsung memasukkan ponselnya dengan cepat ke dalam tas tanpa membalas pesan Atar yang terakhir. Rasanya masih sangat malu untuk sekadar melihat pesan itu lagi.
***
"Lo enggak mau ke acara ulang tahun Amel, Tar?" tanya Dika. Ia melihat Atar yang sudah sibuk mengemasi barang-barangnya.
"Jam berapa, sih?" tanya Atar.
"Jam delapan. Di Kafe Orange." Rangga yang menjawab. Atar seperti menimang-nimang, akankah ia pergi atau tidak.
"Gue nyusul, deh. Gue masih ada urusan bentaran. Lagian ini masih jam enam."
"Paling mau ngapelin si Cinta," sahut Dika.
"Iri bilang bos," ledek Atar cepat.
Rangga terkekeh. Ia merangkul pundak Dika. "Makanya cepat cari demenan, bos."
Dika dengan cepat melepas rangkulan Rangga. "Lo berdua kalau udah masalah cewek, cepat banget ngeledek gue. Kompak lagi. Ingat, kalian pernah berada di posisi gue."
"Kita enggak ngeledek. Cuma ngasih lo suplemen biar lo juga cepat ngelepasin pangkat kejomloan lo itu," kata Rangga menimpali.
Dika berdecak, "Lagak lo! Dah, ah."
"Kampret! Kayak lagi datang bulan aja lo, Dik. Bener kata Rangga. Ini cuma suplemen. Kayak imunisi gitu, biar lo tergerak." Atar menyahut.
Dika memutar bola matanya. "Gaya bahasa lo berdua bikin gue jijik lama-lama. Mending cabut. Gue mau mandi, terus langsung ke acara Amel. Lumayan, nih. Vokalis kampus bikin acara."
KAMU SEDANG MEMBACA
C I N T A R A (Selesai)
RomanceWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!! ~~~~~ Cinta menyandarkan dagunya di atas bahu lelaki yang sedang ia peluk pinggangnya itu, merasakan angin yang berembus melawan mereka berdua saat motor itu melaju. "Di kota yang seluas ini, aku nemuin kamu. Kita ber...